Baterai Mobil Listrik dari Limbah Durian Diklaim Lebih Baik dari Lithium-ion

Rabu, 11 Maret 2020 – 14:08 WIB
Ilustrasi baterai lithium-ion. Foto: pertamina

jpnn.com - Peneliti Universitas Sydney melakukan uji coba terhadap limbah buah durian dan nangka, sebagai bahan dasar elektroda kapasitor di baterai mobil listrik (electric vehicle), khususnya untuk metode pengisian listrik cepat.

"Kami melihat durian dan nangka karena sekitar 70 persen buahnya tidak dapat dimakan," kata Vincent Gomes, profesor Universitas Sydney kepada Reuters, Selasa (10/3).

BACA JUGA: Indonesia Siap Produksi Baterai Mobil Listrik pada 2022

"Kami berpikir untuk menggunakan hal-hal yang disediakan alam -- limbah dengan nol biaya yang biasanya dikirim ke tempat pembuangan sampah -- lalu memprosesnya menjadi elektroda kapasitor super ini," katanya.

Kendati beraroma tajam, namun buah durian dan nangka sangat populer di Asia, serta menjadi bahan dasar untuk berbagai makanan dan minuman tradisional maupun modern.

BACA JUGA: Baterai Buatan LG Disukai Pabrikan Mobil Listrik AS

Dua buah dengan kulit tebal itu juga mudah ditemukan di Asia, sehingga sangat mudah jika ingin dikembangkan.

Jika penelitian ini berhasil, akan menjadi kabar baik bagi industri otomotif yang memerlukan dana besar untuk pengembangan baterai.

BACA JUGA: PLN Garap Serius Industri Baterai Kendaraan Listrik

Para peneliti menyatakan bahwa riset durian itu tidak memakan banyak biaya, dan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan.

"Mampu menyimpan (listrik) dengan murah, dalam jumlah besar, akan menjadi game-changer besar," kata Gomes, kemudian ia menyatakan "menyukai" rasa durian.

"Seseorang dapat menyimpan energi dan menggunakannya di malam hari ketika matahari tidak bersinar," katanya.

Baterai yang terbuat dari durian dan nangka akan bertahan lebih lama dan mengisi daya lebih cepat daripada baterai lithium-ion yang saat ini digunakan untuk menyalakan ponsel, tablet, dan mobil listrik, kata Gomes.

"Hasil yang fantastis adalah jika kapasitor super ini diisi, bisa menjalankan 'tuk-tuk' atau skuter dengan cepat," kata Gomes.

"Di desa, ketimbang membakar mesin diesel, mereka dapat mengandalkan perangkat penyimpanan energi ini untuk menyalakan listrik sepanjang hari," tambahnya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler