jpnn.com - Boris Becker dan Mesut Ozil adalah dua superstar olahraga Jerman dari generasi yang berbeda.
Boris Becker menjadi bintang tenis lapangan kebanggaan Jerman pada pertengahan dekade 1980 sampai 1990-an, sedangkan Mesut Ozil menjadi salah satu bintang sepak bola berbakat Jerman era milenial.
BACA JUGA: Bukan Isapan Jempol, Raffi Ahmad Janji Rans Cilegon Boyong Mesut Ozil
Dua superstar itu hidup pada era yang berbeda, tetapi dua-duanya menghadapi masalah yang sama.
Becker dan Ozil menjadi bintang pada olahraga yang ditekuninya dan sudah memberi sumbangsih kepada bangsa dan negaranya.
BACA JUGA: Kanselir Jerman Takut Perang, Rusia Bisa Tenang
Akan tetapi, keduanya merasa kecewa atas perlakuan warga kepadanya dan akhirnya memilih pergi meninggalkan negaranya.
Ozil menjadi bagian dari generasi emas pesepak bola Jerman yang berhasil membawa Jerman menjadi juara dunia pada 2014.
BACA JUGA: Baru Tiga Kali Berlaga Bareng Timnas Jerman, Hansi Flick Sudah Mengukir Rekor Baru
Pada tahun itu, Ozil dinobatkan sebagai pemain terbaik fair play dunia.
Ozil kemudian bergabung dengan Real Madrid dan memenangkan Liga Champions.
Karier Ozil di Timnas Jerman meredup karena persoalan non-teknis.
Ozil yang keturunan Turki merasa mendapat perlakuan yang tidak fair dari penggemar sepak bola Jerman.
Ozil diragukan nasionalismenya karena pernah bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan.
Ozil merasa bahwa media tidak memberinya respek dan cenderung menyudutkannya.
Kecewa terhadap negaranya, Ozil memutuskan pensiun dari Timnas Jerman dan bermain di klub Turki.
Boris Becker menghadapi masalah yang sama.
Dia asli Jerman dan tidak mengalami diskriminasi langsung seperti Ozil.
Akan tetapi, Becker merasakan perlakuan yang tidak baik dari penggemar tenis Jerman dan juga dari media massa.
Becker sudah sangat berjasa bagi olahraga Jerman, tetapi dia merasa diasingkan dan disudutkan.
Ketika pensiun pada 1999, Becker meninggalkan Jerman dan tinggal di Inggris.
Nasib Becker lebih tragis.
Dari superstar olahraga sekarang menjadi narapidana penghuni penjara.
Dia divonis oleh pengadilan Inggris hukuman penjara 2,5 tahun karena kejahatan keuangan.
Becker dinyatakan pailit atau bangkrut pada 2017 karena tidak bisa membayar utangnya sebesar USD 4 juta.
Akan tetapi, Becker dianggap memalsukan laporan keuangan dan menyembunyikan sejumlah asetnya.
Karena kesalahan inilah, Becker divonis penjara oleh pengadilan.
Itulah nasib tragis yang dialami oleh Becker.
Dia telah mengangkat reputasi olahraga Jerman sangat tinggi di dunia internasional.
Dia menjadi sensasi internasional ketika menjadi juara Wimbledon pada 1985 dalam usia 17 tahun, dan menasbihkan dirinya sebagai petenis termuda yang pernah menjuarai Wimbledon.
Penggemar olahraga pasti masih ingat akan sosok Boris Becker.
Petenis jangkung dengan rambut merah dan alis mata berwarna merah.
Dia merevolusi permainan tenis dunia dengan servisnya yang menggeledek dan menggelegar yang membuatnya dijuluki sebagai ‘’Boom Boom’’ karena pukulannya yang meledak.
Becker memukau imajinasi penggemar olahraga di seluruh dunia dengan foto-foto yang menggambarkan keberaniannya melakukan diving untuk mencegat bola dengan pengembalian setengah voli.
Pukulan voli ala Becker menjadi ciri khas yang menginspirasi pemain-pemain tenis dunia.
Becker berlari dengan cepat ke depan net dan mencegat pengembalian lawan dengan pukulan voli yang mematikan.
Penggemar bulu tangkis pasti ingat akan Liem Swie King yang menjadi juara All England 3 kali.
Rekornya masih kalah jauh dari Rudy Hartono yang mengoleksi 8 gelar All England.
Meski demikian, Liem Swie King tercatat telah merevolusi gaya permainan bulu tangkis dunia dengan memperkenalkan permainan power and speed game yang mengandalkan kekuatan dan kecepatan.
Liem Swie King mempunyai pukulan keras dan terukur yang sangat mematikan.
Salah satu senjata andalannya yang khas adalah melakukan smash dengan meloncat memukul bola lob ketika masih ada di ketinggian.
Pukulan smash semacam ini tidak pernah dilakukan oleh pemain mana pun di dunia.
Jumping smash ini kemudian dikenal oleh dunia dengan sebutan ‘’King Smash’’.
Boris Becker juga melakukan banyak revolusi gaya permainan di dunia tenis.
Becker juga menerapkan permainan power and speed dengan mengandalkan permainan cepat mencegat bola di depan net.
Pukulan servis Becker yang menggeledek dan pukulan forehand yang keras dan akurat menjadi kekuatan utamanya.
Publik kemudian menyebut pukulan servis dan forehand yang keras itu sebagai ‘’Boom Boom Boris’’.
Liem Swie King menjadi legenda.
Setelah pensiun dari bulu tangkis, King memilih meningalkan dunia yang memberinya kesohoran itu dan tidak pernah menyentuhnya lagi.
Rupanya, King kecewa terhadap bulu tangkis, mungkin oleh perlakuan otoritas bulu tangkis nasional terhadapnya, sehingga memutuskan untuk menjauhi olahraga itu selama-lamanya.
King kecewa kepada negara yang telah dibelanya dengan jerih payah luar biasa di arena internasional.
Kasus Becker tidak sepenuhnya sama dengan King, tetapi ada unsur-unsur kesamaan.
Becker telah mengangkat martabat bangsa Jerman di mata internasional melalui perjuangannya di arena tenis.
Akan tetapi, negaranya memberi perlakuan yang kurang terhormat terhadapnya.
Becker menjadi korban serangan kritis media massa di negerinya sendiri, sampai akhirnya dia memilih untuk meninggalkan negaranya.
Ketika pensiun pada 1999, Becker sudah memenangkan 6 kejuaraan Grand Slam yang menjadi lambang supremasi tertinggi tenis dunia.
Selain 3 gelar Wimbledon, Becker memenangkan American Open dan Australia Open dua kali.
Becker mempersembahkan medali emas Olimpiade untuk negaranya, dan dia membawa Jerman menjadi juara dua kali Piala Davies.
Sebelum Boris Becker muncul di panggung dunia, olahraga Jerman (Jerman Barat ketika itu) tidak dikenal di dunia kecuali sepak bola.
Anda penggemar sepak bola tentu paham bagaimana gaya sepak bola Jerman pada dekade 1970 dan 1980-an.
Ketika itu, Jerman dikenal sebagai ‘’tim diesel’’ yang lambat panas.
Jerman dikenal sebagai Tim Panser dengan permainan yang kaku dan mekanik seperti mesin tanpa ada improvisasi, tetapi sangat efektif membunuh lawan.
Jerman menjadi juara dunia pada 1974 dengan mengalahkan Belanda 2-1.
Akan tetapi, juara tanpa mahkota yang sesungguhnya adalah Belanda.
Rinus Michels ialah arsitek Belanda yang memperkenalkan permainan total football yang merevolusi sepak bola dunia.
Total football Belanda melahirkan superstar pada diri Johan Cruyff yang menjadi motor serangan Belanda yang bergelombang.
Kecekatan Cruyff dan kecepatannya dalam mengolah bola menjadi momok lawan-lawannya.
Gerakan Cruyff mengecoh pemain lawan dengan melakukan putaran 180 derajat dikenal dengan sebutan ‘’Cruyff Turn’’ atau putaran Cruyff yang ditiru penyerang sepak bola di seluruh dunia.
Namun, Jerman yang menjadi tuan rumah lebih beruntung dibanding Belanda.
Belanda mempunyai Johan Cruyff yang disebut sebagai The Prince atau Sang Pangeran.
Namun, Jerman punya Der Kaiser atau Sang Kaisar pada diri Franz Beckenbauer yang menjadi kapten dan sekaligus motor utama kemenangan Jerman.
Beckenbauer dijuluki sebagai kaisar karena permainannya yang otoritatif dan penuh wibawa di lapangan.
Dia bermain sebagai pemain belakang, tetapi perannya lebih bebas dan bisa merangsek jauh ke gawang lawan dan mencetak gol.
Beckenbauer memberikan definisi baru bagi pemain belakang yang disebut sebagai libero.
Sejak itu, libero menjadi posisi baru yang membawa perubahan mendasar pada cara bermain pemain belakang.
Beckenbauer sangat dihormati dan dipuja di negaranya sampai sekarang.
Dia menjadi legenda nasional dan sampai sekarang menempati posisi sentral di klub Bayern Munchen yang membesarkan namanya.
Bersama klub ini, Beckenbauer tiga kali memenangkan Liga Champions.
Beckenbauer kembali menjadi pahlawan ketika menjadi pelatih Timnas Jerman dan menjadi juara dunia pada 1990.
Beckenbauer menjadi ikon nasional, tetapi Boris Beckerlah yang mengangkat olahraga Jerman pada level yang lebih tinggi.
Sebelum Becker muncul, olahraga Jerman hanya dikenal melalui sepak bola.
Becker kemudian membawa tenis Jerman mencuat di ajang dunia dan menempatkan dirinya sebagai ikon dunia.
Bersamaan dengan Becker muncullah Steffi Graf yang dijuluki sebagai Ratu Tenis Dunia.
Setelah itu baru kemudian muncul ikon baru di dunia balap seperti Michael Schumacher.
Kehidupan pribadi dan gaya hidup Becker menjadi sorotan.
Dia doyan pesta dan berfoya-foya.
Alkohol, pesta, dan wanita menjadi bagian dari hidupnya.
Becker menikahi Barbara Feltus yang punya darah Afrika dan menjadi sorotan media Jerman.
Becker kecewa karena perlakuan diskriminatif terhadap istrinya itu.
Becker bercerai dan menikah lagi dengan model internasional dari Belanda.
Akan tetapi, skandal yang paling membuat heboh adalah hubungannya satu malam dengan seorang model Rusia yang menghasilkan seorang anak di luar nikah.
Gaya hidup flamboyan membuat hidup Becker besar pasak daripada tiang.
Dia menjadi pelatih Novak Djokovic dan membantunya menjadi juara Grand Slam 6 kali.
Akan tetapi, reputasinya telanjur buruk di negerinya sendiri.
Becker pun memilih tinggal di Wimbledon, Inggris, yang membuatnya merasa dihargai dan dihormati.
Akan tetapi, Becker terlilit utang oleh gaya hidupnya.
Kini, Becker harus mendekam di penjara.
Dia menjadi pahlawan yang terbuang dan terlupakan. (*)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror