JAKARTA - Inflasi jinak yang dicapai sepanjang Februari lalu, berpotensi bergerak liar ketika harga BBM subsidi dinaikkan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, harga BBM subsidi yang masuk kategori administered price (harga yang diatur pemerintah) memang selalu menjadi faktor krusial dalam pergerakan inflasi.
"Selain inflasi langsung, ada pula inflasi tidak langsung akibat naiknya harga BBM," ujarnya di Kantor BPS, Kamis (1/3). Data yang dirilis BPS menunjukkan, sepanjang Februari lalu, laju inflasi hanya sebesar 0,05 persen. Sehingga, laju inflasi tahun kalender (Januari - Februari) 2012 tercatat sebesar 0,81 persen dan laju inflasi year on year (Februari 2012 terhadap Februari 2011) sebesar 3,56 persen.
Menurut Suryamin, dalam periode awal tahun ini, komoditas pendorong utama inflasi masih didominasi oleh bahan pangan dan emas. Namun, jika harga BBM subsidi dinaikkan, maka factor BBM lah yang akan dominan. "Potensi naiknya inflasi tergantung besar kecilnya kenaikan harga BBM," katanya.
Dia menyebut, jika misalnya harga BBM subsidi naik Rp 500 per liter menjadi Rp 5.000 per liter, maka potensi kenaikan inflasi langsung sebesra 0,31 persen dan inflasi tidak langsung sebesar 1,5 - 2 kali inflasi tidak langsungnya.
Karena itu, jika harga BBM subsidi dinaikkan Rp 1.500 per liter menjadi Rp 6.000 per liter, maka potensi tambahan inflasi langsung akan mencapai 0,93 persen dan inflasi tidak langsungnya. "Jadi, kalau BBM jadi Rp 6 ribu per liter, kira-kira tambahan inflasinya 2,5 - 5 persen," jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution memprediksi, jika harga BBM subsidi dinaikkan sebesar Rp 1.000 per liter, maka masih ada kemungkinan untuk menjaga inflasi sesuai patokan 5,5 persen sepanjang tahun ini. "Tapi, kalau kenaikkannya Rp 1.500 per liter, maka inflasi akan bergerak di atas target 5,5 persen," ujarnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sempurnakan Indeks Infrastruktur
Redaktur : Tim Redaksi