jpnn.com, BANDUNG - Ketua Tim Riset Uji Klinik Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran, Profesor Kusnandi Rusmil menyatakan uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 Sinovac sudah mencapai proses penyuntikan pertama kepada 1620 orang. Kemudian suntikan kedua disuntikan kepada 1590 orang relawan.
"Sampai sekarang itu tidak ada (efek) yang mengkhawatirkan.” kata Prof. Dr. Kusnandi Rusmil saat menjadi pembicara pada dialog dengan Menjawab Berbagai Keraguan Soal Vaksin, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
BACA JUGA: 6 Lembaga ini Kembangkan Vaksin COVID-19
Hasil uji klinis fase 3 yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran (Unpad) ini nantinya digabungkan dengan data dari hasil uji klinis fase 3 dari relawan di negara lain.
Gabungan data hasil uji klinis fase 3 dari berbagai tempat di belahan dunia (multi center) inilah yang nantinya menjadi acuan regulator untuk melanjutkan ke fase berikutnya.
Kemudian hingga sejauh ini, hasil uji klinis fase 3 di Unpad hasilnya cukup bagus. “Ini termasuk uji klinis yang aman sejauh ini. Dibandingkan dengan hasil uji klinis vaksin tetanus dan difteri, ini lebih aman.” tambah Prof. Dr. Kusnandi Rusmil.
Selain itu, prosedur penyiapan uji klinis fase 3 vaksin COVID-19 ini sudah terencana dengan baik dan sesuai jadwal, mulai dari persiapan protokol hingga penyuntikan relawan. Prof. Dr. Kusnandi Rusmil memperkirakan, laporan hasil uji klinis fase 3 ini akan dilaporkan pada regulator pada Januari dan selesai Maret 2021.
BACA JUGA: Dirut Bio Farma: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Menggembirakan
Keraguan lain seperti kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) setelah melakukan vaksin, juga tidak perlu dikhawatirkan masyarakat luas.
“Kemungkinan terjadi reaksi yang berat, umpamanya pingsan setelah diimunisasi itu 0,1 dari 1 juta.” terang Prof. Dr. Kusnandi Rusmil.
Begitu juga dengan fenomena Antibody Dependent Enhancment (ADE) yang sempat muncul mengiringi pemberitaan vaksin COVID-19 yang tengah diuji coba. Fenomena ADE yang diketahui hingga saat ini hanya timbul pada vaksin demam berdarah, karena memiliki empat anti gen di dalamnya.
Ini tidak terjadi pada COVID-19 yang memiliki satu anti gen. Penelitian mengenai kemungkinan timbulnya ADE pada vaksin COVID-19 ini, sebelumnya sudah dilakukan pada uji klinik Fase I dan II, dan terbukti tidak timbul fenomena ADE tersebut.
“Hal terpenting yang perlu dilakukan masyarakat sebelum vaksin COVID-19 ini nantinya beredar di masyarakat adalah tetap disiplin menerapkan protokol 3M yakni, menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun, serta menghindari kerumunan. Cara ini merupakan langkah pencegahan terpenting agar tidak tertular COVID-19.” ujar Prof. Kusnandi Rusmil. (ngopibareng/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Natalia