jpnn.com, KUNINGAN - Kementerian Sosial (Kemensos) terus mendorong Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rehabilitasi Sosial untuk menggerakkan bebas pasung di masyarakat dengan koordinasi lintas instansi.
Seperti salah satunya telah dilakukan Balai Disabilitas Phala Matha di Sukabumi, Jawa Barat, yang membebaskan dan mengevakuasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau penyandang disabilitas mental (PDM) korban pasung di Desa Cileuya, Kecamatan Cimahi, Kabupaten Kuningan, Kamis (20/05).
BACA JUGA: Kemensos Terima Donasi Rp 100 Juta dari Victoria Community Church untuk Penanganan Bencana NTT
Dua warga yang dibebaskan dari pemasungan adalah perempuan berinisial AN (38) dari Dusun Calingcing dan laki-laki berinisial NW (27) yang berasal dari Dusun Wage II Desa Cileuya.
Keduanya dipasung oleh keluarga karena perilaku yang dianggap mengganggu seperti suka mengamuk, merusak barang, berjalan tanpa tujuan, serta membahayakan dirinya dan orang lain.
BACA JUGA: Polsek Candipuro Dirusak-Dibakar Massa, Nasib Kapolsek Seperti Ini
Evakuasi pun dilakukan dengan membantu keduanya segera mendapatkan perawatan kesehatan di Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon.
Selanjutnya, pemberdayaan diberikan melalui layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dengan pendekatan keluarga, komunitas dan residensial bekerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Graha Berdaya.
"Kegiatan pemberdayaan akan dilakukan secara simultan dalam layanan atensi oleh Graha Berdaya dan Balai Phala Martha dimulai dari proses asesmen dan penyusunan rencana intervensi dan implementasi pemberdayaan," ungkap Pekerja Sosial Balai Phala Martha Umar Khaerudin.
Upaya ini merupakan tindak lanjut dari asesmen yang sebelumnya dilakukan oleh Pekerja Sosial Balai Phala Martha, Ketua Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Graha Berdaya Kuningan, dan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Kuningan.
Berbagai pihak pun terlibat seperti keluarga ODGJ/PDM, Kepala Desa Cileuya Kecamatan Cimahi, dan Petugas Program Kesehatan Jiwa Puskesmas Kecamatan Cimahi.
Ibu AN menyampaikan, dahulu keluarga sudah mengupayakan pengobatan baik alternatif maupun medis, namun sering kambuh dan kambuh lagi. Keluarga merasa putus asa dan tidak mampu merawat anaknya yang sakit sehingga AN kemudian dirantai dan dikurung di rumah.
"AN sakit sejak tamat SD ketika usianya 13 tahun dan dirantai sudah selama dua tahun," ujarnya.
Sementara itu, Ibu NW menyampaikan bahwa anaknya telah dikurung selama satu tahun. Padahal, kata dia, dulu NW sehat dan sempat berdagang di daerah Johar Baru, Jakarta.
"Penghasilnya sering diberikan untuk membantu ekonomi keluarga, namun kondisi NW saat ini menjadi sakit dan memprihatinkan seperti sekarang," ujarnya.
Kepala Desa Cileuya menyampaikan terima kasih kepada Tim Pembebasan dan Evakuasi Korban Pasung dari Kementerian Sosial, Dinas Sosial, dan LKS Graha Berdaya yang telah membantu AN dan NW serta keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Rangkaian kegiatannya mulai dari merencanakan pelepasan pasung, hingga mengevakuasi untuk segera mendapatkan perawatan kesehatan.
Keseluruhan respons cepat ini sesuai dengan arahan Menteri Sosial agar layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berkomitmen mencakup pendampingan selama perawatan dan pascaperawatan kesehatan di rumah sakit, khususnya membantu pemulihan fungsi sosial AN dan NW serta pemberdayaan ekonomi bagi keduanya dan keluarga. (ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti