Bayi Gizi Buruk Terserang TBC dan Diare

Selasa, 19 April 2011 – 14:18 WIB
JAKARTA - Kondisi tiga pasien gizi buruk di Puskesmas Kalideres, Jakarta Barat belum sepenuhnya membaikDari sejumlah pasien, keadaan Salimatun Hasanah (2 tahun 3 bulan) adalah balita dengan kondisi paling mengkhawatirkan

BACA JUGA: Foke tak Peduli Dituding Manfaatkan Baliho

Dia terserang penyakit TBC dan diare.

Sedangkan pasien lainnya, Bintang Ridwan Alfarezi, usia 10 bulan, kondisinya fluktuatif
Sementara Damar Alfiansyah yang berusia satu tahun 2 bulan, terus membaik.

"Gara-gara masih demam tinggi, Salimatun masih susah untuk menaikkan berat badan

BACA JUGA: Balita Tewas Tertimpa Kotak Amal

Kini dokter terus mengupayakan pengobatan," ungkap ahli gizi Puskesmas Kalideres, Dwi Mulyono kemarin
Sejak tiga hari lalu, berat badan (BB) anak kedua pasangan Saefullah-Zubaidah itu masih berkisar pada angka 6,2 kg.

Menurut Dwi, demam tinggi masih menjadi faktor yang susah untuk menaikkan BB Salimatun

BACA JUGA: Jepang Lanjutkan Biayai Proyek MRT

Bahkan demam cenderung bisa menurunkan berat badan, karena cepat membakar lemak di bawah lapisan kulitBeruntung BB Salimatun tidak anjlok karena terus diterapi dengan asupan nutrisi formula.

"Ketika baru masuk, ketiga pasien diberi formula 75, bertahap sampai sekarang meningkat diberi formula 100," paparnyaNutrisi formula merupakan racikan khsusus berupa campuran susu skim, gula pasir, minyak kelapa, dan mineral mixBerikut juga dengan Bintang dan Damar yang mengonsumsi nutrisi serupa.

Semakin hari, frekuensi pemberian formula semakin berkurang, namun dengan jumlah yang meningkatSemisal pada hari pertama diberikan 12 x asupan formulaNamun hari kedua dan ketiga berangsur dikurangi menjadi 8 kali dan enam kali"Kalau jumlahnya berbeda-beda, menyesuaikan BB masing-masingSemisal Damar dengan BB 6,1, dikali dengan 80 maka kebutuhan gizinya sekitar 480-600 kilo kalori," ungkapnya.

Dikatakan Dwi, ketiga pasien itu rata-rata mampu mengabiskan dosis yang diberikan sekitar 99 persenMeski diberikan formula yang sama, namun respon ketiga pasien itu berbedaSebab hal itu memang tergantung dengan kondisi pencernaan pasien.

Jika kondisi pencernaan bagus, makanan bisa terserap dengan baik, maka berat badan anak akan cepat naikRupanya kondisi menggemberikan itu terjadi pada Damar AlfiansyahAnak ke-3 pasangan Hendra-Siska itu terus menunjukkan grafik naikBerat badannya terus meningkat.

Hari pertama masuk BB Damar 6,1 kg, tiga hari berikutnya emnjadi 6,4 kgSementara Bintang berat badannya naik turunPada hari pertama BB-nya 6,4 kg, hari kedua naik menjadi 6,6 kg, pada hari ketiga malah turun lagi menjadi 6,4 kgPenyebab penurunan BB Bintang ini masih terus dianalisa oleh tim dokter Terapy Feeding Center (TFC) Puskesmas Kalideres.

Sementara itu, Kasudin Kesehatan Jakarta Barat, dr Parwathi Mayun menuturkan, perkembangan bagi gizi pasien gizi buruk biasanya akan terlihat setelah sepekanJika kurang dari itu, perkembangannya masih belum begitu nampak"Emangnya menangani gizi buruk itu sama kayak ngasih makan orang lapar? Dikasih makan langsung kenyang," seloroh dokter asal Tabanan, Bali itu.

Menurutnya, itulah misi dari TFC Puskesmas KalideresPara pasien gizi buruk terus diterapi, untuk merehabilitasi kondisi pasien agar meningkatTingkatan gizi balita sendiri menurutnya, yaitu terdiri dari gizi buruk, gizi kurang, dan gizi baikMaka, tugas TFC adalah menjadikan pasien (minimal) pada tahap gizi kurang.

Selanjutnya, pasien boleh pulang tetapi masih menjalani rawat jalan untuk peningkatan gizi lebih lanjutRawat jalan itu bisa dilakukan di Puskesmas terdekat atau di Pos Gizi di RW terdekat"Pos Gizi memang belum sebanyak PosyanduDi Jakarta Barat masih ada 79 Pos Gizi," ungkapnya.

Parwathi mengatakan, sebenarnya ketiga pasien gizi buruk itu sebelumnya sudah ditangani oleh Pusekesmas Grogol PetamburanMereka sudah mengikuti program pemulihan giziBahkan pasien Salimatun Hasanah, sudah dirujuk ke RS Tarakan untuk penyembuhan penyakit TBC.

Ternyata katanya, Salimatun sudah mengidap TBC sejak kasusnya ditemukan yaitu bulan Mei 2010Selama menjalani program pemulihan, petugas Puskesmas mengunjungi rumah pasien"Tetapi kami putus hubungan, karena orang tua Salimatun pindah alamat," paparnya.

Tahu-tahu, kasus gizi buruk Salimatun muncul lagi setelah diramaikan oleh media massa bersama dua pasien gizi buruk yang lain empat hari yang laluKebetulan ketiganya tinggal di lingkungan yang sama, yaitu di RT 15/7, Kelurahan Tanjung Duren Utara.

Parwathi sendiri juga menilai orang tua Salimatun bandel, karena tidak disiplin mengikuti program pemulihan gizi"Obat dari RS Tarakan saja masih utuhBerarti tidak pernah dikasihkan ke anaknyaPadahal itu kan penting untuk penyembuhan TBC," ungkapnya.

Lain dengan Purwathi, Walikota Jakarta Barat Burhanuddin tidak mau petugas semata-mata hanya menyalahkan orang tua balita gizi buruk tersebutMenurutnya, seharusnya petugas terkait proaktif untuk membantu pemulihan balita gizi buruk"Kalau masalah kemanusiaan, kita tidak boleh sepelekanSaya juga menangani kasus kankerAkhirnya kita bantu sampai sembuh, padahal dia warga luar Jakarta," ungkapnya.

Burhan pun mengimbau aparat terkait terus aktif memonitor dugaan adanya kasus gizi buruk yang lain di masyarakatTujuannya agar penderita cepat tertangani dengan baikMantan Bupati Kepulauan Seribu itu juga mengimbau, bagi warga yang ada penderita gizi buruk, agar secepatnya melaporSemisal ada keluarga yang tak tertangani karena terbentur masalah administrasi, Burhan berjanji pihaknya mau membantu penyelesaian administrasi itu(dni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Cabe Rawit Tak Pedas Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler