Seekor bayi orang utan berumur dua tahun di Bengalon, Kalimantan Timur, nyaris dibuang oleh pemiliknya yang diduga khawatir tertular virus corona dari orang utan.

Bayi orang utan yang bernama Damai berhasil diselamatkan dan kini dirawat di Sekolah Rimba orang utan 'Four Paws'.

BACA JUGA: Tolong Disimak Baik-Baik Pernyataan Terbaru Presiden Jokowi

Sebelumnya Damai dibawa dengan diikat di dalam karung dan dibonceng motor oleh pemiliknya yang sempat singgah di salah satu penjual bensin.

Penjual bensin yang melihat karung bergerak-gerak, penasaran dan menanyakan hal itu kepada pria yang tak disebutkan namanya tersebut.

BACA JUGA: Aula Masjid Sampai Disulap jadi Ruang Isolasi Pasien Corona

Si pemilik kemudian menjelaskan isi karung tersebut adalah bayi orang utan jantan dan dia bermaksud membuangnya ke hutan. Photo: Bayi orang utan berusia sekitar 2 tahun yang bernama "Damai" ini masih tampak mengalami trauma setelah ditemukan dalam karung dan nyaris dibuang karena pemiliknya takut tertular COVID-19. (Kiriman: Four Paws/Jejak Pulang)

 

BACA JUGA: Anies Baswedan Keluarkan Aturan Ketat soal Keluar Masuk Jakarta

"Kemungkinan besar pemilik tersebut ingin membuang Damai karena mereka takut mereka terpapar COVID-19 darinya," ujar Dr. Signe Preuschoff, pakar primatologi dari yayasan Four Paws.

Dr Preuschoff mengatakan pihaknya sudah mengetahui jika banyak orang khawatir tertular virus dari hewan, apalagi hewan liar.

"Kami sampai harus menenangkan masyarakat setempat bahwa di sekolah kami ini justru orang utan yang lebih berisiko terinfeksi virus oleh manusia, bukan sebaliknya."

Penjual bensin yang merasa kasihan meminta pemiliknya agar bayi orang utan diberikan kepadanya, karena jika dilepas ke hutan kemungkinan besar ia tidak akan selamat. Photo: Damai, si bayi orang utan, akan menjalani karantina selama 60 hari sebelum diperbolehkan bergabung dengan orang utan lainnya yang berada dalam perawatan Sekolah Rimba orang utan Four Paws. (Kiriman: Four Paws/Jejak Pulang)

 

Namun setelah menyadari ia tidak bisa memeliharanya, penjual bensin kemudian menyerahkan bayi orang utan ke kepolisian.

Kini Damai sudah akrab dengan ibu pengganti yang merawatnya bersama dokter hewan di Sekolah Rimba 'Four Paws'.

Menurut Dr Preuschoff penyelamatan orang utan di tengah pandemi COVID-19 bukanlah hal yang sepele.

Kesehatan Damai harus melewati prosedur kesehatan yang berlaku saat tim 'Four Paws' menjemputnya di kantor kepolisian yang tak memiliki fasilitas perawatan orang utan.

"Ketika tim kami tiba, bayi orang utan ini ketakutan, berusaha menggigit dan melarikan diri," ujarnya.

"Hasil pemeriksaan sederhana menunjukkan tidak adanya masalah kesehatan yang mengkhawatirkan seperti gejala flu atau cedera." Ratusan bayi orang utan diperdagangkan

'Four Paws' menyadari ada sekitar 150 bayi orang utan dijual secara ilegal kepada pembeli yang mayoritas berasal dari Asia, dengan nilai jutaan dolar per tahunnya.

Pandemi virus corona saat ini memperburuk nasib orang utan yang sepenuhnya berada di tangan para pedagang tersebut. Photo: Diperkirakan sekitar 150 bayi orang utan diperdagangkan secara ilegal setiap tahun, menjauhkan mereka dari habitat dan mengancam kelangsungan hidup sepupu terdekat manusia ini. (Kiriman: Four Paws/Jejak Pulang)

 

Damai termasuk bayi orang utan yang beruntung, meskipun harus melalui situasi yang menimbulkan trauma, karena pernah dimasukkan ke dalam sel tahanan oleh pihak kepolisian sebelum akhirnya dijemput oleh pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan tim 'Four Paws'.

"Bayi yatim ini tampak bersemangat minum susu dari botol, yang menunjukkan bahwa dia pernah berada di bawah kendali manusia." kata Dr. Signe.

Menurut keterangan Four Paws, proses penyembuhan luka psikologis yang dialami orang utan memakan cukup waktu lama.

Nasib banyak orang utan nyaris berakhir di tempat-tempat yang tidak semestinya, seperti arena pertunjukan 'Thai boxing' dijadikan sebagai properti foto untuk para turis atau sebagai hewan piaraan ilegal. Aksi ekspat Australia di Indonesia
Merasa sebagai rumahnya sendiri, sejumlah warga Australia di Indonesia ikut membantu warga lokal.

  Disekolahkan sebelum kembali ke alam

Keesokan harinya, Damai sudah tampak lebih ceria setelah mengonsumsi ubi jalar, minum susu dan air isotonik, serta menjalani pemeriksaan kesehatan.

Sebelum dapat berinteraksi dengan orang utan lainnya, Damai masih harus menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan dan dikarantina setidaknya 60 hari.

Damai kemudian akan disekolahkan sampai usianya mencapai enam atau tujuh tahun, sama seperti jika ia dibesarkan oleh ibunya sendiri, sebelum dilepas.

Melalui proses pendidikan tersebut, pihak sekolah rimba berharap Damai dapat memperoleh keterampilan yang ia perlukan untuk memulai kehidupannya di alam liar, kelak.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... THR Cair, Pusat Perbelanjaan Diserbu Pengunjung, Hati-hati Muncul Klaster Corona Baru

Berita Terkait