Bayi Kembar Siam Rahma-Rahmi Berhasil Dipisah

Selesai 12 Jam, Lebih Cepat dari Jadwal Operasi

Minggu, 07 Juli 2013 – 03:26 WIB
Operasi pemisahan bayi kembar siam Sabrina Fayza Rahma dan Sandrina Fayza Rahmi (Rahma-Rahmi) di ruang bedah OK 7 dan OK 8 lantai 2 Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, (6/7) sukses. Foto/Sumatera Ekspres/JPNN
PALEMBANG – Operasi pemisahan bayi kembar siam Sabrina Fayza Rahma dan Sandrina Fayza Rahmi (Rahma-Rahmi) di ruang bedah OK 7 dan OK 8 lantai 2 Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, (6/7) sukses. Rahmi selesai dioperasi lebih dulu pukul 20.54 WIB, sementara Rahma pukul 21.18 WIB.
   
Kembar siam dengan kasus tetrapus omphaloischio pagus (dempet bagian perut dan panggul) itu ditangani oleh 53 dokter ahli yang terlibat, yakni tim dokter gabungan dari RSUD dr Soetomo Surabaya dan RSMH. Ini diluar prediksi tim dokter sebelumnya, karena semula operasi pemisahan diperkirakan memakan waktu 26 jam. Nyatanya tim dokter hanya butuh waktu 12 jam.
   
Jadwal semula, operasi baru selesai hari ini, Minggu (7/7) sekitar pukul 10.00 WIB. Ternyata, tadi malam (6/7) sudah selesai pukul 21.18 WIB. Sumatera Ekspres bersama para dokter dan keluarga menyaksikan langsung pelaksanaan detik-detik operasi tersebut melalu layar projektor.

”Awalnya kami memperkirakan pemisahan pembuluh darah memakan waktu paling lama, karena hasil diagnosis kita ditemukan masalah pada pembuluh darah bayi  kembar siam ini. Ternyata setelah dibedah tim vaskuler, pembuluh darahnya baik-baik saja. Makanya pemisahan pembuluh darah bisa lebih cepat,” ujar dr Msy Rita Dewi, SpA (K) kepada Sumatera Ekspres (JPNN Group), Sabtu (6/7).  
   
Sejak bayi kembar siam ini terpisah sekitar pukul 16.15 WIB, tim dokter sebenarnya sudah memprediksi operasi akan selesai lebih cepat. ”Di jadwal pelayanan medik yang kami susun, bayi kembar siam Rahma-Rahmi selesai dipisahkan pukul 22.00 WIB. Ternyata sudah selesai pukul 16.15 WIB artinya lebih cepat 6 jam,” ujar Ketua Tim Bedah Rahma-Rahmi, dr Sindu Saksono, Sp.BU.
   
Ketua Pusat Penanganan Bayi Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo, dr Agus Harianto SpA (K), mengatakan pihaknya memang sudah melakukan persiapan operasi secara matang. “Dokter ahli dari RSUD dr Soetomo Surabaya kami bawa ke sini untuk ikut menangani. Syukur, operasi bisa berjalan cepat dan lancar,” bebernya.
   
Operasi pembedahan Rahma-Rahmi sendiri dimulai pukul 10.49 WIB di ruang OK (operating kamer) 8 RSMH Palembang. Para dokter yang menangani bayi kembar siam mengenakan baju khusus dilengkapi masker dan sarung tangan.  Baju yang dikenakan dua jenis, yakni baju bersih berwarna biru dan baju steril berwarna hijau.
   
Sebelum pembedahan, sekitar pukul 06.45 WIB dilakukan residen anestesi oleh dr Indra, dr Anita, dr Dhanu, dr Viany. Tim dokter spesialis anestesi  memberikan  obat bius dan antibiotik kepada bayi kembar siam yang lahir pada 9 Maret 2012 itu. Selesai spesialis anestesi, giliran tim bedah plastik, Prof Sjaifudin, dr Iqmal, dan dr Yana melakukan design incisi sekitar pukul 09.00-09.10 WIB.
   
Selanjutnya tim dokter spesialis urologi, dr Marta dan dr Tarmono  melakukan endoscopy dengan memasang kateter uretra, sementara tampon rectum oleh dr Sindu dan dr Poerwadi. “Untuk mengetahui saluran kencing kedua bayi lewat monitor, terlebih dahulu dilakukan endoscopy ini,” ujar dr Saruf Singh, Sp.B-KBD, sebagai komentator operasi pemisahan Rahma-Rahmi.

Saat proses endoscopy, kata Saruf Sings, kedua bayi banyak mengeluarkan air sehingga alas meja operasi harus terus diganti dan disterilkan kembali. Barulah sekitar pukul 10.49 WIB, pembedahan dilakukan. Di jadwal, pembedahan seharusnya dimulai pukul 09.40 WIB, artinya lebih lama satu jam.

Di pembedahan pertama, spesialis bedah anak melakukan desinfeksi ulang drapping dengan menginisisi kulit, dinding abdomen dengan alat harmonic scalpel, eksplorasi.  Sebelumnya, kedua bayi dioleskan betadine anti kuman pada kulit yang akan dipotong. Pemotongan kulit bayi pukul 11.02 WIB. Sedikit demi sedikit kulit bayi pun terbuka. ”Kita menggunakan alat harmonic scalpel, alat ini menggunakan aliran listrik, yang berfungsi memotong serta menghentikan pendarahan,” tuturnya
   
Sekitar pukul 11.20 WIB, barulah dilakukan pemisahan organ-organ yang  menyatu seperti usus dengan alat linear cutter stappler, memisahkan rectum, anus, hati dan vagina. Dalam proses tersebut terdapat dua buli-buli Rahmi yang agak membesar. “Mungkin daya mompa kurang bagus  atau ada hambatan ke kantong kemih,” sambung dr Saruf Singh salah satu bayi mengalami masalah apendiks yang merupakan masalah pada usus yang diharuskan usus tersebut dipotong maupun dibuang.
   
Giliran tim vaskuler dan ortopedi melakukan identifikasi baik tulang maupun pembuluh darah pukul 14.37 WIB. Sebelumnya operator membuat peta penting dalam pemotongan pembuluh darah tersebut. Dokter membalik kedua bayi lalu memisahkan pelvis (tulang panggul) disertai pemisahan ramus pubis (tulang kemaluan). “Masing-masing kedua bayi memiliki vagina,” jelas dr Saruf Singh.
   
Selesai ramus pubis, spesialis vaskuler dan ortopedi memisahkan tulang panggul kanan Rahma dan kiri Rahmi. Namun pada pemisahan kiri Rahma dan kanan Rahmi, dokter harus membuat tanda, karena pemotongan melewati anus yang rawan sekali untuk dilakukan. “Dokter diharuskan berhati-hati untuk dapat memfungsikan anus kedua bayi ini,” bebernya. Sekitar pukul 16.15 WIB, kedua bayi berhasil dipisahkan oleh tim dokter spesialis vaskuler dan ortopedi.
   
Selanjutnya, Rahmi langsung dipindahkan ke ruang OKA 7 yang bersebelahan dengan ruang OK 8, dimana Rahma-Rahmi dioperasi. Sementara Rahma tetap berada di ruang OK 8. Tim dokter melihat kondisi Rahma lebih stabil dibanding Rahmi, makanya Rahma yang dipindahkan ke OK 7.
   
Tim dokter dibagi menjadi dua tim operasi. Tim dokter ortopedi melakukan rekonstruksi, dilanjutkan tim bedah anak melakukan reevalusasi. Terakhir tim bedah plastik melakukan rekontruksi kulit. Operasi pemisahan akhirnya selesai pukul 21.18 WIB. Lalu, kedua bayi kembar siam dibawa ke ruang ICU pukul 22.35.
   
Dr Agus Harianto, SpA (K) menambahkan, operasi memang sudah berhasil, namun perawatan pascaoperasi tak kalah penting, mengingat luka bekas operasi mudah terkontaminasi. ”Sehingga harus dilakukan perawatan terus  minimal tujuh hari. Fase ini harus dikawal ketat. Semua tim inti selama 24 jam akan setia mengawasi pasien hingga bayi kembar siam Rahma-Rahmi keluar dari ICU,” tandasnya. (uni/cj3/fad)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 30 Persen Napi tak Pernah Terima Salinan Putusan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler