jpnn.com, JAKARTA - Anggota Tim Ekonomi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno (BPN Prabowo - Sandi) Rizal Ramli menyindir pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang hanya 5,1 persen. Menteri koordinaotr perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menilai pertumbuhan ekonomi era Jokowi terlampau kecil bagi negara sebesar Indonesia.
“Pertumbuhan lima persen buat Indonesia enggak cukup. Kita seharusnya lebih tinggi," kata Rizal Ramli saat ditemui usai debat kelima kontestan Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4).
BACA JUGA: Debat Kelima Pilpres: Jokowi Utamakan Pemerataan ketimbang Pertumbuhan Ekonomi
Rizal menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia seharusnya bisa lebih tinggi dari lima persen. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai delapan persen jika Prabowo - Sandi memenangi Pilpres 2019.
"Berapa yang reasonable? Menurut kami delapan persen. Barat selalu dobel digit. Jepang dobel digit. China (Tiongok, red) dobel digit. Kalau kami mau jadi negara hebat, ini dobel digit," ungkap dia.
BACA JUGA: Prabowo Kritik Pertumbuhan Ekonomi, Begini Respons Erick Thohir
Rizal menyebut salah satu cara menumbuhkan ekonomi dengan menurunkan tarif dasar listrik (TDL). Setelah tarif listrik turun, katanya, maka daya beli masyarakat dapat tumbuh.
Namun, Rizal meyakini penurunan TDL tak akan membuat PLN merugi. Hanya saja, mantan menko kemaritiman itu enggan membeber caranya.
BACA JUGA: Kubu Prabowo : Pemerintah Bukan Tidak Bisa, Tetapi Tak Mau Tuntaskan Kasus Novel
"Seratus hari ialah turunin TDL tetapi enggak buat PLN rugi. Ada caranya, tetapi saya takut ada yang contek jadi saya enggak bisa umumin. Nah, dengan TDL diturunkan, konsumen di bawah 900 VA bisa punya daya beli," imbuhnya.
Selain itu, kata dia, negara harus menurunkan harga komoditas pangan. Caranya dengan memberantas praktik karteli.
Ketika komoditas pangan murah, maka imbasnya terhadap pertumbuhan ekonomi. "Total benefit dari dua langkah ini bisa hemat 500 ribu - 1,5 juta per orang," ungkap dia.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi delapan persen akan meningkatkan angka investasi dalam negeri. Pemimpin negara tidak perlu repot-repot pergi ke luar negeri mengajak pengusaha asing menanamkan usaha di Indonesia.
"Salama ini, Pak Jokowi datang ke mana-mana, come and invest to Indonesia, tetapi enggak ada yang datang. Orang pertumbuhan ekonomi cuma lima persen," pungkas dia.(mg10/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh Surat Suara Tercoblos, Kubu Prabowo Yakin Ada Kecurangan Sistematis
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan