Beberapa Hari di Pengungsian, Alfin Lestaluhu Sulit Tidur, Makan tak Teratur

Sabtu, 02 November 2019 – 04:58 WIB
Suasana pemakaman Alfin Farhan Lestaluhu, bek kanan Timnas U-16 yang meninggal dunia akibat radang otak (1/11). Foto: Shariva Alaidrus

jpnn.com, AMBON - Jenazah Alfin Lestaluhu sudah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah, Jumat (1/11).

Pemakaman jenazah bek kanan timnas U-16 Indonesia itu diiringi isak tangis keluarga dan sahabat-sahabatnya.

BACA JUGA: Alfin Lestaluhu Meninggal karena Serangan Encephalitis, Penyakit Apa Itu?

Suasana duka yang mendalam tampak menyelimuti proses pemakaman Alfin Lestaluhu yang berlangsung di kawasan tempat pemakaman umum (TPU) Kampung Baru, Desa Tulehu sekitar pukul 14.20 WIT.

Hadir pihak keluarga, kerabat, dan teman seangkatan almarhum saat bersekolah di SD Negeri 2 Tulehu dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) 5 Salahutu. Semua tampak sedih. Berduka.

BACA JUGA: Suara Alfin Lestaluhu saat Mengumandangkan Azan Merdu Sekali

Juga kawan-kawannya semasa masih bergabung di Sekolah Sepak Bola (SSB) Maehanu Tulehu.

Mereka menangisi kepergian atlet muda yang baru memulai setahun karirnya di persepakbolaan nasional, dan telah ikut mengharumkan nama bangsa dengan memperkuat skuat timnas di beberapa laga internasional u-16.

BACA JUGA: Alfin Lestaluhu Meninggal, Glenn Fredly Kehilangan

Seorang sahabat yang sangat dekat dengan mendiang Alfin, tak bisa menahan rasa sedihnya yang mendalam. Ia menangis keras begitu usai menaburkan bunga di atas makam kawan karibnya itu.

Kedua orang tua almarhum, Erwin Lestaluhu (34) dan Eka Lestaluhu (33) juga tak kalah sedih dan kehilangan. Mereka terus menangis dan tak sanggup untuk berkata-kata.

Alfin Farhan Lestaluhu yang merupakan anak sulung dari empat bersaudara memang dikenal sopan, ramah dan taat beribadah. Ia juga mudah bergaul dengan siapa saja dan tidak segan untuk menyapa seseorang terlebih dulu.

Said Lestaluhu (45), paman Alfin, mengungkapkan, almarhum yang baru saja merayakan ulang tahunnya ke-15 pada 1 September 2019 merupakan anak yang membanggakan. Almarhum ikut membantu perekonomian keluarganya.

Kendati telah menorehkan prestasi yang baik di bidang sepak bola dan berpenghasilan sendiri, siswa Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan itu tetap bersikap rendah hati.

"Alfin itu anak harapan kedua orang tuanya. Bisa dibilang dia itu juga tulang punggung keluarga karena ikut membantu perekonomian keluarganya," ucapnya.

Said menceritakan sebelum didiagonas oleh dokter menderita encephalitis (radang infeksi otak), Alfin yang baru pulang kampung pada 24 September 2019 tampak sehat dan bugar.

Dua hari berada di Tulehu, Alfin Lestaluhu dan keluarga kemudian terpaksa harus mengungsi ke kompleks perkuliahan Universitas Darussalam, karena rumah mereka retak akibat guncangan gempa tektonik magnitudo 6,5 pada 26 September 2019.

Beberapa hari di lokasi pengungsian, kondisi kesehatan Alfin mulai tampak menurun. Dia mulai sulit tidur, makan tidak teratur dan mengeluhkan sakit kepala. Oleh orang tuanya, Alfin kemudian dibawa ke RSUD dr. Ishak Umarela yang sementara beroperasi di kompleks perkuliahan Universitas Darussalam.

Alfin Lestaluhu kemudian dirujuk ke RST Tk II Prof dr JA Latumeten Ambon dan hampir sepekan dirawat di sana, kondisi kesehatannya tidak menunjukkan perubahan signifikan.

Oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Alfin kemudian dibawa ke RS Royal Progress Jakarta pada 10 Oktober 2019.

Tak kunjung sembuh, Alfin yang selama di rumah sakit didampingi oleh sang ayah, lalu dipindahkan ke RS Harapan Kita dan menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis 31 Oktober 2019, sekitar pukul 22.11 WIB.

"Alfin Lestaluhu itu anaknya pendiam, walau sakit dia tidak pernah mengeluh, bahkan sama kedua orang tuanya juga tidak pernah. Dia hanya mengeluh merasa sakit kepala kepada temannya," ujar Said Lestaluhu. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler