Batubara Lesu, 504 Pekerja Tambang Dirumahkan

Jumat, 31 Agustus 2012 – 12:29 WIB
TENGGARONG - Ratusan pekerja tambang baru bara di Kutai Kartanegara (Kukar) dirumahkan oleh manajemen perusahaan tempat mereka bekerja. Ini menyusul lesunya harga batubara yang berdampak menurunnya produksi emas hitam.

Sampai Kamis (30/8), sedikitnya ada 6 perusahaan melaporkan telah merumahkan karyawannya ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kukar. Hal tersebut dikemukakan Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industri dan Syarat Kerja, Disnakertrans Kukar, Panut mengatakan, hampir semua perusahaan tambang batubara dalam dua tiga bulan ini menurunkan produksinya.

Bahkan, ada yang memilih berhenti sementara operasi. “Kebanyakan perusahaan kecil saja yang merumahkan karyawannya. Kalau perusahaan besar tetap jalan, karena pembelinya sudah jelas,” terangnya.

Terbanyak perusahaan yang merumahkan pekerjanya adalah di Samboja, Loa Kulu, dan Sebulu. “Untuk di Samboja saja sebanyak 300 pekerja dari pihak kontraktor yang dirumahkan,” ujarnya.

Adapun perusahaan yang melaporkan telah merumahkan karyawannya, di antaranya PT VPR Laxmindo tercatat merumahkan 54 pekerjanya, PT SIP 100 orang, PT Cipta Kridatama sebanyak 50 pekerja. “Rata-rata perusahaan yang merumahkan pekerja ini dari kontraktor, seperti 50 pekerja dari PT CK ini adalah kontraktor dari PT MHU,” terangnya.

Belum efektifnya produksi batubara ini membuat beberapa perusahaan tak mampu membayar upah pekerjanya. Bahkan, nasib para pekerja tersebut masih akan dibahas lantaran harga penjualan batubara tak kunjung membaik. “Pada 5 September mendatang kami akan merapatkan nasib pekerja tambang ini, untuk mengupayakan tak ada pekerja yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja, Red),” jelasnya.

Menurut dia, dari beberapa rapat sebelumnya, pihak Disnakertrans melarang PHK. Hanya dirumahkan saja. “Jam kerja dikurangi menjadi 7 jam. Kalau ada lembur, jam kerja selama 12 jam,” ucapnya.

Dirumahkannya para pekerja ini pun membuat pendapatan mereka menurun. Tadinya para pekerja tambang bisa menerima Rp 5-6 juta per bulan, tapi dalam tiga bulan ini hanya menerima Rp 1-2 juta. “Karena hanya gaji pokok yang diterima per bulan. Sementara dari tunjangan lembur dan lainnya sudah tidak bisa dibayar lagi,” ujarnya.

Para pekerja yang dirumahkan tersebut, rata-rata dari pekerja lapangan atau bagian produksi. “Lihat saja sekarang aktivitas ponton batubara dalam satu hari bisa tak ada yang melintas di Sungai Mahakam,” jelasnya.

Sekadar diketahui, pada periode enam bulan pertama 2012 harga jual batubara rata-rata perseroan USD 85 per ton. Ini berarti lebih rendah dari catatan harga jual rata-rata di triwulan I-2012 yang berkisar USD 90 per ton. Angka itu, untuk batubara dengan kalori di atas 6.300 kcal/Kg.

Kondisi saat ini, sektor batubara turun sampai 25 persen karena over-suplai di Asia. Selain itu, bagi perusahaan yang bergantung kepada pembeli Tiongkok, dipengaruhi kondisi ekonomi di Tiongkok Selatan. Yang biasanya stok batubara dalam 15 hari, dalam kondisi ekstrem bisa 25 hari sampai 1 bulan. Ini menyebabkan beberapa pembeli asal Tiongkok melakukan tunda.

Selain itu, pasokan batubara dari AS dan Afrika Selatan juga masuk ke Asia. Ditambah Indonesia juga menargetkan peningkatan produksi 332 juta ton pada 2012, membuat suplai batubara menjadi berlebih. (*/adw/kri/far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prospek Bisnis Batubara Suram

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler