Dua SPBU yang ada di Larantuka dalam dua hari terakhir ini sejak Rabu (21/11) melayani penjualan BBM secara bergilir. Itu pun hanya dilakukan pada sore hari. SPBU 01 di Gege, misalnya, pada Rabu sore melayani antrean panjang kendaraan bermotor. Sementara pada hari Kamis (22/11) tutup.
Antrean terpanjang terjadi di SPBU 02 Lewoloba. Di SPBU ini antrean kendaraan sudah terjadi sejak Rabu sore. Padahal, Rabu sore SPBU itu tidak beroperasi. Antrean bahkan mencapai hingga satu kilometer sejak Kamis (22/11) pagi. Aparat kemanan dari Kodim 1624 Larantuka, Polres Flores Timur dibantu Satpol PP harus membantu mengamankan lokasi SPBU dan mengatur antrean ratusan kendaraan yang membludak.
Seorang karyawan SPBU 02 Lewoloba, Gorety Doren yang ditemui koran ini, Kamis (22/11) pagi menuturkan, dirinya dan teman-temannya diliburkan selama dua hari sejak Rabu hingga Kamis sore. Ia mengaku, jatah BBM yang dipasok dari Depot Maumere untuk SPBU 01 hanya 5.000 liter sejak Selasa (20/11).
"Kita belinya empat tangki masing-masing 5.000 liter tapi yang dikirim hanya satu tangki saja. Kemarin untuk SPBU Gege, kita punya sebentar (Kamis) sore baru masuk," katanya.
Pantauan koran ini di SPBU Lewoloba, para sopir memarkir kendaraannya hingga satu kilometer. Mereka mengaku tidak bisa mengoperasikan kendaraannya karena persediaan bensin di kendaraannya tidak cukup.
Wento Kerans, salah seorang sopir menyebut, dalam sehari ia bisa memperoleh pemasukan sekitar Rp 400 ribu. Ia mengaku kondisi tersebut sangat merugikan dirinya karena gajinya dihitung dari persentase pemasukan yang diperolehnya setiap hari.
Selain mobil angkutan kota, sejumlah pengendara kendaraan roda dua juga membentuk antrean tersendiri. Salah seorang guru yang juga terpaksa tidak masuk sekolah. Saat ditemui, guru yang berpakian dinas dengan tas itu mengaku tidak dapat meneruskan perjalanan ke sekolahnya yang berjarak sekira 25 kilometer dari kediamannya.
"Saya paksa jalan juga tidak bisa sampai di sekolah," ujar guru salah satu SMP Swasta di Kecamatan Demonpagong itu.
Warga lainnya, Tedi Welan menuturkan, ia dan ibunya terpaksa harus berjalan kaki sepanjang 9 kilometer karena sepeda motornya kehabisan bensin. Ia menyebut, para pengecer bensin jalanan yang selama ini beroperasi, sejak Rabu sore tidak tampak menjual bensin.
"Rabu pagi masih ada satu dua orang yang jual. Itupun mahal. Yang biasa lima ribu kemarin lima belas ribu. Yang biasa sepuluh ribu kemarin dua puluh ribu," sebutnya. (krf2/ito)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cawagub Ikut Demo Konjen AS
Redaktur : Tim Redaksi