jpnn.com, BATAM - Bea Cukai Batam telah menerapkan Batam Logistic Ecosystem (BLE) dalam rangka mengoptimalisasi layanan kepabeanan.
BLE merupakan bagian dari National Logistic Ecosystem (NLE) yang menjadi sebuah wadah untuk mempertemukan komunitas logistik di sektor permintaan dengan komunitas logistik di sektor persediaan.
BACA JUGA: Dukung Ketersediaan Logistik dan PEN, Bea Cukai Siapkan Program Batam Logistic Ecosystem
Platform ini memfasilitasi importir dan eksportir dengan berbagai fitur logistik dari hulu hingga hilir.
Mereka dapat melihat dan memilih harga serta kualitas atas ketersediaan sarana pengangkut, pergudangan, bahkan pembayaran hanya dalam satu aplikasi.
BACA JUGA: Wujudkan Birokrasi Bebas Korupsi, Dirjen Bea Cukai Canangkan Zona Integritas
Informasi yang dapat dikolaborasikan melalui NLE seperti ketersediaan truk di suatu wilayah (platform trucking), ketersediaan slot kapal domestik antarpulau (Prahu-Hub).
Kemudian informasi jadwal kapal dan book slot kapal ekspor (clickargo), daftar negara tujuan ekspor per komoditas, daftar pelaku logistik/pengusaha pengurusan jasa kepabeanan (PPJK)/forwarder, dan lain-lain.
BACA JUGA: Bea Cukai Batam Sosialisasikan Dua Aturan Terbaru Pendukung Penataan Logistik Nasional
Kepala Kantor Bea Cukai Batam Susila Brata mengatakan bahwa program BLE dapat mempercepat logistik di Kota Batam serta mendorong program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menurut Susila, BLE akan menjadi menjadi program yang sangat bermanfaat dalam pemulihan ekonomi di situasi seperti ini.
Dengan segala kemudahan yang ada, diharapkan akan meningkatkan perdagangan dan industri di Kota Batam karena BLE dapat memperlancar arus logistik.
"Informasi tentang BLE ini terus kami sosialisasikan kepada masyarakat, khususnya melalui media massa seperti pada acara talkshow “Bincang Santai” di Kantor Inews Biro Batam tanggal 19 November 2020 lalu,” jelas Susila, Rabu (25/11).
Menurutnya, pada acara tersebut ia sudah menjelaskan bahwa BLE terbukti efisien dalam kegiatan layanan ship to ship/floating storage unit.
Yaitu, mencatatkan persentase efisensi waktu sebesar tujuh puluh persen dengan mengurangi waktu pengurusan yang semula tiga hari menjadi satu hari.
Selain itu, lanjut Susila, juga kegiatan perizinan usaha dan konsumsi dengan skema single submission mencatatkan persentase efisiensi waktu sebesar 94 persen, yaitu hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit validasi yang sebelumnya satu hari.
Susila menambahkan bahwa Bea Cukai ingin berperan lebih luas dalam hal peningkatan iklim industri perdagangan dengan menginisiasi penataan logistik.
Kolaborasi tersebut dilakukan dengan menggandeng instansi terkait, seperti BP Batam dan Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP).
“Sebagai sebuah ekosistem, BLE memerlukan partisipasi aktif semua entitas terkait logistik baik di lingkungan pemerintah maupun para pelaku usaha untuk tumbuh dan berkembang bersama. Kesediaan dan peran aktif setiap pihak sangat dibutuhkan demi tercapainya efisiensi logistik di Indonesia,” ujarnya. (rls/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy