jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal II tidak akan minus atau mengalami kontraksi.
Arief menjelaskan kalau cuma memakai hitungan kertas dan laporan-laporan para pemantau ekonomi, memang pertumbuhan Indonesia di kwartal kedua diprediksi minus 3,1 persen akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sebagaimana disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani beberapa hari lalu.
BACA JUGA: Habiburokhman Desak Arief Poyuono Segera Minta Maaf
Namun, kata Arief, kalau memakai data riil dari masyarakat hasilnya akan berbeda. Faktanya, pada saat pemberlakuan PSBB, sektor UMKM seperti warteg, bakso, pecal lele, supermarket dan pasar tradisional tetap beraktivitas seperti biasa.
Dia mencontohkan di pinggiran Jakarta, aktivitas ekonomi tetap jalan seperti biasa. Yang sepi hanya di sekitaran kawasan bisnis DKI Jakarta saja. Begitu juga dengan provinsi lain yang memberlakukan PSBB. Sektor pertanian dan perikanan juga tetap stabil.
BACA JUGA: Arief Poyuono Minta Aparat Waspada jika Ada Penyelewengan Dana Covid-19 Rp 677,2 Triliun
"Malah permintaan produksi di sektor tersebut meningkat karena aktivitas pasar tradisional, pasar online dan supermarket tetap beroperasi," jelas Arief.
Menurut Arief, hal ini bisa dibuktikan dengan transaksi di perbankan secara virtual dan faktual yang justru meningkat untuk menjalankan aktivitas ekonomi.
BACA JUGA: Arief Poyuono: Tim Ekonomi Jokowi Pahlawan Bagi Masyarakat
Belum lagi, lanjut dia, usaha start up unicorn untuk platform digital marketplace yang banjir dengan tranksaksi jual beli secara online, juga terjadi di daerah yang menerapkan PSBB.
"Tentu saja dampaknya ekonomi tetap tumbuh," tegas anak buah Prabowo Subianto di Partai Gerindra itu.
Arief menambahkan begitu juga belanja di sektor alkes dan telekomunikasi yang meningkat saat PSBB, juga memberikan dampak ekonomi bertumbuh. Contohnya, ujat dia, menjamurnya penjualan masker hasil buatan industri UMKM yang bertebaran di pinggiran-pinggiran jalan raya
"Hanya sayangnya saat pemberlakuan PSBB banyak yang salah arah, hingga usaha UMKM justru diminta tutup. Contoh satu usaha UMKM di Sentul, Bogor, yang bergerak membuat dan mengumpulkan kertas semen didatangi petugas pemkab dan harus berhenti operasi," ungkap Arief.
Selain itu, ujar Arief, ada pula PSBB yang tidak disiapkan secara matang, sehingga oknum petugas main perintah tutup untuk perusahaan yang beroperasi, sementara kalau masih tetap buka akan diidenda seperti di Jakarta.
"Padahal, jika tetap diizinkan dengan tetap melaksanakan protocol kesehatan, perusahaan tidak perlu meliburkan karyawan atau melakukan PHK," katanya. "Dampaknya pengusaha dan perusahaan jadi banyak yang gulung tikar akibat tidak kuat bayar sewa kantor dan mengaji karyawannya," tambahnya.
Arief melanjutkan program bantuan sosial (bansos) yang dijalankan ini juga membawa impact besar terhadap pertumbuhan ekonomi yang akan tetap bertumbuh disaat Covid-19.
Menurut Arief, Menteri Keuangan Sri Mulyani mungkin jarang jalan-jalan keluar melihat-lihat aktivitas ekonomi saat PSBB. Termasuk akibat dari BPS juga shutdown saat PSBB, sehingga petugas tidak bisa melakukan survei ekonomi secara faktual.
"Terakhir, kami sarankan menganalisis masalah-masalah ekonomi itu harus menggunakan filosofi Ketua Mao yaitu Looking The Truth from the Pact," pungkas Poyuono. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy