"Untuk warga kota Solo saya minta maaf sebesar-besarnya atas kelakuan saya. Atau saya pernah melakukan kesalahan, dan saya ucapkan ini dari hati saya terdalam. Saya ikhlas dan tidak ada tekanan dari aparat polisi. Dan Alhamdulillah saya sehat-sehat karena ada dampingan dari pihak Polisi dan Tim Pengacara Muslim (TPM)," katanya.
Dia juga menjelaskan kalau posisinya dalam kelompok yang berjumlah enam orang adalah surveyor. Dia pengintai beberapa pos polisi yang rencananya dijadikan sasaran tembak. Bayu mengatakan sengaja membunuh Polisi karena itu yang diajarkan olehnya. Sebab aparat kerap menangkap dan menganiaya koleganya.
Tidak hanya itu, Bayu juga mengungkapkan bagaimana dia dan kelompoknya mendapat suntikan dana. Pernah mencoba melakukan perampokan di salah satu toko emas di Pasar Klewer, Solo. Namun, usaha itu tidak berhasil karena keburu diketahui orang. Sejak itu, mereka memutuskan kalau dana didapat dari patungan.
Dia mengatakan kalau pertemuan dengan Firman (terduga teroris yang tertangkap di Depok) pada 2011. Setelah kedatangan salah seorang pimpinan dari Jakarta, mereka lantas menyusun rencana. "Pimpinan kami mengupas buku karangan Ustad Abdurrohman, polisi harus dibunuh karena sering mendzolimi," tandasnya.
Rencananya, kelompok tersebut ingin membuat Solo seperti Ambon atau Poso lengkap dengan kerusuhannya. Mereka berdalih kalau chaos bisa menegakkan syariat Islam. Pemahaman seperti itu terus dicekoki pemimpin yang menurut Bayu tidak diketahui namanya. Malam lebaran dipilih jadi hari eksekusi karena banyak polisi berjaga.
Setelah dia melakukan survey, Farhan, Firman, dan Mukhin melakukan eksekusi. Untuk pelemparan granat, Bayu menyebut pelakunya adalah Farhan dan Mukhin. Sedangkan penembakan di pos polisi Singosaren adalah Farhan dan Firman. "Peran saya disini sebagai pengintai. Sasaran dan target sudah ditentukan Farhan," jelasnya. (dim/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Bantah Bakal Jerat Angie Sendirian
Redaktur : Tim Redaksi