jpnn.com - JAKARTA - Pejuang tokoh apartheid, mendiang Nelson Mandela kerap memakai pakaian batik. Filosofi pembuatan batik yang membutuhkan kesabaran dan keharmonisan menjadi cermin kuat kepribadian Nelson Mandela.
"Batik mencerminkan kesabaran dan keharmonisan dalam menentukan corak dan warna. Inilah ciri kepribadian Mandela," kata mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Afrika Selatan (Afsel), Sugeng Rahardjo seperti dilaporkan BBC, Jumat (6/12).
BACA JUGA: Mandela, Pemimpin Kharismatik Penggemar Batik
Menurut Sugeng, kesabaran Mandela terbukti dalam memperjuangkan kesetaraan untuk masyarakat Afrika Selatan. Peraih Nobel Perdamaian tersebut bahkan rela dipenjara selama 27 tahun untuk melawan rasisme di negaranya.
"Penantian 27 tahun ini, akan melemah bila tidak ada kesabaran," ucap Sugeng.
BACA JUGA: Obama Perintahkan Bendera AS Dikibarkan Setengah Tiang
Mandela pertama kali mengenal batik pada tahun 1990 saat melakukan lawatan ke Indonesia. Mandela yang berkunjung selaku Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) mendapatkan hadiah baju batik dari Presiden Soeharto.
Kemeja batik ini lantas digunakan Mandela saat bertemu dengan Presiden Soeharto. Sejak itu Mandela kerap terlihat mengenakan kemeja batik pada acara-acara resmi, termasuk acara penutupan Piala Dunia tahun 2010.
BACA JUGA: Marty: Nelson Mandela Inspirasi Melawan Rasisme
"Pernah saya sekali bertemu dengan beliau saat mengadakan kuliah di Johanessburgh, dan beliau masih mengenakan batik. Usia saat itu 88 tahun, sekitar tujuh tahun lalu, beliau masih sehat," ungkap Sugeng yang menjadi notulen saat Mandela bertemu Presiden Suharto.
Berkat Mandela, batik Indonesia menjadi populer di Afrika Selatan. Michael Pasaribu, salah satu WNI pemilik kios batik di kota Pretoria mengatakan bahwa animo masyarakat Afsel terhadap batik meningkat setelah Mandela lengser dari kursi presiden.
"Awalnya masyarakat tidak ingin menggunakan batik seperti beliau, karena beliau itu tokoh dan masyarakat segan untuk meniru beliau," ujar Michael yang telah tinggal di Afsel selama 17 tahun.
Michael menambahkan, kios-kios batik di Pretoria sering dikunjungi masyarakat Afsel. Kedutaan besar Indonesia di Afsel juga sering menggelar bazar batik untuk menampung minat masyarakat. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nelson Mandela, Pemimpin Negeri Pelangi dari Produk Poligami
Redaktur : Tim Redaksi