RUTENG--Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Thomas Jemarus, orang tua dua bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan yang dilahirkan sang bunda, Hendrika Ndaem, pada Senin (8/7) sekira pukul 10.15 Wita. Buah hati pertama yang dinanti-nantikan selama pernihakan mereka akhirnya harus kembali keharibaannya, setelah upaya paramedis RSUD Ruteng untuk menyelamatkan kedua bayi kembar siam ini tak berhasil dan meninggal pada Selasa (9/7) tengah malam sekira pukul 20.30 Wita.
Bayi kembar siam asal kampung Nterlango, Desa Poco Likang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, hanya mampu hidup selama 34 jam 15 menit setelah mendapat perawatan intensif tim medis RSUD Ruteng di ruang Neonates rumah sakit milik Pemkab Manggarai itu. Tim dokter yang merawat kedua bayi itu mengatakan, kedua bayi itu meninggal karena diduga kelainan jantung.
Dokter Ari Dian, dokter yang merawat kedua bayi kepada wartawan, Rabu (10/7), menjelaskan, dua bayi kembar siam tersebut menghembuskan nafas terakhirnya secara beruntun. Bayi pertama yang meninggal adalah bayi yang sejak awal menggunakan alat bantu pernafasan. Selang beberapa menit diikuti bayi yang satu lagi.
“Jedah waktu antara bayi yang satu tidak terlalu lama. Setelah bayi yang menggunakan alat bantu nafas meninggal, tak lama berselang lalu diikuti kembarannya,” jelas dr. Ari.
Lebih lanjut, dikatakan, dari hasil pengamatan diduga bayi kembar dempet tersebut mengalami kelainan pada jantung. Menurut dr. Ari, pihaknya tidak bisa mendiagnosa untuk mengetahui secara detail organ bagian dalam sang bayi untuk memastikan penyebab meninggalnya kedua bayi perempuan itu karena keterbatasan fasilitas di RSUD Ruteng.
Sebetulnya jelas dr. Ari, penanganan kasus kembar siam seperti ini harus melalui pemeriksaan lengkap mulai dari cityscan, echo, USG, dan pemeriksaan darah lengkap, tetapi karena ketiadaan fasilitas rumah sakit, jadi hal itu tidak bisa dilakukan. “Karena tidak ada sarana maka pemeriksaan lengkap tidak bisa dilakukan. Sehingga tidak diketahui persis kondisi organ tubuh bagian dalam dari bayi dempet tersebut,” ungkapnya.
Meski demikian, dr. Ari, mengatakan, masing-masing bayi kembar tersebut memiliki jantung, namun yang satu jatungnya lemah. Selain itu, kondisi kesehatan mulai menurun bahkan pasangan yang masih stabil mengalami HB rendah yakni 5,9 trombosit 56,000, sesak nafas dan beberapa gangguan lain. "Padahal penanganan sudah sangat maksimal meski keterbatasan sarana," jelas dr. Ari.
Sedangkan dr. Wayan Rusdiana Eka Putra, S.Pog mengatakan, langkah operasi sesar bayi kembar siam tersebut karena memang sudah cukup bulan berdasarkan hasil USG. Saat USG terakhir, kata dr. Wayan, posisi kedua bayi tersebut sungsang sehingga diambil langka operasi. "Sewaktu USG terakhir masih kelihatan dua jantung, abdomen lengkap masing-masing. Sementara posisi dempet tidak kelihatan karena mereka berada dalam satu kantong,” ujar sang dokter jebolan FK Udayana Bali ini.
Sementara, Direktur RSUD Ruteng, Dupe Nababan mengatakan penanganan sudah sangat maksimal terhadap kedua bayi kembar siam tersebut. Rencana untuk merujuk ke Jakarta juga sudah disepakati dengan pihak keluarga yang sedianya berangkat hari ini (11/7) ke RSCM Jakarta.
Dupe mengatakan, upaya rujuk baru bisa dijadwalkan hari ini karena penerbangan sangat padat baik jurusan Ruteng-Kupang maupun jalur Denpasar-Jakarta. "Padahal kita membutuhkan tujuh seat untuk mengantar bayi tersebut. Namun rupanya Tuhan berkehendak lain,” katanya. Setelah itu keluarga bayi langsung membawa pulang ke kampung halaman di Nterlango, Kecamatan Ruteng. (kr-2/aln)
Bayi kembar siam asal kampung Nterlango, Desa Poco Likang, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, hanya mampu hidup selama 34 jam 15 menit setelah mendapat perawatan intensif tim medis RSUD Ruteng di ruang Neonates rumah sakit milik Pemkab Manggarai itu. Tim dokter yang merawat kedua bayi itu mengatakan, kedua bayi itu meninggal karena diduga kelainan jantung.
Dokter Ari Dian, dokter yang merawat kedua bayi kepada wartawan, Rabu (10/7), menjelaskan, dua bayi kembar siam tersebut menghembuskan nafas terakhirnya secara beruntun. Bayi pertama yang meninggal adalah bayi yang sejak awal menggunakan alat bantu pernafasan. Selang beberapa menit diikuti bayi yang satu lagi.
“Jedah waktu antara bayi yang satu tidak terlalu lama. Setelah bayi yang menggunakan alat bantu nafas meninggal, tak lama berselang lalu diikuti kembarannya,” jelas dr. Ari.
Lebih lanjut, dikatakan, dari hasil pengamatan diduga bayi kembar dempet tersebut mengalami kelainan pada jantung. Menurut dr. Ari, pihaknya tidak bisa mendiagnosa untuk mengetahui secara detail organ bagian dalam sang bayi untuk memastikan penyebab meninggalnya kedua bayi perempuan itu karena keterbatasan fasilitas di RSUD Ruteng.
Sebetulnya jelas dr. Ari, penanganan kasus kembar siam seperti ini harus melalui pemeriksaan lengkap mulai dari cityscan, echo, USG, dan pemeriksaan darah lengkap, tetapi karena ketiadaan fasilitas rumah sakit, jadi hal itu tidak bisa dilakukan. “Karena tidak ada sarana maka pemeriksaan lengkap tidak bisa dilakukan. Sehingga tidak diketahui persis kondisi organ tubuh bagian dalam dari bayi dempet tersebut,” ungkapnya.
Meski demikian, dr. Ari, mengatakan, masing-masing bayi kembar tersebut memiliki jantung, namun yang satu jatungnya lemah. Selain itu, kondisi kesehatan mulai menurun bahkan pasangan yang masih stabil mengalami HB rendah yakni 5,9 trombosit 56,000, sesak nafas dan beberapa gangguan lain. "Padahal penanganan sudah sangat maksimal meski keterbatasan sarana," jelas dr. Ari.
Sedangkan dr. Wayan Rusdiana Eka Putra, S.Pog mengatakan, langkah operasi sesar bayi kembar siam tersebut karena memang sudah cukup bulan berdasarkan hasil USG. Saat USG terakhir, kata dr. Wayan, posisi kedua bayi tersebut sungsang sehingga diambil langka operasi. "Sewaktu USG terakhir masih kelihatan dua jantung, abdomen lengkap masing-masing. Sementara posisi dempet tidak kelihatan karena mereka berada dalam satu kantong,” ujar sang dokter jebolan FK Udayana Bali ini.
Sementara, Direktur RSUD Ruteng, Dupe Nababan mengatakan penanganan sudah sangat maksimal terhadap kedua bayi kembar siam tersebut. Rencana untuk merujuk ke Jakarta juga sudah disepakati dengan pihak keluarga yang sedianya berangkat hari ini (11/7) ke RSCM Jakarta.
Dupe mengatakan, upaya rujuk baru bisa dijadwalkan hari ini karena penerbangan sangat padat baik jurusan Ruteng-Kupang maupun jalur Denpasar-Jakarta. "Padahal kita membutuhkan tujuh seat untuk mengantar bayi tersebut. Namun rupanya Tuhan berkehendak lain,” katanya. Setelah itu keluarga bayi langsung membawa pulang ke kampung halaman di Nterlango, Kecamatan Ruteng. (kr-2/aln)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU: Sunarwi Harus Mudur dari Ketua DPRD Pati
Redaktur : Tim Redaksi