Beginilah Keseharian Supriyanto Si Pembongkar Makam Ibu Kandungnya

Setiap Hari Mengarang Lagu yang Dinyanyikan Bersama Teman

Jumat, 24 Juni 2016 – 07:27 WIB
Keluarga kakak kandung Supriyanto, Susilo saat menceritakan keanehan perilaku adiknya. Foto: Ahsan Fauzi/Radar Kedu/JPG

jpnn.com - Warga Temanggung, Jawa Tengah bernama Supriyanto dalam beberapa hari ini menjadi sorotan. Pria 47 tahun itu nekat membongkar makam ibunya sendiri, Parimah dan kemudian menyimpan jasad almarhumah di rumahnya. Lantas, seperti apa keseharian Supriyanto?

AHSAN FAUZI, Temanggung

BACA JUGA: Suami Jahat, 5 Tahun Tak Cium Istri Gara-gara Jerawat

RABU  (22/6) siang, suasana rumah Supriyanto  di Dusun Ngrancang, Desa Bojonegoro, Kecamatan Kedu, Temanggung tampak sepi. Rumah itu tertutup rapat.

Pihak keluarga sengaja menutup rumah mendiang Parimah. Padahal, rumah itu itu merupakan kediaman bagi  keluarga besar Supriyanto.

BACA JUGA: Buang Hajat di Sungai, Kecemplung...Innalillahi

Di samping kanan rumah Supriyanto ada rumah milik kakak kandungnya, Susilo (57). Di rumah itu, Susilo tinggal bersama istrinya, Supriyati (43).

Mereka berdua terlihat masih shocked bila mengingat kejadian Selasa (21/6) dini hari ketika rombongan petugas dari polsek dan Koramil Kedu mendatangi rumah ibunya. Kebetulan, dinding tembok rumah yang didiami Supriyanto masih menjadi satu dengan rumah Susilo. 

BACA JUGA: Berebut Zakat Rp 50 Ribu, Belasan Lansia Pingsan

“Saya benar-benar terkejut kok ada ramai-ramai petugas kepolisian dan TNI datang kemari. Saya juga tak menyangka kedatangan petugas mengecek mayat ibu yang disembunyikan adik saya (Supriyanto, red),” kata Susilo kepada Radar Kedu (Jawa Pos Group).

Susilo menuturkan, pagi itu, petugas bertanya ihwal pembongkaran makam Parimah oleh Supriyanto yang kemudian membawa pulang mayatnya untuk disimpan di rumah. Namun, Susilo sama sekali tak tahu bahwa adiknya telah berulah. “Karena saya benar-benar tidak tahu, ya saya bilang apa adanya,” katanya.

Sejak Parimah meninggal, Susilo mengaku jarang masuk ke rumah keluarga besarnya itu. Berbeda ketika Parimah masih hidup, Susilo dan istrinya Supriyati sering datang untuk menengok dan membawakan makanan.

Tentu saja kelakuan Supriyanto yang membongkar makam ibu dan menyimpan jenazahnya dalam kamar benar-benar mengagetkan Susilo. Ia menduga Supriyanto stres berat setelah ditinggal ibunya.

“Memang adik saya sedikit gendeng, tapi tidak gila alias masih waras. Namun, setelah ibu meninggal, perilakunya aneh-aneh, seperti kena gangguan jiwa,” ucapnya.

Susilo menambahkan,  Supriyanto sejak kecil tidak mau sekolah. Supriyanto juga ogah menikah meski pihak keluarga terus mendorongnya agar mengakhiri hidup membujang.

“Adik saya ini termasuk orang yang mau prihatin. Dia sering puasa ngebleng (puasa 40 hari tidak makan, red). Apa karena lelakunya itu yang membuatnya seperti ini (stres, red)?” tanya Susilo.

Supriyati menambahkan, setelah Parimah meninggal, Supriyanto  menangis setiap malam dan selalu menyebut nama ibunya. Dari lima anak Parimah, memang Supriyanto yang paling dekat dengan ibunya.

Setiap malam, Supriyanto juga selalu mengarang lagu. Kemudian tiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, Supriyanto bersama teman-temannya menyanyikan lagu itu dengan diiringi musik dan gamelan. Ritual ini bisa berlangsung hingga larut malam, bahkan tak jarang hingga pagi hari.

“Aktivitas adik saya dan teman-temanya itu meresahkan warga. Bahkan warga sekitar, Pak Kepala Dusun dan Pak Kepala Desa memberi teguran berkali-kali,” terangnya.

Kades Bojonegoro, Siyono mengatakan, tingkah laku anak pasangan Hermanto dan Parimah itu memang aneh. Supriyanto merupakan sosok yang tertutup dan tak pernah ikut dalam berbagai kegiatan bersama para tetangga. Padahal dulu ia sangat rajin bekerja di sawah.

Siyono menuturkan, Supriyanto mulai berubah ketika tahun 1994-1995. “Ketika dia terkenal menjadi ahli magic atau supranatural,” katanya.

Menurut Siyono, mulanya dulu memang banyak orang mendatangi Supriyanto untuk minta doa. “Tapi belakangan ini tamu mulai sepi. Paling hanya anggota jemaah malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon,” tutur Siyono.

Sedangkan Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Suharto mengatakan, polisi sudah memeriksa para pelaku pembongkaran makam selain Supriyanto. Yakni Prayit (65), Iswanto (50), Suparlan (45), Sukamto (60), Wahono (50), Sumadi (70) serta Suharyo Marju (40).  “Para tersangka saat ini masih di Polsek Kedu untuk menjalani pemeriksaan psikologi dari Polda Jateng,” jelasnya.

Karena ancaman hukuman hanya 1 tahun 4 bulan, para pelaku tidak perlu ditahan. Meski begitu, proses hukum tetap berjalan dan mereka dikenai wajib lapor.(san/ton/jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaf, Polisi di Polres Ini Dilarang Gondrong


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler