Bayi Meninggal karena Kelainan Bawaan Terus Bertambah

Rabu, 26 November 2014 – 07:09 WIB
Bayi Meninggal karena Kelainan Bawaan Terus Bertambah. Foto: ilustrasi

jpnn.com - SURABAYA– Jumlah bayi meninggal lantaran kelainan bawaan terus bertambah. Seorang bayi perempuan yang lahir di RSAL dr Ramelan Senin (24/11) pukul 10.00 juga meninggal karena mengidap gastroschisis. Yakni, kelainan dinding perut yang berdampak usus berada di luar.

Menurut dr Frans O.H. Prasetiyadi SpOG (K), kepala Bagian Kebidanan dan Kandungan RSAL dr Ramelan, bayi tersebut sebetulnya lahir dengan sehat. Dia menceritakan, Olimpian Nur, 27, sang ibu, melahirkan secara Caesar.

BACA JUGA: Penderita Asma Berisiko Lebih Cepat Pikun

’’Si bayi memiliki bobot normal, yaitu 3 kilogram,’’ ujarnya.

Setelah mengetahui ada kelainan, lanjut dia, bayi itu langsung dioperasi tim ahli bedah anak. Operasi berlangsung satu jam. Nahas, bayi tersebut hanya bertahan 12 jam. Pada Senin pukul 21.45, bayi mengembuskan napas terakhir.

BACA JUGA: Ini Kata Peneliti soal Bahaya Cerutu

’’Operasinya berhasil. Tapi, bayinya tidak bisa melewati masa kritis,’’ ujarnya.

Frans mengatakan, kelainan pada bayi itu diketahui sejak dalam masa kandungan, tepatnya pada kehamilan bulan keenam. Hal itu diketahui melalui USG.

BACA JUGA: Anda Sering Nyeri Punggung? Ini Penyebabnya

Menurut dia, kelainan bawaan terbagi menjadi dua jenis. Yaitu, kelainan jantung atau sistem saraf pusat. Misalnya, bayi tanpa batok kepala, jantung dan usus di luar dinding perut, serta tulang punggung terbuka. Nah, bayi dengan kelainan bawaan itu sangat rentan dengan infeksi penyakit. Bahkan, setelah lahir dan berhasil dioperasi, ancaman tersebut masih ada.

Karena itu, Frans berharap para ibu lebih waspada. Sebab, sebenarnya kelainan tersebut bisa dicegah. Pertama, dengan rajin kontrol via USG. Pemeriksaan USG sebaiknya dilakukan sejak trimester pertama hingga ketiga. ’’USG penting untuk memantau kesehatan janin dan ibu serta deteksi risiko yang mungkin mengancam keselamatan ibu dan anak. Kalau perlu tindakan khusus, bisa segera dilakukan,’’ ucapnya.

Kemudian, kelainan juga dipengaruhi kurangnya asupan asam folat yang dikonsumsi ibu selama masa hamil. Dia mencontohkan, ada ibu yang merokok dan minum alkohol. Kondisi tersebut berpengaruh pada tumbuh kembang bayi di kandungan.

Frans menambahkan, angka kematian bayi itu terkait erat dengan kematian ibu. Saat ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Berdasar Survei Kesehatan Demografi Indonesia (SKDI), terjadi peningkatan angka kematian ibu (AKI). Hasil survei lima tahunan, pada 2007 jumlah AKI mencapai 228 ibu. Namun, pada 2012 angka itu naik menjadi 339 ibu.

Menurut Frans, AKI disebabkan tiga hal. Yakni, perdarahan pasca melahirkan, pre-eklampsia (tekanan darah tinggi dan kejang saat kehamilan, Red), dan infeksi. Di antara tiga penyebab itu, pre-eklampsia adalah penyebab kematian yang paling sering muncul. Kasus tersebut dapat dipicu minuman keras dan rokok, faktor keturunan (ibu atau saudara pernah menderita pre-eklampsia), kehamilan pertama, serta penyakit.

Untuk menekan angka kematian ibu dan anak, perlu kembali menekankan pentingnya pemeriksaan USG. Ibu juga perlu melakukan screening riwayat kehamilan. Selanjutnya, ibu bisa diberi obat dan suplemen. ’’Sebelum dan selama bisa minum susu kaya asam folat,’’ ujar Frans. (nir/fam/c17/hud)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kalung Edgy Dongkrak Percaya Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler