jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Dr. Ahmad Basarah mengatakan Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengubah kata-kata dalam azan sejak nabi akhir zaman itu menerima wahyu diturunkannya perintah berazan sebelum salat wajib lima waktu.
"Sejak menerima wahyu tentang azan, Nabi Muhammad SAW tak pernah mengubah redaksi azan," kata Basarah dalam keterangan persnya, Selasa (1/12).
BACA JUGA: Ahmad Basarah: Madinah di Zaman Rasulullah Mirip Indonesia Saat Ini
Menurut Basarah. Rasulullah SAW memang pernah menambah redaksi azan, tetapi itu saat terjadi cuaca ekstrem seperti hujan deras dan angin kencang, yang intinya memberitahu umat agar salat di rumah masing-masing.
"Namun, nabi tidak pernah mengganti redaksi azan dengan kata jihad," kata dosen pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma), Selasa (1/12).
BACA JUGA: Gus Nabil: Azan Mengajak Jihad itu Tidak Dibenarkan
Menurut Sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini, lafal azan yang diterima umat Islam sedunia adalah seperti yang dikumandangkan di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
"Jika ada orang mengubah lafal azan, misalnya menambah kalimat hayya alal jihad, itu bertentangan dengan azan di dua masjid suci di Arab Saudi itu. Mereka berarti sudah membuat ajaran baru yang tidak diajarkan dalam Islam," ungkap Basarah.
BACA JUGA: Heboh Azan Diselipi Seruan Jihad, Wamenag Langsung Keluarkan Imbauan untuk Pimpinan Ormas Islam
Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR ini menjelaskan kalimat demi kalimat yang terdapat dalam azan adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan dalam mimpi sahabat bernama Abdullah bin Zaid.
Dalam beberapa buku sejarah Islam yang ia baca, diceritakan bahwa ketika berada di antara tidur dan terjaga, sahabat Nabi Muhammad SAW itu melihat seorang lelaki memakai dua pakaian serbahijau berkeliling sambil membawa genta.
Saat Abdullah meminta genta itu untuk dijadikan alat pemanggil salat, lelaki dalam mimpi itu kemudian menawarkan lafal-lafal azan sebagai penggantinya.
Lelaki dalam mimpi itu berkata kepada Abdullah bin Zaid, “Bila engkau hendak berdiri shalat maka ucapkanlah, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu alla ilaha illallah. Asyhadu anna Muhammadarrasullulah. Hayya ‘alash sholah (2 kali). Hayya ‘alal falah (2 kali). Allahu Akbar, Allahu Akbar. La ilaha illallah.”
Ahmad Basarah menjelaskan, keesokan harinya Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad SAW dan mengabarkan mimpinya tadi. Rasulullah SAW mendengarkan cerita Abdullah dengan seksama, lalu bersabda, “Sesungguhnya mimpi itu benar. Insyaallah. Maka, berdirilah (pergilah) kau kepada Bilal karena suara Bilal itu lebih tinggi dan lebih panjang, lalu ajarkan Bilal apa yang telah disampaikan lelaki dalam mimpi itu kepadamu dan hendaklah bilal memanggil orang bersalat dengan sedemikian itu.”
Setelah Bilal menyerukan azan seperti yang diajarkan Abdullah bin Umar, Umar bin Khaththab kemudian datang tergesa-gesa kepada Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, demi Zat yang telah mengutus engkau dengan benar, sungguh samalam saya telah bermimpi sebagaimana yang diucapkan Bilal.” Mendengar ucapan Umar itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih tetap.”
Berdasarkan kisah turunnya wahyu azan itu, Basarah menegaskan bahwa sesuai keyakinan umat Islam di seluruh dunia, kalimat-kalimat dalam azan itu adalah seperti yang sering diperdengarkan di masjid-masjid di Indonesia dan seluruh dunia, termasuk Masjid Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
"Jadi, kalau ada yang mengubahnya dengan hayya alal jihaad, itu pasti sudah mengubah ajaran Islam. Itu bidah,’’ kata wakil ketua Lazisnu PBNU itu.
Menurut Basarah, bila ada sekompok orang yang mengubah lafal azan menjadi ‘’hayya alal jihad, sebaiknya mereka hentikan.
Dia menegaskan bahwa apa yang dilalukan itu hanya akan berakibat memecah belah umat Islam.
"Apakah mereka sudah menodai agama Islam, saya mengembalikannya kepada umat Islam Indonesia, bahkan umat Islam dunia. Mari kita tanya, apakah mereka rela syariat agama mereka diubah-ubah?" kata Basarah.
Menurutnya, selama ini umat Islam se-dunia bersatu dalam syariat dan keyakinan atau tauhid.
Karena itu, ujar dia, jika pun ada perbedaan mazhab fiqih, itu pasti didasari oleh dalil masing-masing.
"Nah, khusus soal azan, semua umat Islam se-dunia selama ini sudah sepakat. Dengarkan saja azan di dua masjid suci di Arab Saudi,’’ ungkap Basarah. (*/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy