Basrief Arief, Penasehat Takmir Masjid yang Jadi Jaksa Agung Baru

Kolega Yakin Bisa Tegas, setegas Kumisnya

Minggu, 28 November 2010 – 10:48 WIB

Ketika nama Basrief Arief dilantik sebagai Jaksa Agung baru Jumat lalu (26/11), beberapa tetangganya sedihSebab, Basrief akan tinggal di rumah dinas

BACA JUGA: Negara Tanpa Pajak, Penuh Hiasan Taman Buatan

Itu berarti, para tetangga tersebut akan kehilangan sosok sederhana yang dikenal sangat perhatian dengan nasib masjid di sekitar tempat tinggalnya


=====================
 Naufal Widi A.R., Jakarta
=====================
   
LANGIT di atas kawasan Grogol, tepatnya di Jalan Tanjung Duren Utara Jakarta Barat kemarin siang (27/11) mendung

BACA JUGA: Keseharian Busyro, sang Ketua KPK Baru di Mata Kolega dan Keluarga

Guyuran hujan yang rintik-rintik turun, perlahan membasahi jalanan
Siang itu seorang petugas pengantar karangan bunga, bergegas menurunkan sebuah karangan bunga yang masih nangkring di atas motornya

BACA JUGA: Mengunjungi Kandara, Lokasi Pelarian Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi (2)

Karangan bunga itu adalah bunga mawar putih dengan pot terbuat dari keramik.

"Ini (kiriman bunga) sudah yang ke-145," kata seorang petugas Kamdal (keamanan dalam) Kejaksaan kepada Jawa Pos, sambil menandatangani tanda terima pengiriman karangan bungaNama si pengirim lantas dia tulis dalam blocknote yang tak pernah lepas dari tangan petugas berseragam itu.

Tidak hanya dalam pot, sejumlah karangan bunga berukuran lebih besar dengan penyangga bambu juga dikirimkan ke sebuah rumah di Jalan Tanjung Duren Utara III Nomor 164, Jakarta Barat, ituIsinya seragam: mengucapkan selamat atas dilantiknya Basrief Arief SH, MH, sebagai Jaksa Agung Republik Indonesia.

Ya, rumah yang menjadi sasaran kiriman bunga dan terletak di ujung jalan itu memang kediaman pribadi Basrief Arief yang Jumat lalu (26/11) dilantik sebagai orang nomor satu di institusi penuntutanDia dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana NegaraMeski tak sebanyak hari sebelumnya, hingga kemarin kiriman karangan bunga ucapan terus mengalir ke rumah berlantai dua itu.

Tak pelak, ujung jalan berbentuk letter T "pertemuan antara Jalan Tanjung Duren Utara III dengan Jalan Tanjung Duren III D- dipenuhi dengan jejeran karangan bunga untuk BasriefTercatat di antara pengirim karangan bunga itu ada nama Wakil Jaksa Agung Darmono, Jaksa Agung Muda Pengawasan (JAM Was) Marwan Effendy, dan JAM Intelijen Edwin Pamimpin SitumorangSejumlah pejabat Kejaksaan di daerah, seperti kepala Kejati dan asisten di Kejati, juga ikut mengirimkan ucapan selamat melalui kiriman karangan bunga

Saudara, kerabat, dan kolega sang pemilik rumah, seperti tak pernah berhenti menyambangi rumah BasriefNamun, mantan wakil jaksa agung itu kemarin sedang tidak berada di rumah"Bapak sudah pergi sejak jam 8 tadi (kemarin, 27/11), ziarah ke makam," kata salah seorang petugas Kamdal"Tapi ibu (istri Basrief, Red) sudah pulang duluan, sekarang sedang istirahat," timpal petugas kamdal lainnya yang ikut berjaga di depan rumah.

Dua petugas Kamdal memang langsung diterjunkan oleh protokoler di Kejaksaan Agung untuk menjaga rumah Basrief sejak dia diumumkan mengisi jabatan jaksa agung yang lowong, paska lengsernya Hendarman SupandjiSebenarnya, tanpa tambahan petugas dari Kejaksaan itu, rumah Basrief tetap "aman"Sebuah warung yang terletak di sisi timur rumahnya, seolah menjadi "pos jaga", tempat sejumlah warga berkumpul"Kalau ada orang yang belum dikenal kok berhenti lama, pasti langsung ditanyai," tutur Hirfan Pasaribu, kerabat Basrief.

Basrief memang cukup dihormati warga di sekitar tempat tinggalnyaSikapnya yang dinilai sederhana meski menjadi pejabat, justru membuat tetangga-tetangganya segan"Ada yang memang memanggilnya dengan Pak JaksaPadahal di sini yang jaksa juga banyakTapi yang dipanggil Pak Jaksa hanya Pak Basrief," ujar Hafid Sudadi, warga Tanjung Duren III, lantas tertawa.

Dia menuturkan, mantan JAM Intelijen itu dipandang sebagai sosok yang bersahajaDengan latar belakangnya sebagai penegak hukum, Basrief juga diposisikan sebagai pelindung bagi wargaDi masjid Nurul Falah yang terletak persis di seberang rumahnya, Basrief didaulat menjadi penasihat takmir masjid.

Jaksa kelahiran Tanjung Enim, Sumsel, 23 Januari 1947 itu juga tak merasa sebagai seorang pejabat tinggi ketika bergaul dengan masyarakatMinimal sekali dalam satu minggu saat menunaikan salat Jumat"Kalau Ramadan pasti ikut (kegiatan) setelah tarawih," kata HafidPerombakan masjid Nurul Falah yang semula hanya mushola kecil, lanjut dia, juga tak lepas dari peran Basrief.

Tahun ini, lanjut Hafid, Basrief memberangkatkan Jami"in, marbot (penjaga masjid) Nurul Falah, ke Tanah SuciJami"in sudah sepuluh tahun mengurus masjid ituPria asal Purworejo, Jawa Tengah, itu pun gembira saat mendengar kabar Basrief dipercaya mengemban tugas sebagai jaksa agung"Dia langsung mengucap Alhamdulillah, nggak nyangka karena Bapak sudah pensiun," terang Hafid yang menghubungi Jami"in via telepon.

Ditunjuknya Basrief sebagai jaksa agung membuat warga Tanjung Duren Utara III kehilanganApalagi jika dia kemudian menempati rumah dinas jaksa agung di Jalan Denpasar, Kuningan, Jaksel"Saya tanya ke Ibu (istri Basrief, Red), saya ditinggal dong Bu" Tapi ibu bilang, nanti Sabtu-Minggu kan pulang," tutur seorang warga yang biasa dipanggil Jimbeng yang dekat dengan keluarga Basrief.
   
Meski menjadi pejabat negara, Basrief tidak ingin posisinya itu terlihat mencolokMisalnya saat mendapatkan voorijder (pengawalan) di depan mobil yang ditumpanginyaBahkan, saat akan dilantik Presiden di Istana Negara, dia sempat menolak memakai voorijder di depan mobil Toyota Crown Royal Saloon B1898 RFS yang dia naiki"Tapi karena kondisi, akhirnya beliau mau," cerita seorang ajudan Basrief.

"Ada anaknya yang cerita, Pak Basrief bilang begini: kita kan nggak punya musuh, ngapain dikawal-kawal," sambung Hafid

Penilaian terhadap Basrief juga disampaikan beberapa koleganya di Institute For Legal & Constitutional Government (ILCG)Selepas mengajukan pensiun dini pada 2007, Basrief bersama sejumlah tokoh mendirikan lembaga kajian hukum dan konstitusi pada 9 November 2009Di antaranya yang tercatat sebagai pendiri adalah Brigjend (purn) Mazni Harun, Dr Ramelan, S.H., M.H., ProfHikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D., DrHarman Benedictus K., S.H., M.H.,  DrChandra Motik Yusuf, S.HMSc., HjFarida Syamsi Chadaria, S.H., M.H., Murba Sitompul, S.H., M.H., M.Kn., dan Henricus Herikes, S.H.

Hikmahanto Juwana mengungkapkan, Basrief tergolong orang yang low profileDia bahkan merasa cukup saat pensiun dengan jabatan terakhir sebagai wakil jaksa agung"Beliau sudah enjoy dengan karirnya di Kejagung," kata Hikmahanto saat berbincang dengan koran ini.

Saat Hendarman Supandji diberhentikan dengan hormat oleh SBY menyusul uji materi UU Kejaksaan yang diajukan mantan Menkeh HAM Yusril Ihza Mahendra, Hikmahanto mengaku pernah berujar pada Basrief, "Wah, Pak Basrief bisa jadi gantinya ini." Namun hal itu ditanggapi enteng Basrief"Nggak lah, saya ini sudah pensiunSaya ini siapa, orang tidak kenal dengan saya," tutur Hikmahanto menirukan jawaban Basrief kala itu.

Dari jawaban itu, pengamat hukum internasional itu justru memiliki feeling bahwa Basrief cocok sebagai orang nomor satu di Korps AdhyaksaDi ILCG, Basrief duduk sebagai ketuaGaya kepemimpinan Basrief di ILCG, menurut Hikmahanto sangat akomodatifBahkan, selama berinteraksi dengan Basrief, Hikmahanto tidak melihat bahwa koleganya itu ingin menonjolkan diri"Dalam penyampaian pendapat sangat akomodatifTidak mau dilayani seperti bos," katanya.

Namun dalam titik harus mengambil keputusan, Basrief juga termasuk tegas"Memang akomodatif, tapi dalam mengambil keputusan berani, tegasSesuai karakter mukanya dengan kumis tebalnya," ujar pengamat hukum dari Universitas Indonesia itu lantas tersenyum.

Ramelan, pendiri ILCG lainnya, mengamini pendapat Hikmahanto"Orangnya memang begituTidak aneh-aneh," kata Ramelan tentang kesederhanaan BasriefDia mengaku mengenal Basrief sejak sama-sama menjadi jaksa di Jawa Barat sejaku tahun 1979.

Sebagai ketua di ILCG, kata Ramelan, koleganya itu tidak memimpin dengan gaya yang otoriter"Ada apa-apa, pasti dibicarakan," katanya lantas mencontohkan saat pemilihan untuk membuat buletin ILGC"Orangnya bisa menerima pendapat orang lain," imbuh mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus tahuh 1999-2000 itu.

Meski begitu, Basrief juga disebutnya sebagai pribadi yang tegas dan konsistenSalah satunya saat penyusunan undang-undang yang mengatur usia pensiun jaksaKetika itu, Basrief mengusulkan usia pensiun adalah 60 tahunNamun kemudian dia harus meninggalkan pembahasan karena harus ke California, Amerika SerikatSebab, calon menantu dan calon besan mengalami kecelakaan dan meninggal.

Namun saat kembali, ternyata diketuk bahwa usia pensiun tersebut 62 tahun"Karena yang mengusulkan (pensiun 60 tahun), beliau kemudian memberi contoh dengan mengajukan pensiun dini," urai Ramelan.(kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gurun Pasir Menjadi Surga, Lamborghini jadi Taksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler