jpnn.com, JAKARTA - Grant Thornton rutin merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret, sebagai komitmen untuk terus mendukung para perempuan di dunia.
Dengan mengusung tema Women Empower Women, Grant Thornton Indonesia menghadirkan media talkshow untuk membahas lebih dalam peran perempuan, terutama dalam menyeimbangkan antara karir dan rumah tangga.
BACA JUGA: Pengguna ChatGPT Meningkat Grant Thornton Sebut Potensi AI di Indonesia Memelesat
Menghadirkan para women leaders Grant Thornton Indonesia yang berbagi pengalaman mereka menjadi pemimpin perempuan dan sudut pandang menyikapi berbagai stereotip perempuan pekerja.
“Hari Perempuan Internasional adalah penanda untuk merayakan pencapaian dan kontribusi luar biasa perempuan di seluruh dunia, dan untuk merefleksikan perjuangan berkelanjutan untuk kesetaraan gender," ujar CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani.
BACA JUGA: Serikat Pekerja Nasional Mendukung Ganjar Pranowo jadi Presiden 2024
Acara utama talkshow menghadirkan tiga srikandi Grant Thornton Indonesia yang membahas tiga topik utama yaitu balancing work and family, women in leadership, dan work excellence.
Johanna mengatakan kunci utama dalam menyeimbangkan karir dan rumah tangga adalah dengan menentukan prioritas.
BACA JUGA: Bahas Investasi Hijau dan Biru di Indonesia, Standard Chartered Gelar World of Wealth 2023
"Dan bagi saya prioritas utama saya tetaplah keluarga. Dengan menentukan prioritas, kita akan lebih disiplin dalam melakukan segala aktivitas dan tanggung jawab yang kita miliki. Temukan juga support system Anda, karena kita sebagai perempuan dan seorang manusia tidak bisa melakukan semuanya sendiri," seru Johanna.
Ketimpangan gender dalam dunia kerja seringkali juga disebabkan adanya stereotip gender, di mana perempuan sering dianggap tidak memiliki kapasitas atau kemampuan yang sama dengan laki-laki.
Padahal, keberadaan perempuan sebagai pemimpin akan membuat perusahaan semakin dinamis sehingga dapat menghasilkan keputusan komprehensif dan inklusif yang berasal dari berbagai aspek.
“Adanya stereotip gender terhadap perempuan memang tidak bisa kita hindari. Namun, tantangan ini seharusnya bukan menjadi penghalang bagi perempuan untuk memberikan kemampuan terbaiknya. Kita harus percaya terhadap kemampuan kita sendiri dan juga jangan takut untuk mengutarakan ide terbaik yang kita miliki. Grant Thornton di sini selalu berusaha mendukung para partner perempuan untuk merasa nyaman dalam mengekspresikan dirinya, sehingga mereka mampu menampilkan kinerja terbaik dan berkontribusi bagi masa depan perusahaan,” ungkap Hanny Prasetyo, Head of Assurance Grant Thornton Indonesia.
Tak hanya itu, perempuan juga dihadapkan dengan pilihan menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga, di mana kemampuan perempuan dianggap sebelah mata karena dianggap dinilai tidak strategis karena dianggap terlalu rentan posisinya di dalam sebuah perusahaan.
Melihat tantangan tersebut, Grant Thornton Indonesia menginisiasi kebijakan dan inovasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah bagi ibu dan anak, sehingga para ibu dapat fokus bekerja, sembari tetap bertanggung jawab terhadap perannya sebagai ibu.
“Bagi kami di Grant Thornton Indonesia, kesetaraan dan inklusi merupakan bagian fundamental dari identitas perusahaan kami, di mana kami memberikan kesempatan yang setara untuk belajar dan berkembang bagi semua orang, terutama bagi perempuan," terang dia.
Beberapa kebijakan sebagai bentuk dukungan yang kami lakukan antara lain adanya ruangan khusus untuk ibu menyusui, kebijakan yang memperbolehkan membawa anak ke kantor, kemudian dalam hal training atau leadership program, Grant Thornton secara global selalu menyeimbangkan proporsi jumlah partner yang seimbang untuk lelaki dan perempuan.
Ke depannya, Grant Thornton Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung perempuan Indonesia dengan menciptakan lingkungan kerja yang ramah terhadap para partner perempuan agar mereka terus menggali potensi yang dimiliki agar menjadi inspirasi perempuan lainnya untuk memberi dampak luas baik dalam keluarga, lapangan kerja maupun di masyarakat.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada