jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan melalui Bea Cukai melakukan monitoring harga transaksi pasar (HTP), khususnya pada hasil tembakau rokok di berbagai daerah.
Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional dari tekanan akibat pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Bea Cukai Temukan Perubahan Tren Penyelundupan Narkoba di Tengah Pandemi
Direktur Kepabenan Internasional dan Antar Lembaga Syarif Hidayat menjelaskan, kegiatan monitoring HTP ini seharusnya dilakukan pada Maret lalu.
Namun, diberikan relaksasi penundaan dalam Surat Edaran (SE) Nomor 05 tahun 2020, dikarenakan darurat masa pandemi Covid-19 sehingga tidak memungkinkan untuk petugas Bea Cukai melakukan pemantauan langsung di pasar.
BACA JUGA: Bea Cukai Tegal Raih Penghargaan Kantor Pelayanan Bea Cukai Terbaik Ketiga 2020
“Memasuki bulan Juni petugas Bea Cukai dari berbagai wilayah mulai melakukan pemantauan langsung harga rokok di pasaran, yang tentunya dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan” ujarnya.
Ia menyampaikan, setidaknya ada puluhan kantor Bea Cukai di berbagai daerah yang telah melakukan monitoring HTP dalam kurun waktu kurang lebih dua minggu hingga 19 Juni 2020.
BACA JUGA: Bea Cukai Madura Tetap Merintis Kawasan Industri Hasil Tembakau di Tengah Pandemi Covid-19
Di antaranya adalah Bea Cukai Tasikmalaya, pada Kamis (11/6) hingga Senin (15/6) melakukan pemantauan harga rokok di Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, dan Kota Tasikmalaya.
Monitoring tersebut merupakan kegiatan survei untuk membandingkan harga transaksi pasar (harga jual) dengan harga jual eceran yang tercantum dalam pita cukai rokok.
Tujuannya untuk memastikan harga transaksi pasar tidak melampaui batasan harga jual eceran yang tercantum dalam pita cukai rokok.
Kegiatan ini dilakukan petugas dengan cara mendata harga produk rokok yang berada pada etalase toko, baik toko modern maupun toko tradisional.
Kemudian, hasil dari pelaksanaan kegiatan ini disampaikan dalam bentuk elektronik oleh petugas Bea Cukai melalui sistem aplikasi terintegrasi yang kemudian hasil surveinya akan digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kestabilan harga jual rokok di pasar.
Survei harga rokok ini juga dilakukan Bea Cukai Bandar Lampung, Bea Cukai Tarakan, Bea Cukai Meulaboh, Bea Cukai Maumere, dan Bea Cukai Ambon dengan mendatangi tempat penjualan eceran (TPE) yang menjual rokok di masing-masing wilayah, yang dilaksanakan dalam beberapa kurun waktu sejak 8 hingga 17 Juni 2020.
Dalam kegiatan monitoring ini, petugas juga memastikan harga penjualan tidak melampaui batasan harga jual eceran per batang atau gram di atasnya; atau kurang dari 85 persen dari harga tercantum pada pita cukai rokok.
Di sisi lain, petugas Bea Cukai tetap melakukan pengawasan terhadap upaya pengedaran dan penjualan rokok ilegal di pasar, serta melakukan sosialisasi terkait rokok ilegal, hal ini guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya dan larangan dari rokok ilegal yang dapat merugikan perekonomian negara.
“Maka dari itu, dengan adanya pemantauan harga jual di pasar dan sosialisasi terkait rokok ilegal, diharapkan bisa memantau perkembangan harga rokok pada tingkat konsumen akhir dan memberantas peredaran rokok ilegal di Indonesia,” pungkas Syarif.(ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi