jpnn.com, KABUL - Para anggota Taliban, yang memburu seorang wartawan Deutsche Welle, menembak mati salah seorang anggota keluarga wartawan tersebut di Afghanistan dan membuat seorang lainnya terluka parah, kata media Jerman itu.
Deutsche Welle (DW) mengatakan Taliban melakukan pencarian dari rumah ke rumah untuk menemukan wartawan yang mereka incar.
BACA JUGA: Mesra dengan Taliban, China Bakal Dapat Banyak Proyek di Afghanistan
Wartawan yang dimaksud, kata DW tanpa menyebut nama, saat ini bekerja di Jerman.
Kerabat yang lain berhasil pergi menyelamatkan diri dan saat ini sedang bersembunyi, kata DW.
BACA JUGA: Taliban Kembali Berkuasa, Stasiun TV Afghanistan Berjuang Mati-matian demi Tetap Siaran
"Pembunuhan oleh Taliban terhadap kerabat dekat salah satu editor kami... adalah kejadian tragis yang tak terbayangkan, dan merupakan bukti betapa gawat bahaya yang dihadapi seluruh pegawai kami beserta keluarga mereka di Afghanistan," kata Direktur Umum DW Peter Limbourg pada Kamis (19/8) larut malam.
Limbourg mendesak pemerintah Jerman di Berlin untuk segera memberi bantuan.
BACA JUGA: Afghanistan Mencekam, Tentara Taliban Datangi Rumah Warga Satu per Satu
Deutsche Welle menambahkan bahwa tiga wartawannya yang lain mengalami penggerebekan di rumah mereka.
Taliban sebetulnya sudah menyatakan janji akan mengizinkan media menjalankan kegiatan secara bebas.
Janji itu dinyatakan kelompok bersenjata tersebut saat menggelar konferensi pers pada Selasa (17/8) setelah merebut kendali ibu kota Kabul pada Minggu (15/8).
Media tidak bisa bebas bergerak ketika Taliban berkuasa pada 1996 hingga 2001.
Sejak Taliban menguasai Kabul pada Minggu, beberapa wartawan Afghanistan melaporkan bahwa mereka dipukuli dan rumah mereka diserang.
Salah satu juru bicara Taliban belum menanggapi permintaan untuk berkomentar, sementara yang lainnya belum dapat dihubungi.
Beberapa wartawan Afghanistan mengatakan situasi masih belum jelas.
"Mereka (Taliban) sebelumnya memberikan jaminan kepada kami bahwa kami aman," kata Khushal Asefi, wakil kepala eksekutif stasiun penyiaran swasta Afghanistan, Ariana Radia & Television.
"Untuk saat ini, mereka mengatakan bahwa kami tidak bermasalah, bahkan perempuan wartawan boleh menjalankan pekerjaan di TV, mereka boleh tampil," katanya dalam wawancara dengan DW.
Namun, masih ada laporan bahwa Taliban tidak membolehkan perempuan wartawan tampil di TV, kata Asefi.
Ia menambahkan bahwa Taliban belum menjelaskan aturan-aturan apa yang akan mereka keluarkan bagi perempuan.
"Taliban baru saja merebut Kabul. Tapi nantinya, ketika pemerintahan atau sistem terbentuk, kita akan melihat larangan-larangan apa yang akan diterapkan atau tidak diterapkan oleh Taliban," kata Asefi.
Deutsche Welle mengatakan Taliban menggerebek sedikitnya tiga kediaman wartawannya.
"Kelihatan jelas bahwa Taliban sudah melancarkan penggeledahan secara terorganisasi untuk menemukan keberadaan para wartawan, baik di Kabul maupun provinsi-provinsi lainnya. Kita kehabisan waktu!" kata Limbourg soal banyaknya warga Afghanistan yang merasa sangat terdesak untuk segera meninggalkan negara itu.
Kanselir Jerman Angela Merkel saat berbicara dalam pertemuan tertutup pada Senin (16/8) mengatakan bahwa pemerintah sedang berupaya membawa warga negaranya meninggalkan Afghanistan sesegera mungkin, menurut beberapa sumber di kalangan partai.
Tidak hanya warga negara Jerman, 10.000 warga Afghanistan --yang nasibnya terancam-- juga diupayakan untuk dibawa keluar dari negara itu, kata sumber-sumber tersebut.
Kepala badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada Jumat meminta Taliban untuk menjaga kebebasan mengeluarkan pendapat, juga keselamatan para wartawan, seperti yang diamanatkan oleh aturan-aturan internasional. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil