Begini Cara Amerika Menebus Dosa kepada Keluarga Korban Serangan Drone di Afghanistan

Minggu, 17 Oktober 2021 – 00:55 WIB
Sejumlah anak Afghanistan berbaris sebelum masuk kelas di Kabul, Afghanistan, Sabtu (18/9/2021). Foto: ANTARA/WANA via Reuters

jpnn.com, WASHINGTON DC - Pentagon telah menawarkan sejumlah uang duka kepada keluarga dari 10 warga sipil yang tewas dalam serangan pesawat nirawak (drone) di Kabul, Afghanistan.

Serangan itu terjadi pada 29 Agustus, dua hari sebelum tenggat penarikan pasukan AS dari negara itu.

BACA JUGA: Diggia Naik Podium Moto2 Amerika, Kampung Halaman Menunggu

Departemen Pertahanan AS itu mengatakan telah membuat komitmen yang mencakup "pembayaran uang duka sukarela" dan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri untuk menawarkan relokasi ke AS kepada keluarga korban.

Colin Kahl, Wakil Menteri Pertahanan AS Bidang Kebijakan, menggelar rapat virtual pada Kamis dengan Steven Kwon, pendiri dan presiden Nutrition & Education International, lembaga bantuan yang mempekerjakan Zemari Ahmadi, yang tewas dalam serangan drone itu, kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby, Jumat malam.

BACA JUGA: Kemendikbudristek dan Amerika Serikat Berkolaborasi di Bidang Ketenagakerjaan

Ahmadi dan warga sipil lain yang tewas dalam serangan itu adalah korban tidak bersalah dan tidak terkait dengan ISIS-K atau ancaman terhadap pasukan AS, kata Kirby.

Dari 10 korban tewas, tujuh di antaranya adalah anak-anak.

BACA JUGA: Partai Ulama Syiah Kuasai Irak, Kabar Buruk untuk Amerika

Pentagon sebelumnya mengatakan serangan pada 29 Agustus itu menyasar seorang pengebom bunuh diri ISIS yang berpotensi menimbulkan ancaman bagi pasukan AS di bandara saat mereka menyelesaikan tahap akhir penarikan dari Afghanistan.

Namun, sejumlah laporan segera bermunculan dan mengatakan bahwa serangan drone AS di sebuah kawasan permukiman di bagian barat Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul telah membunuh warga sipil termasuk anak-anak.

Video dari tempat kejadian menunjukkan pecahan-pecahan dari sebuah mobil yang berserakan di halaman sebuah gedung.

Pentagon kemudian mengatakan serangan itu adalah sebuah "kesalahan tragis".

Serangan itu terjadi tiga hari setelah pengebom bunuh diri ISIS membunuh 13 tentara AS dan puluhan warga sipil Afghanistan yang berkerumun di luar gerbang bandara untuk memperebutkan kursi dalam penerbangan evakuasi, menyusul kejatuhan ibu kota Kabul ke tangan Taliban.

Pembunuhan warga sipil itu juga memunculkan pertanyaan tentang masa depan serangan kontra terorisme AS di Afghanistan. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler