jpnn.com, JAKARTA - Pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian menjadi sosok penting di balik terbentuknya Pasukan Asmaul Husna Brimob Polri jelang Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 silam. Motivator kondang itu pula yang menginspirasi Polri sehingga membentuk Pasukan Asmaul Husna pimpinan Kombes Arif Rahman.
Kiprah Ary Ginanjar itu tertuang dalam buku Rahasia Pasukan Asmaul Husna 212; Kisah Kombes Pol. Arif Rachman S.IK, MTPC di Tengah Lautan Aksi Bela Islam yang diluncurkan di Menara 165, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (4/11). Ary yang juga hadir pada peluncuran itu mengatakan, 4 November 2016 menjadi peristiwa yang sangat istimewa sekaligus genting.
BACA JUGA: Ada Peran Ary Ginanjar di Balik Pasukan Asmaul Husna Brimob
Namun, dia bersyukur lantaran jalannya unjuk rasa yang dikenal dengan sebutan Aksi 411 itu berlangsung damai. Ary meyakini hal itu tak terlepas dari peran Pasukan Asmaul Husna yang diturunkan Mabes Polri.
Pasukan di bawah komando Arif Rachman itu saat mengamankan Aksi 411 mengenakan serban, peci putih, dan menyambut aksi dengan cara damai melalui lafaz sambutan asmaul husna. “Mereka menyambut dengan santun dan ramah tanpa membawa pentungan, tanpa membawa senjata, tanpa gas air mata dan tanpa tameng," ucap Ary.
BACA JUGA: Rahasia Pasukan Asmaul Husna Menjaga Aksi 411 Jadi Buku
Karena itu, Ary menyebut Aksi 411, 212 dan lanjutannya sebagai fenomena mukjizat asmaul husna yang kemudian dituangkan oleh Arif ke dalam buku. Ary pun mengaku bersyukur karena Arif dan pasukannya mampu menghadapi aksi dengan damai.
Lebih lanjut Ary menceritakan ketika pada 2 November 2016 atau dua hari jelan Aksi 411 tiba-tiba terlintas ide tentang menghadapi pedemo dengan asmaul husna. Dia lantas menelepon Arif Rachman yang merupakan alumni ESQ 2010 karena khawatir dengan kondisi nasional waktu itu.
BACA JUGA: DPR Apresiasi Peserta Aksi 299 dan Pasukan Asmaul Husna
"Saya saat tu di atas sajadah, berzikir, mendoakan saja supaya semua berjalan lancar, aksinya juga mencapai tujuan dan harapan, tetapi keamanan tetap terjaga. Pada saat itulah terinspirasi, ini jangan pakai senjata, jangan pakai pentungan, jangan pakai tameng, jangan pakai gas air mata, tapi pakailah asmaul husna. Itu lah yang terbersit di hati saya saat itu," tutur dia.
Ary juga menyampaikan hal itu kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang juga merupakan alumnus ESQ. Mantan Kapolda Metro Jaya itu juga menerima ide yang digagas Ary.
Namun, yang jadi pertanyaan adalah siapa yang bisa menjalankannya. Sebab, bukan hal mudah menangani aksi damai tersebut, apalagi tanpa senjata dan harus membaca zikir asmaul husna.
Apalagi, kata Ary, harus ada polisi yang bisa hafal asmaul husna yang terdiri dari 99 nama dan sifat Allah SWT, kemudian melafazkannya secara khusyuk. Artinya, polisi kala itu dituntut mampu mengatasi aksi dengan tiga kecerdasan, yakni pendekatan emosional, menghargai dan spiritual.
"Maka beliau (Arif Rachman, red) yang saat itu kami usulkan kepada Pak Tito. ‘Pak Kapolri, ada pak, namanya AKBP Arif Rachman, Wakapolres Jakarta Timur'," tambah Ary menceritakan.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Massa Aksi 299 Salat Jumat dengan Pasukan Brimob Bersorban
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam