jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih menjadi penyebab melemahnya perekonomian dunia pada 2021.
Laju ekonomi di Indonesia melambat karena mobilisasi masyarakat dibatasi.
BACA JUGA: Bea Cukai Bahas Potensi Ekspor dengan Pelaku Usaha
Di tengah melambatnya ekonomi Indonesia, penerimaan Bea Cukai tumbuh secara signifikan dari target yang ditentukan.
Bea Cukai berhasil melampaui target yang ditetapkan APBN yang mencapai 125,1 persen dan tumbuh 26,23 persen year on year (yoy).
BACA JUGA: Bea Cukai Gandeng TNI Tingkatkan Keamanan di Perairan Kepulauan Riau
Target APBN 2021 di bidang kepabeanan dan cukai Rp 215 triliun, sedangkan realisasi penerimaan hingga 31 Desember 2021 Rp 269 triliun.
Penerimaan di sektor kepabeanan dan cukai didapat dari tiga sumber. Yakni, bea masuk (BM), cukai, dan bea keluar (BK).
BACA JUGA: Bea Cukai Amankan Puluhan Ribu Batang Rokok Ilegal di 2 Wilayah Ini
Penerimaan cukai dibagi menjadi hasil tembakau (HT), etil alkohol (EA), minuman mengandung etil alkohol (MMEA), denda administrasi cukai, cukai lainnya, dan plastik.
Di tengah mendesaknya kebutuhan layanan kesehatan, Bea Cukai menerapkan fasilitas pembebasan impor barang penanganan pandemi Covid-19 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 92/PMK.04/2021.
Bea Cukai juga mempercepat pelayanan barang-barang yang memerlukan pelayanan segera (rush handling) sesuai PMK Nomor 74/PMK.04/2021.
Bea Cukai berhasil melampaui target penerimaan bea masuk 117,22 persen.
Penerimaan bea masuk tumbuh 19,83 persen (yoy). Sementara itu, realisasi penerimaan Rp 38,87 triliun atau mencapai kenaikan Rp 6,4 triliun.
Persentase pertumbuhan penerimaan cukai paling rendah dibandingkan sektor kepabeanan 10,91 persen (yoy).
Namun, sektor cukai tetap sebagai penyumbang penerimaan paling tinggi dengan realisasi Rp 195,5 triliun.
Penerimaan di bidang cukai masih didominasi cukai HT Rp 188,8 triliun, dilanjutkan EA Rp 0,11 triliun, MMEA Rp 6,5 triliun, denda administrasi cukai Rp 0,07 triliun, cukai lainnya Rp 0,02 triliun, dan plastik paling rendah Rp 0.
Komoditas ekspor menjadi salah satu penopang perekonomian negara yang utama.
Penerimaan bea keluar bertumbuh paling signifikan 706,94 persen (yoy) dan realisasi penerimaan Rp 34,52 triliun.
Bea keluar mencapai target penerimaan paling tinggi 1.930,67 persen.
Capaian ini tak terlepas dari peran Bea Cukai dalam memberikan bantuan kepada pelaku usaha melalui layanan klinik ekspor dan berbagai fasilitas ekspor.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Nirwala Dwi Heryanto mengatakan, sepanjang 2021, perekonomian Indonesia bertumbuh.
Indonesia juga dianggap tangguh oleh menteri-menteri yang tergabung dalam G20 dalam mengatasi pandemi dan krisis ekonomi.
Namun, masih ada tantangan yang harus diperbaiki. Misalnya, dari sisi penyelarasan bisnis dan sistem IT.
“Dalam menghadapi tantangan ke depan, kami perlu menyiapkan fondasi yang kuat dalam berbagai aspek, ujarnya.
Pertama, menguatkan reformasi sehingga Bea Cukai menjadi institusi yang senantiasa tepercaya.
Kedua, mengoptimalkan peran Bea Cukai sehingga memberikan kontribusi signifikan pada APBN.
Ketiga, menjalin hubungan baik sehingga sinergi antarinstasi dapat mewujudkan Indonesia yang makin baik.
“Mudah-mudahan, ekonomi kita terus tumbuh positif dan penerimaan dapat melampaui target yang ditetapkan APBN,” pungkas Nirwala. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi