Begini Rasanya Memakai Baju APD Hazmat dan Menjadi Paskibraka, Dikelilingi Ratusan Pasien Covid-19

Selasa, 17 Agustus 2021 – 22:02 WIB
Upacara bendera, para paskibraka memakai baju hazmat. Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, BOYOLALI - Momentum upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 yang digelar di halaman Rumah Sakit Darurat Covid (RSDC) Asrama Haji Donohudan Boyolali Selasa (17/8) menjadi kenangan tersendiri bagi para petugas Paskibraka.

Tugas mereka mengibarkan sang saka merah putih sangat berat hari ini. Selain bertanggung jawab dan memastikan merah putih berkibar, para paskibraka ini harus melawan panas dan beratnya pakaian hazmat yang dipakainya.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Duh Pak Jokowi Buat Kerumunan Lagi? ICW Lapor Bareskrim, Program Anies jadi Kena Imbas

Enrica, salah satu dari tiga pasukan Paskibraka yang bertugas mengaku tak pernah menyangka, tugas yang diembannya itu begitu berat dan membuatnya kesusahan.

"Ini panas banget, berat juga. Enggak pernah terbayang bertugas mengibarkan bendera merah putih dengan pakaian seperti ini," kata Enrica usai bertugas. Napasnya tersengal, dan dia tampak kecapekan.

BACA JUGA: Berbaju Hazmat Lengkap Pimpin Upacara, Ganjar: Saya Tidak Bisa Membayangkan Nakes Memakai Ini

Saat mendaftar menjadi Paskibraka tingkat provinsi, siswa SMA dari Purworejo ini tak pernah menyangka akan tugas di RSDC Donohudan.

Dua hari sebelumnya, dia masih tahu bahwa tugasnya nanti di halaman kantor Gubernur Jateng di Semarang.

BACA JUGA: Para Anggota Paskibraka Jateng Curhat Hal ini Pada Pak Ganjar

Namun ternyata, tugasnya dipindah ke RSDC Donohudan karena upacara bersama ratusan pasien Covid-19, dia harus memakai hazmat demi protokol kesehatan.

"Tapi dengan ini, saya jadi tahu gimana beratnya perjuangan tenaga medis kita. Mereka berjuang susah payah melawan Covid-19. Mereka menggunakan hazmat seperti ini tiap hari. Saya yang sebentar saja terasa kepanasan," ucapnya.

Enrica berharap pandemi segera pergi dan kondisi kembali membaik. Ia juga mengajak semua masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan.

"Kepada para tenaga medis, tetap semangat dalam membasmi Covid-19 ya," pungkasnya.

Hal senada disampaikan Ahmad Iskandar, pengibar bendera merah putih lainnya. 

Dia mengatakan, tak pernah membayangkan akan bertugas mengibarkan bendera menggunakan pakaian hazmat seperti ini.

"Panas banget, sumpek juga. Tapi saya tetap semangat mengibarkan sang merah putih ke angkasa," jelas Ahmad.

Selain panas dan sumpek, mengenakan hazmat saat bertugas mengibarkan bendera menurut Ahmad memiliki banyak tantangan. Selain sulit untuk berjalan, sarung tangan yang digunakan juga licin dan bisa saja menghambat prosesi pengibaran.

"Rasanya panas banget, sumpek. Keringatnya banyak. Tantangannya ya itu, jalan susah dan sarung tangan ini kan licin. Kemungkinan talinya bisa terlepas. Tapi alhamdulillah lancar," ucapnya.

Selain Enrica dan Ahmad, para petugas upacara di Donohudan memang memakai pakaian sesuai protokol kesehatan.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selaku inspektur juga mengenakan pakaian hazmat yang sama.

"Saya baru pertama kali pakai hazmat. Panas banget ternyata. Saya tidak membayangkan, mereka para nakes yang berjam-jam menggunakan hazmat ini. Saya ingin merasakan bagaimana menjadi mereka," ujar Ganjar.

Menurut Ganjar, perjuangan para nakes sungguh luar biasa. Mereka harus berjuang menyemangati diri sendiri, merawat pasien dan juga menyemangati para penyintas.

"Sesuatu yang ingin saya rasakan sendiri. Mudah-mudahan kehadiran saya di sini, bisa memberikan semangat bagi para penyintas dan nakes. Mereka bisa juga merayakan kemerdekaan di tempat ini, khususnya para nakes semoga ini bisa memberikan semangat karena mereka bisa tetap upacara kemerdekaan di tempat kerja, dimana mereka tak pernah libur," pungkasnya.(flo/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler