Tuntutan itu terungkap dalam surat rahasia yang ditemukan dalam tas milik salah satu pelaku aksi teror, Farhat, saat penyergapan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/8).
"Mereka menyatakan mempertanggungjawabkan aksi pembunuhan polisi yang didasarkan pada kekecewaan mereka karena para pendahulu mereka pernah ditangkap. Mereka ingin aksi balas dendam, sekaligus bertujuan agar meminta seluruh tahanan yang ditahan Polri dibebaskan,"ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di Jakarta, Selasa (4/9).
Motif lain juga masih didalami oleh kepolisian dari satu terduga teroris yang telah diamankan yaitu Bayu. Rekan Bayu, Farhan dan Mukhsin sudah lebih dulu tewas dalam aksi baku tembak dengan Densus 88 Antiteror, Jumat malam lalu.
"Beberapa waktu lalu kita masih menduga-duga tapi sekarang secara khusus motif ini sudah tergambar dari tulisan tangan yang diperoleh penyidik. Ini jadi pelengkap nanti untuk keterangan dari Bayu,"sambung Boy.
Sebelumnya diberitakan, saat mengamankan tas Farhan, pekan lalu, polisi menemukan berlembar-lembar surat dan barang-barang lainnya. Dari beberapa surat itu terungkap motif lainnya bahwa jaringan teroris ini memperjuangan ideologi mereka sebagaimana kelompok terdahulu seperti Jamaah Islamiyah yang ingin membentuk negara syariah Islam di Indonesia. Kelompok teroris menamai aksi balas dendam itu dengan sandi "main bola". Sementara istilah "pengantin", kata Boy, sebagai sandi untuk pelaku bom bunuh diri. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bayu cs Latihan Militer di Gunung Merbabu
Redaktur : Tim Redaksi