Bedanya saat Pacaran dan Usai Menikah di Musim Mudik Lebaran

Rabu, 05 Juli 2017 – 05:52 WIB
Bedanya saat Pacaran dan Usai Menikah di Musim Mudik Lebaran. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Tiada ampun untuk pasangan yang tidak mau menghargai dan menghormati orang tua.

Donwori, 35, pun mengaku harus bersikap tegas terhadap istrinya, Se­phia, 33, yang tak mau ikut mudik ke kampung halamannya di Magetan.

BACA JUGA: Menikah tanpa Cinta

================================
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
================================

Untuk merayu sang istri mudik, bagi Donwori bukan pekerjaan yang mudah.

BACA JUGA: SPG Cantik yang Cakap Tawarkan Mobil, Janda Beranak Satu, Mengaku Masih Gadis

Apalagi, sudah empat tahun berturut-turut dia memaksa sang istri ikut mudik bersamanya namun selalu gagal.

Sephia selalu beralasan mual dan muntah-muntah kalau naik kendaraan jarak jauh.

BACA JUGA: Ketika Suami Kepergok Intip Pembantu Cantik

”Sejak awal nikah, istri memang sudah nggak suka saya ajak sowan ke orang tua di Magetan. Alasannya sih, jauh. Tapi, dulu waktu masih muda masa-masa pacaran, dia malah yang sering nyelonong pergi sendiri ujug-ujug main ke rumah naik bus,” kata Donwori.

Dia mengaku awalnya berusaha untuk bersabar. Dia juga mencari tahu apa kesalahan orang tuanya sampai sang istri emoh ke rumah mertuanya.

Bahkan ayah dan ibunya pun sampai mengalah rela bertandang ke Surabaya untuk mengunjungi anak, menantu, dan cucunya di akhir pekan.

”Saya kan kerja kontraktor, jadi sibuk banget. Pulang kadang dua bulan sekali. Kasihan ibu dan ayah juga sudah tua. Karena itu, sebenarnya istri kadang saya suruh ke Magetan. Ya sekadar menjenguk atau apalah, tapi kok dia nggak pernah mau. Saya juga nggak tahu alasannya,” kata Donwori.

Namun sejak awal menikah, Donwori mengaku sudah merasakan jika istrinya tidak suka dengan orang tuanya.

Waktu itu, Donwori sudah tidak berkutik karena Sephia dan orang tuanya ngebet minta menikah.

Ia pun tidak enak sama ayahnya, lantaran Sephia sering ke Magetan meminta untuk dinikahi.

Apalagi akibatnya, warga dan saudaranya yang lain jadi kerap memaksanya untuk menikah karena dianggap tabu seorang wanita sering datang dan menginap di rumah laki-laki.

”Saya sudah sabar-sabarkan mempertahankan dia demi anak. Tapi, kesabaran saya sekarang sudah benar-benar habis. Lebaran lalu, saya ajak dia pulang nggak mau. Dia malah melarang saya nggak usah pulang. Lha saya ini kan anak bungsu, pastinya orang tua nelongso kalau hari raya kok anaknya nggak mudik,” jelasnya.

Akhirnya meski tanpa izin istrinya, Donwori pulang sendiri ke Magetan. Tapi dia sangat malu dengan orang tua dan saudara-saudaranya karena pulang tanpa didampingi istri dan anaknya.

”Ibu melihat saya pulang sendiri menangis, saya jadi nggak tega. Padahal saya sudah yakinkan beliau kalau kami nggak ada masalah. Tapi karena istri tak bisa diajak mudik, saya mengajukan talak cerai. Saya sudah tidak bisa memaafkan istri saya itu lagi,” kata Donwori.

Meski demikian, pria yang tinggal di Rungkut itu berjanji akan bertanggung jawab kepada anaknya hasil pernikahan dengan Sephia.

Ia berjanji akan memenuhi susu dan kebutuhan anak semata wayangnya itu sebesar Rp 4 juta per bulan.

Tapi beberapa saat, suara handphonenya berbunyi. Ternyata itu dari Sephia.

Keduanya tampak bersitegang lewat komunikasi di handphone. Tapi, Donwori lantas menutup handphonenya dan tampak tidak nyaman.

”Dia (Sephia, Red) tadi nangis-nangis bilang saya ini jahat. Dia ngakui nggak suka sama orangtua saya. Dia nuduh orangtua yang meminta saya menceraikannya. Ya saya gak terima. Demi Tuhan, kalau tahu saya cerai begini pasti ayah dan ibu saya malah memarahi saya,” papar Donwori. (*/jay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini 4 Catatan Menhub untuk Penyelenggaraan Mudik 2017


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler