Begini Preferensi Politik Pemilih Urban di Jakarta

Jumat, 03 Februari 2017 – 19:02 WIB
Direktur Komunikasi dan Publikasi Indopolling Network, Wempy Hadir. FOTO: Dok.pri for JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Preferensi politik pemilih urban memberikan pembedaan tersendiri dalam menentukan pilihan. Hal ini tentu didasarkan pada tingkat pengetahuan dan pluralitas pemilih.

Direktur Komunikasi dan Publikasi Indopolling Network, Wempy Hadir menjelaskan pemilih urban biasanya memiliki alasan tersendiri dalam menentukan pilihan. Misalnya, mereka menentukan pilihan berdasarkan rekam jejak (track record) sang calon.

BACA JUGA: Anies: Jika Paslon Nomor 3 Naik, Harga Sembako Turun

Hal tersebut, kata dia, memberikan pengaruh yang signifikan untuk menentukan pilihan. Selain itu, pemilih urban juga menentukan pilihan berdasarkan tawaran program yang menjawab tantangan atau kebutuhan mereka. Hal tersebut bisa terlihat dalam pemaparan visi dan misi setiap calon dalam debat publik maupun kampanye terbuka.

“Perubahan dinamika pemilih urban terlihat saat setelah dilaksanakan debat kandidat. Kita melihat bahwa ada tren atau kecenderungan naik dan turunnya elektabilitas masing-masing calon,” kata Wempi di Jakarta, Jumat (3/2).

BACA JUGA: Begini Cara Rano Dorong Transparansi di Pemprov Banten

Dalam konteks Pilkada DKI Jakarta, Wempy melihat bahwa tren kenaikan dan penurunan elektabilitas setiap calon pasca debat kedua begitu terasa. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh lembaga survei Charta Politika periode 17-24 Januari 2017 menunjukkan elektabikitas Ahok-Djarot 36,8 persen, Anis-Sandi 27 persen dan Agus-Sylvi 25,9 persen. Sedang yang belum menentukan pilihan sebesar 10,3 persen.

Menurut Wempy, masih terdapat 10,3 persen pemilih yang sedang menanti debat terakhir untuk menentukan ke mana mereka akan memberikan suaranya. Debat terakhir menjadi momentum penting bagi setiap kandidat sebagai the last battle untuk meyakinkan pemilih Jakarta bahwa mereka mempunyai alasan yang kuat untuk dipilih memimpin Jakarta lima tahun ke depan.

BACA JUGA: Ruhut: Ahok-Djarot Menang Tanpa Pakai Jasa Buzzer

“Sangat menarik bagi publik DKI Jakarta untuk menantikan debat kandidat terakhir pada tanggal 10 Februari 2017 nanti,” katanya.

Ia menegaskan debat terakhir akan mampu memberikan tambahan dukungan bagi calon yang mampu memaparkan programnya secara konkrit dan rasional dan sebaliknya bisa mengurangi dukungan bagi calon yang tidak mampu menjelaskan program secara jelas dan konkrit.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Kerahkan Ribuan Saksi


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler