TANTANGAN gowes sejauh 232 kilometer dalam sehari tidak bisa dianggap sembarangan. Perlu persiapan fisik dan mental yang prima. Bahkan, beberapa peserta menyiapkan ramuan khusus yang dipercaya bisa mengantar mereka ke titik finis.
AGUNG PUTU ISKANDAR, Surabaya
Jawa Pos Cycling Audax East Java 2013 presented by Mie Sedaap bakal diikuti sekitar 300 cyclist. Peserta domestik berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Banjarmasin, Bitung, Pangkalan Bun, Makassar, dan Surabaya. Sementara itu, cyclist asing berasal dari Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Mereka bakal gowes bersama pada event dalam rangka memperingati HUT Ke-64 Jawa Pos dan HUT Ke-67 Bhayangkara itu.
Para peserta domestik memberikan kesan serius mempersiapkan diri menghadapi Audax pertama di Jawa Timur itu sejak dua bulan lalu. Mereka mulai bersepeda dengan jarak medium hingga jauh demi meningkatkan kapasitas endurance. Mereka tidak ingin keteteran. Apalagi, ada rute terberat dengan tanjakan mencapai 14 persen.
Peserta dari Bandung, misalnya. Mereka berlatih dengan melahap rute sepanjang 212 kilometer Bandung-Pangandaran. Rute tersebut termasuk rute berat. Tidak hanya jarak yang sudah tergolong long distance cycling, tapi juga tanjakan sangat serius di beberapa kawasan. Mulai tanjakan di Gunung Cikuray hingga Gunung Guntur. Tapi, mereka juga bisa melewati jalur yang lebih ringan, tapi lebih panjang via Tasikmalaya. "Itu sudah menjadi jalur rutin kami," kata Kurniadi Chandra, salah seorang peserta dari Bandung yang juga anggota Guci Cycling Club.
Latihan biasanya digelar seminggu tiga kali. Kebetulan mereka akan turun dengan enam cyclist di Audax East Java. Lima cyclist bakal berusaha merampungkan rute. Sedangkan selah eorang cyclist Billy Linjaya Lesmana mungkin tidak bisa maksimal. Sebab, Billy baru saja menjalani operasi lutut. Sebenarnya dia bisa saja tidak ikut. Namun karena antusiasme yang besar terhadap Audax, dia memaksakan diri datang.
"Kami sudah berkonsultasi, panitia menyediakan support car. Nanti Billy bisa diangkut kalau tidak kuat di tengah perjalanan. Kalau nggak kuat, nggak usah maksain. Dia memang ingin ikut di momen bersama gowes di Jatim," kata Kurniadi.
Persiapan Guci semakin sempurna karena mereka baru saja mengikuti lomba team time trial yang diadakan Forum Penggemar Sepeda Jakarta (FPSJ) di BSD, Tangerang, Jawa Barat. Apalagi, dalam lomba khusus komunitas penggemar road bike itu, mereka menembus sepuluh besar.
Cyclist 35 tahun itu mengungkapkan, tantangan 232 kilometer tetap tidak bisa dianggap enteng. Memang, dia sudah sering melahap rute di atas 200 km. Namun, karakter setiap jalur berbeda. Apalagi, di Audax East Java peserta akan melewati jalur maut dengan tanjakan hingga 14 persen! Belum lagi cuaca Jatim yang terkenal panas.
Tapi, Kurniadi sudah punya "senjata rahasia". Dia akan membawa ginseng yang menjadi sumber kekuatannya. Ginseng itu akan diseduh air panas, kemudian diminum dan dimakan sekaligus beserta akar ginsengnya. Itu sudah teruji saat dia mampu meraih sepuluh besar di Criterium Race FPSJ.
"Mungkin saya akan bawa satu ons ginseng. Satu untuk saya, sisanya untuk anggota Guci yang lain. Saya lebih percaya ini daripada obat-obatan," tutur Kurniadi.
Guci memang harus memaksimalkan persiapan. Sebab, banyak anggotanya yang baru pertama bersepeda di Jawa Timur. Salah seorang di antara mereka adalah Lukas Satiawan. "Saya sudah ikut bersepeda jarak jauh di Padang, Jogjakarta, Bali, dan Lombok. Ini pengalaman pertama di Surabaya. Harus seru!" ujar cyclist 27 tahun itu.
Peserta dari Makassar, Daru Utomo, juga tidak kalah serius mempersiapkan diri. Kondisi Daru sejatinya sedang tidak prima. Sebab, dia baru saja sembuh dari demam berdarah. Setelah opname tiga hari, dia keluar dari rumah sakit Sabtu lalu (15/6). Tapi, Daru tidak ingin kesempatannya ikut Audax gagal.
"Audax ini seperti festival bagi para penggemar road bike dari seluruh penjuru Indonesia. Saya tidak boleh kehilangan kesempatan berharga ini. Yang penting semangat dulu. Bisa atau tidak urusan belakang. Apalagi, ini didukung penuh keluarga," ujar Daru yang merupakan general manager Nokia East Indonesia itu.
Bersama rekan-rekannya di Makassar Cycling Club (MCC), dia paling tidak menempuh jarak 40"50 kilometer setiap Rabu dan Kamis. Namun, rute latihan di Makassar selama ini hanya di jalan flat. Padahal, di Audax East Java mereka harus mendaki di etape ketiga rute Malang"Kota Batu. Karena itu, beberapa hari lalu Daru pulang ke rumah orang tuanya di Magetan bersama keluarga. Jalur tanjakan Magetan"Sarangan pun dilahap demi bisa sukses di Audax.
"Sengaja sepeda saya kirim dulu dari Makassar ke Magetan biar bisa buat saya latihan. Setelah ini saya harus keliling dulu ke Jakarta, Makassar, baru ke Surabaya menjelang hari H pelaksanaan. Sepeda lewat jalan darat dikirim dari Magetan," tuturnya. "Ini adalah upaya untuk mencapai personal achievement. Tidak sekadar gowes seperti fun bike yang ramai di mana-mana. Ini adalah pencapaian diri yang harus diraih dengan latihan dan disiplin keras. Apalagi, istri juga mendukung penuh," imbuh Daru.
Salah seorang cyclist Jakarta yang akan ikut Audax East Java adalah Brigjen Pol Royke Lumowa. Asisten deputi penanganan konflik Kemenko Polhukam itu langsung menyiapkan diri ikut Audax East Java begitu Tour de Borobudur rampung Minggu lalu (16/6) lalu. "Saya langsung setiap hari bike to work dari rumah di Cawang, Jakarta Timur, ke kantor di Monas, Jakarta Pusat," ungkap mantan Kasatlantas Surabaya dan Dirlantas Polda Metro Jaya itu.
Latihan tambahan dilakoni dengan menambah rute gowes hingga Kemayoran. Royke biasanya memutari kawasan Jakarta International Expo. Satu putaran di kawasan luas itu 4 kilometer. Royke biasanya melahap enam kali putaran. "Paling tidak setiap hari bisa sampai 50 kilometer," ungkapnya.
Latihan yang dijalani Royke khusus untuk meningkatkan rpm alias putaran pedal. Dia menyetel gir di setelan paling ringan. "Ini untuk melatih kekuatan jantung. Biar kuat di Audax," katanya. Karena jalur flat, Royke berencana melatih tanjakan di Titik Nol, Sentul, Jawa Barat. "Kemungkinan Selasa atau Jumat. Harus latihan nanjak sekali biar mantap," tegasnya.
Peserta dari Bitung, Sulawesi Utara, Yosaphat Oei Ho Tjiok sudah setahun absen dari agenda long distance cycling. Terakhir dia mengikuti Lombok Audax pada awal 2012. "Tubuh kalau sudah lama tidak latihan pasti akan kembali ke nol. Saya, mau tidak mau, harus latihan lagi. Biasanya dari Bitung ke Manado pergi pulang sudah 100 kilometer. Kalau mau nanjak, ke Tondano 50 kilometer," ungkap cyclist asli Semarang yang sudah tinggal di Bitung sebelas tahun itu.
Banyaknya cyclist luar daerah yang berlatih membuat pesepeda Surabaya tidak tinggal diam. Komunitas sepeda BikeBerry bahkan melakukan simulasi jalur bersama para anggota. Total, mereka sudah menjajal jalur Audax hingga empat kali. Simulasi terakhir mereka lakukan pada Sabtu lalu (22/6).
Simulasi terakhir dilakukan tidak seluruh jalur. Mereka hanya melakoni hingga Taman Dayu, Pasuruan. Hal itu mereka lakukan karena semakin dekat dengan hari H pelaksanaan. Mereka tidak ingin terlalu memaksakan diri. "Persiapan sudah kami anggap beres. Ini hanya penyempurnaan. Jangan sampai mendekati hari pelaksanaan kita masih ngoyo," kata Rully Bagoes Herlambang dari BikeBerry.
BikeBerry akan menjadi salah satu rombongan yang unik. Jika umumnya peserta dari kalangan penggemar road bike, mereka itu adalah penggemar sepeda lipat. Meski menggunakan sepeda lipat, kemampuan mereka tidak boleh diremehkan. Mereka juga sudah terbiasa touring hingga ratusan kilometer di Jogjakarta, Bali, dan beberapa kota yang lain.
"Tapi, di Audax East Java ada jadwal dan time limit yang harus dipenuhi. Itu yang kami harus biasakan. Tantangan terbesar bagi kami bukan di tanjakan, tapi di turunan dari Pujon menuju Kandangan. Pasti banyak yang melaju kencang. Karena menggunakan sepeda lipat, kami harus hati-hati," katanya. (*/c4/fat/bersambung)
AGUNG PUTU ISKANDAR, Surabaya
Jawa Pos Cycling Audax East Java 2013 presented by Mie Sedaap bakal diikuti sekitar 300 cyclist. Peserta domestik berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Banjarmasin, Bitung, Pangkalan Bun, Makassar, dan Surabaya. Sementara itu, cyclist asing berasal dari Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Mereka bakal gowes bersama pada event dalam rangka memperingati HUT Ke-64 Jawa Pos dan HUT Ke-67 Bhayangkara itu.
Para peserta domestik memberikan kesan serius mempersiapkan diri menghadapi Audax pertama di Jawa Timur itu sejak dua bulan lalu. Mereka mulai bersepeda dengan jarak medium hingga jauh demi meningkatkan kapasitas endurance. Mereka tidak ingin keteteran. Apalagi, ada rute terberat dengan tanjakan mencapai 14 persen.
Peserta dari Bandung, misalnya. Mereka berlatih dengan melahap rute sepanjang 212 kilometer Bandung-Pangandaran. Rute tersebut termasuk rute berat. Tidak hanya jarak yang sudah tergolong long distance cycling, tapi juga tanjakan sangat serius di beberapa kawasan. Mulai tanjakan di Gunung Cikuray hingga Gunung Guntur. Tapi, mereka juga bisa melewati jalur yang lebih ringan, tapi lebih panjang via Tasikmalaya. "Itu sudah menjadi jalur rutin kami," kata Kurniadi Chandra, salah seorang peserta dari Bandung yang juga anggota Guci Cycling Club.
Latihan biasanya digelar seminggu tiga kali. Kebetulan mereka akan turun dengan enam cyclist di Audax East Java. Lima cyclist bakal berusaha merampungkan rute. Sedangkan selah eorang cyclist Billy Linjaya Lesmana mungkin tidak bisa maksimal. Sebab, Billy baru saja menjalani operasi lutut. Sebenarnya dia bisa saja tidak ikut. Namun karena antusiasme yang besar terhadap Audax, dia memaksakan diri datang.
"Kami sudah berkonsultasi, panitia menyediakan support car. Nanti Billy bisa diangkut kalau tidak kuat di tengah perjalanan. Kalau nggak kuat, nggak usah maksain. Dia memang ingin ikut di momen bersama gowes di Jatim," kata Kurniadi.
Persiapan Guci semakin sempurna karena mereka baru saja mengikuti lomba team time trial yang diadakan Forum Penggemar Sepeda Jakarta (FPSJ) di BSD, Tangerang, Jawa Barat. Apalagi, dalam lomba khusus komunitas penggemar road bike itu, mereka menembus sepuluh besar.
Cyclist 35 tahun itu mengungkapkan, tantangan 232 kilometer tetap tidak bisa dianggap enteng. Memang, dia sudah sering melahap rute di atas 200 km. Namun, karakter setiap jalur berbeda. Apalagi, di Audax East Java peserta akan melewati jalur maut dengan tanjakan hingga 14 persen! Belum lagi cuaca Jatim yang terkenal panas.
Tapi, Kurniadi sudah punya "senjata rahasia". Dia akan membawa ginseng yang menjadi sumber kekuatannya. Ginseng itu akan diseduh air panas, kemudian diminum dan dimakan sekaligus beserta akar ginsengnya. Itu sudah teruji saat dia mampu meraih sepuluh besar di Criterium Race FPSJ.
"Mungkin saya akan bawa satu ons ginseng. Satu untuk saya, sisanya untuk anggota Guci yang lain. Saya lebih percaya ini daripada obat-obatan," tutur Kurniadi.
Guci memang harus memaksimalkan persiapan. Sebab, banyak anggotanya yang baru pertama bersepeda di Jawa Timur. Salah seorang di antara mereka adalah Lukas Satiawan. "Saya sudah ikut bersepeda jarak jauh di Padang, Jogjakarta, Bali, dan Lombok. Ini pengalaman pertama di Surabaya. Harus seru!" ujar cyclist 27 tahun itu.
Peserta dari Makassar, Daru Utomo, juga tidak kalah serius mempersiapkan diri. Kondisi Daru sejatinya sedang tidak prima. Sebab, dia baru saja sembuh dari demam berdarah. Setelah opname tiga hari, dia keluar dari rumah sakit Sabtu lalu (15/6). Tapi, Daru tidak ingin kesempatannya ikut Audax gagal.
"Audax ini seperti festival bagi para penggemar road bike dari seluruh penjuru Indonesia. Saya tidak boleh kehilangan kesempatan berharga ini. Yang penting semangat dulu. Bisa atau tidak urusan belakang. Apalagi, ini didukung penuh keluarga," ujar Daru yang merupakan general manager Nokia East Indonesia itu.
Bersama rekan-rekannya di Makassar Cycling Club (MCC), dia paling tidak menempuh jarak 40"50 kilometer setiap Rabu dan Kamis. Namun, rute latihan di Makassar selama ini hanya di jalan flat. Padahal, di Audax East Java mereka harus mendaki di etape ketiga rute Malang"Kota Batu. Karena itu, beberapa hari lalu Daru pulang ke rumah orang tuanya di Magetan bersama keluarga. Jalur tanjakan Magetan"Sarangan pun dilahap demi bisa sukses di Audax.
"Sengaja sepeda saya kirim dulu dari Makassar ke Magetan biar bisa buat saya latihan. Setelah ini saya harus keliling dulu ke Jakarta, Makassar, baru ke Surabaya menjelang hari H pelaksanaan. Sepeda lewat jalan darat dikirim dari Magetan," tuturnya. "Ini adalah upaya untuk mencapai personal achievement. Tidak sekadar gowes seperti fun bike yang ramai di mana-mana. Ini adalah pencapaian diri yang harus diraih dengan latihan dan disiplin keras. Apalagi, istri juga mendukung penuh," imbuh Daru.
Salah seorang cyclist Jakarta yang akan ikut Audax East Java adalah Brigjen Pol Royke Lumowa. Asisten deputi penanganan konflik Kemenko Polhukam itu langsung menyiapkan diri ikut Audax East Java begitu Tour de Borobudur rampung Minggu lalu (16/6) lalu. "Saya langsung setiap hari bike to work dari rumah di Cawang, Jakarta Timur, ke kantor di Monas, Jakarta Pusat," ungkap mantan Kasatlantas Surabaya dan Dirlantas Polda Metro Jaya itu.
Latihan tambahan dilakoni dengan menambah rute gowes hingga Kemayoran. Royke biasanya memutari kawasan Jakarta International Expo. Satu putaran di kawasan luas itu 4 kilometer. Royke biasanya melahap enam kali putaran. "Paling tidak setiap hari bisa sampai 50 kilometer," ungkapnya.
Latihan yang dijalani Royke khusus untuk meningkatkan rpm alias putaran pedal. Dia menyetel gir di setelan paling ringan. "Ini untuk melatih kekuatan jantung. Biar kuat di Audax," katanya. Karena jalur flat, Royke berencana melatih tanjakan di Titik Nol, Sentul, Jawa Barat. "Kemungkinan Selasa atau Jumat. Harus latihan nanjak sekali biar mantap," tegasnya.
Peserta dari Bitung, Sulawesi Utara, Yosaphat Oei Ho Tjiok sudah setahun absen dari agenda long distance cycling. Terakhir dia mengikuti Lombok Audax pada awal 2012. "Tubuh kalau sudah lama tidak latihan pasti akan kembali ke nol. Saya, mau tidak mau, harus latihan lagi. Biasanya dari Bitung ke Manado pergi pulang sudah 100 kilometer. Kalau mau nanjak, ke Tondano 50 kilometer," ungkap cyclist asli Semarang yang sudah tinggal di Bitung sebelas tahun itu.
Banyaknya cyclist luar daerah yang berlatih membuat pesepeda Surabaya tidak tinggal diam. Komunitas sepeda BikeBerry bahkan melakukan simulasi jalur bersama para anggota. Total, mereka sudah menjajal jalur Audax hingga empat kali. Simulasi terakhir mereka lakukan pada Sabtu lalu (22/6).
Simulasi terakhir dilakukan tidak seluruh jalur. Mereka hanya melakoni hingga Taman Dayu, Pasuruan. Hal itu mereka lakukan karena semakin dekat dengan hari H pelaksanaan. Mereka tidak ingin terlalu memaksakan diri. "Persiapan sudah kami anggap beres. Ini hanya penyempurnaan. Jangan sampai mendekati hari pelaksanaan kita masih ngoyo," kata Rully Bagoes Herlambang dari BikeBerry.
BikeBerry akan menjadi salah satu rombongan yang unik. Jika umumnya peserta dari kalangan penggemar road bike, mereka itu adalah penggemar sepeda lipat. Meski menggunakan sepeda lipat, kemampuan mereka tidak boleh diremehkan. Mereka juga sudah terbiasa touring hingga ratusan kilometer di Jogjakarta, Bali, dan beberapa kota yang lain.
"Tapi, di Audax East Java ada jadwal dan time limit yang harus dipenuhi. Itu yang kami harus biasakan. Tantangan terbesar bagi kami bukan di tanjakan, tapi di turunan dari Pujon menuju Kandangan. Pasti banyak yang melaju kencang. Karena menggunakan sepeda lipat, kami harus hati-hati," katanya. (*/c4/fat/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Sahabat di Bali Reuni Turun-temurun hingga Cucu-Cicit
Redaktur : Tim Redaksi