BBM Berkadar Sulfur Tinggi, Ancaman Serius bagi Kualitas Udara Jakarta

Rabu, 02 Oktober 2024 – 16:49 WIB
Polusi udara. Ilustrasi. Foto: Natalia Laurens/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Jakarta saat ini menghadapi tantangan serius dalam menangani polusi udara yang salah satunya disebabkan oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) berkadar sulfur tinggi.

Menurut laporan Clean Air Asia 2024, BBM di Indonesia memiliki kandungan sulfur 500 ppm (EURO 2), jauh di atas standar internasional sebesar 50 ppm (EURO 4).

BACA JUGA: Atasi Polusi Udara Jakarta dengan Integrasi Data dan Inventarisasi Emisi

Dampaknya sangat terasa di DKI Jakarta, di mana kualitas udara makin memburuk, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Budi Haryanto menjelaskan, buruknya kualitas udara yang disebabkan oleh polusi BBM berpengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat.

BACA JUGA: Prevalensi Asma Mengkhawatirkan, Siti Nadia: Jangan Remehkan Polusi Udara 

"Polusi udara tidak hanya berasal dari BBM, tetapi juga dari berbagai sumber yang terakumulasi. Dampaknya terhadap kesehatan masyarakat sangat serius,” kata Prof. Budi, dalam keterangannya, Rabu (2/10).

Polusi dari BBM berkadar sulfur tinggi menyumbang 43% dari total polutan di Jakarta, menurut Prof. Budi. Dia menambahkan bahwa jika kualitas BBM ditingkatkan sesuai standar internasional, kualitas udara dapat diperbaiki secara signifikan.

BACA JUGA: Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Prioritaskan Isu Polusi Udara

"Peningkatan kualitas BBM menjadi standar EURO 4 atau lebih tinggi harus segera dilakukan untuk mengurangi polusi udara secara keseluruhan,” imbuhnya.

Prof. Agus Dwi Susanto, Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara Kementerian Kesehatan, turut menyoroti dampak kesehatan dari polusi udara akibat BBM sulfur tinggi.

"Zat berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida, dan partikel halus (PM2.5) dapat memicu penyakit pernapasan akut,” jelasnya.

Menurut Prof. Agus, polusi udara di Jakarta juga menyebabkan peningkatan jumlah pasien dengan serangan asma dan penyakit paru kronik.

“Data dari RS Persahabatan menunjukkan bahwa peningkatan polusi berbanding lurus dengan serangan asma yang masuk ke IGD,” ujar Prof. Agus.

Untuk menanggulangi masalah ini, Prof. Agus menyarankan agar pemerintah mempercepat penyediaan BBM rendah sulfur dan meningkatkan transportasi umum ramah lingkungan.

Dia juga menekankan pentingnya regulasi yang ketat terhadap emisi industri untuk mengurangi polusi.

“Mengganti BBM menjadi lebih ramah lingkungan dan membatasi kendaraan di jalanan adalah langkah penting yang harus diambil," tuturnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler