jpnn.com - MEMUKUL atau menampar anak yang masih kecil sebagai hukuman tidak pernah disarankan oleh psikolog ataupun pakar tumbuh kembang anak. Sebab hukuman fisik semacam itu bukannya membuat anak menjadi penurut, sebaliknya anak akan tumbuh sebagai sosok yang cenderung melanggar aturan saat sudah masuk bangku sekolah dan berperilaku agresif.
Hal itu dikemukakan pakar kesehatan, Dr. Miriam Stoppard, berdasarkan data yang digunakan oleh Universitas Columbia di New York. Data tersebut merupakan data dari sebuah penelitian anak yang lahir di 20 kota AS antara 1998 dan 2000 dan mencakup sekitar 1.900 anak-anak.
BACA JUGA: Makanan Jatuh ke Lantai Belum Tentu Berbakteri
Dalam survei pengumpulan data, orang tua ditanya tentang kebiasaan memukul anaknya yang berusia 3-5 tahun. Lalu para ibu dimintai keterangan terkait perilaku anak mereka. Kemudian saat anak-anak berusia 9 tahun, mereka diberi tes kosakata.
Enam dari 10 ibu dan empat dari 10 ayah mengatakan mereka memukul anak-anaknya yang berusia tiga tahun. Saat anak-anak berusia 5 tahun, jumlahnya sedikit menurun di mana hal itu masih dilakukan oleh lima dari 10 ibu dan tiga dari 10 ayah.
BACA JUGA: Kopi Bikin Ingatan Makin Kuat
Ternyata anak-anak usia 5 tahun yang sering atau kadang-kadang dipukul oleh ibunya bertindak lebih lebih agresif. Anak yang dipukul ibunya sedikitnya dua kali seminggu mengalami peningkatan masalah perilaku. Anak-anak berusia 5 tahun yang kerap dipukul ayahnya juga cenderung memiliki skor rendah saat melakukan tes kosakata.
Rata-rata skor kosakata untuk anak usia sembilan tahun dalam penelitian ini adalah 93, yang artinya sedikit di bawah rata-rata. Dari hasil ini diambil kesimpulan anak yang dipukul oleh ayahnya berkait dengan skor yang lebih rendah sampai dengan 4 poin.
BACA JUGA: Kotoran Telinga Bisa Jadi Indikator Kesehatan
Para peneliti mengatakan ada kemungkinan bahwa orang tua yang sering memukul tidak berkomunikasi sesering orang tua yang tidak memukul kepada anak-anaknya. Hal inilah yang ditengarai anak-anak yang sering mendapat pukulan cenderung memiliki masalah perilaku.
"Kita tahu memukul tidak manjur, kita tahu bahwa berteriak juga tidak manjur, kita tahu alasan-alasan yang tidak manjur. Para ahli percaya bahwa cara memukul bisa dipercaya anak untuk memecahkan masalah. Jadi anak-anak belajar bahwa anda dapat memukul orang dan mendapatkan apa yang diinginkan," kata Dr. Stoppard, seperti dilansir laman Mirror, Rabu (3/4).
Ketika anak-anak menginginkan mainan milik anak-anak lain, orang tua cenderung tidak mengajarkan bagaimana menggunakan kata-kata yang baik atau bernegosiasi.Sering kali orang tua malah menjewer anaknya agar tidak mengambil mainan milik anak lain. Bagi orang tua sendiri, jika mereka Sering memukul atau melakukan kekerasan pada anak, maka kebiasaan itu akan jadi sulit diubah. Karena orang tua merasa bisa mengendalikan anak dengan pendidikan melalui kekerasan. Padahal yang sebenarnya terjadi tidaklah demikian. (fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kanker Tenggorokan: Akibat Rokok atau Seks Oral?
Redaktur : Tim Redaksi