Basarah: Webinar PA GMNI Mengundang 49 Narasumber Termasuk Guntur Soekarno

Jumat, 18 Juni 2021 – 20:55 WIB
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah. Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum Persatuan Alumni (PA) GMNI Ahmad Basarah membuka Webinar kedelapan PA GMNI yang menghadirkan Orasi Kebangsaan Guntur Soekarno berjudul "Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman" di Jakarta, Jumat (18/6/2021).

Menurut Ahmad Basarah, PA GMNI telah mengundang 49 narasumber dari berbagai spektrum keilmuan dan kalangan untuk menambah khazanah pemikiran menjelang Kongres IV PA GMNI di Bandung, Jawa Barat.

BACA JUGA: Terus Meroket, Tambahan Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Hari Ini Hampir 5.000

“Pak Guntur Soekarno atau lebih populer dipanggil Mas Tok sengaja kami siapkan sebagai pembicara rangkaian Webinar pra-kongres IV PA GMNI agar semua peserta kongres dan keluarga besar alumni GMNI mendengar langsung pemikiran dan pandangan putra sulung Bung Karno tersebut sekaligus mengobati kerinduan mereka kepada Mas Tok yang memang jarang sekali muncul di publik secara langsung,” kata Ahmad Basarah saat membuka Webinar PA GMNI itu di Jakarta, Jumat (18/6/2021).

Guntur dalam orasinya mengungkapkan pemerintah harus bersikap tegas dalam segala hal, terutama dalam mengatasi pandemi Covid-19 saat ini.

BACA JUGA: Para Pengusaha Wanita IWAPI Siap Berjuang di Tengah Pandemi Covid-19

Menurut Guntur, Presiden Joko Widodo harus menjalankan ajaran Bung Karno ‘ambeg parama arta’ alias pandai-pandai memilih hal utama dan terpenting yang harus dikerjakan lebih dahulu dan menunda pekerjaan yang kurang penting jika ingin berhasil memimpin bangsa yang besar ini mengatasi krisis akibat covid 19.

“Paling tidak Indonesia harus menang menghadapi pandemi Covid-19. Presiden harus tegas memilih, kesehatan atau penyelamatan ekonomi. Kesehatan harus didahulukan sebelum masalah ekonomi. Tidak apa-apa jika dianggap tidak berhasil membangun perekonomian negara asal seluruh rakyat sehat dulu, selamatkan dulu rakyat dari keganasan virus Corona,” tegas Guntur.

Menurut Guntur, siapa pun yang menjadi presiden, dia harus tampil kuat  dan tegas dalam mengendalikan negara seluas Republik Indonesia.

Dia menyarankan mestinya pemerintah tidak hanya berhenti pada imbauan demi imbauan saja untuk mengatasi pandemi Covid-19, tapi harus berani bersikap lebih tegas sejak awal saat memimpin bangsa seperti yang dilakukan Bung Karno di awal kemerdekaan.

“Saya menyayangkan pemerintah hanya memberi imbauan agar masyarakat tidak mudik saat lebaran lalu. Semestinya langsung saja pemerintah melarang mudik sebab mudik sekarang terbukti menjadi pemicu meningkatnya Covid-19. Jangan takut dituduh otoriter, buat apa jadi pemerintah kalau tidak boleh memerintah, toh virus Corona itu juga bersikap otoriter pada kita,” tegas Guntur lagi.

Untuk itu, penulis buku berjudul “Catatan Merah dari Putera Bung Karno, Mulai Asian Games 1962 di Jakarta Sampai ke Galaxy Bima Sakti” itu meminta agar ke depan pemerintah bersikap lebih tegas dan kuat memimpin negara.

Dia menyinggung modernisasi pertahanan negara yang dinilainya tertinggal dibanding negara-negara tetangga, bahkan oleh Singapura sekalipun.

“Pertahanan negara sangat penting dan karena itu harus dimodernisasi, terutama di bidang kelautan dan dirgantara. Musuh kita adalah neokolonialisme yang harus kita hadapi bersama,” tegas Guntur.

Pria yang menjadi anggota komunitas pengamat Unidentified Flying Object (UFO) itu tidak secara eksplisit menunjuk contoh neokolonialisme yang dia maksud. Hanya saja, berkali-kali dia mempertanyakan mengapa banyak sekali kuliner dari negara kapitalis Barat dibiarkan bertumbuhan di Indonesia, menggerus kuliner asli Indonesia seperti Ayam Goreng Mbok Berek, Warung Padang dan lain-lain. 

“Coba renungkan, apakah benar-benar diperlukan produk-produk makanan Barat itu di negeri kita. Semestinya kita membela tumbuhnya produk kuliner dalam negeri, semestinya kita membela produk dalam negeri dalam bentuk apa pun itu,” tegas Guntur bersemangat.

Di sisi lain, Guntur mengaku senang bahwa generasi muda bangsa Indonesia tetap semangat membela Palestina, seperti yang dilihatnya dari sejumlah demonstrasi di jalan-jalan membela negeri itu.

Semua itu menunjukkan bahwa spirit Bung Karno yang antikolonialisme masih menyala-nyala di dada generasi muda. Namun demikian, pria yang menggemari fotografi ini mengajukan kritik kurangnya disiplin anak bangsa dalam mengatasi pandemi Covid-19.

“Kalau kita hendak membela bangsa lain, urusan dalam negeri harus kita selesaikan dulu. Disiplinkan diri kita, perkuat mentalitas dan jiwa gotong-royong kita, barulah setelah itu kita bisa lebih kuat membela bangsa lain dari penjajahan di muka Bumi,” tegas Guntur.

Dalam dialog yang dipimpin oleh Karyono Wibowo itu, sejumlah senior alumni GMNI tampil memberikan respon pada orasi Guntur, antara lain Theo Sambuaga, Arief Hidayat (Ketua Mahkamah Konstitusi) dan lain-lain.

Menurut Karyono, dampak dari Covid-19 ini status Kota Bandung dinyatakan Siaga 1 Covid sehingga terpaksa Kongres IV PA GMNI yang harusnya dilaksanakan tanggal 21-23 Juni 2021 ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan lagi.(jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler