jpnn.com - JAKARTA - Batu bara diproyeksi menjadi salah satu tulang punggung ketenagalistrikan Indonesia. Namun, PT PLN menyatakan tidak bisa menyerap semua produksi nasional untuk diubah menjadi listrik. Sebab, pihaknya harus memperhatikan aspek lingkungan dalam produksi listrik dari batu bara tersebut.
Kepala Divisi Batu Bara PT PLN Helmi Najamudin mengatakan, batu bara memang bakal menjadi sumber energi utama dalam membangkitkan listrik di Indonesia. Hal tersebut disebabkan biaya produksi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara masih termurah di antara semua sumber energi. Ditambah lagi mengurus transportasi dan penampungan yang sangat mudah.
''Membangkitkan listrik hanya perlu menggunakan batu bara Rp 350 per kilowatt hour (kWh). Bandingkan saja dengan listrik yang dibangkitkan BBM rata-rata Rp 2.080 per kWh. Itu bisa lebih mahal di wilayah-wilayah terpencil,'' ujarnya di Jakarta.
Namun, hal tersebut tidak berarti batu bara bisa mengambil alih semua produksi listrik di Indonesia. Sebab, pihaknya masih harus memperhatikan aspek lingkungan dalam produksi listrik. Menurut dia, batu bara memang masih menjadi sumber polusi sehingga harus dibatasi. ''Kalau standarnya, tidak boleh lebih dari 68 persen dari total produksi listrik nasional,'' tuturnya.
Karena itu, pihaknya membatasi penggunaan batu bara dalam road map ketenagalistrikan jangka panjang. Pada 2022 pihaknya menargetkan bauran energi batu bara mencapai 66 persen. Target tersebut meningkat 13 persen jika dibandingkan dengan realisasi bauran energi batu bara sebesar 53 persen. ''Tahun ini kami memproyeksikan kebutuhan batu bara 72 juta ton. Kebutuhan itu bakal terus bertumbuh dalam beberapa tahun ke depan,'' ungkapnya. (bil/c7/oki)
BACA JUGA: Tiongkok Inves Rp 3 T di Kawasan Bitung
BACA ARTIKEL LAINNYA... Apkasi Setuju Izin Tambang dan Kehutanan Dialihkan ke Pemprov
Redaktur : Tim Redaksi