Beginilah Penguatan Pendidikan Karakter Siswa-siswi di Bogor

Minggu, 19 November 2017 – 00:05 WIB
Siswa-siswi SDN Lawang Gintung 1 sedang bermain permainan tradisional. Foto: Mesya Muhammad/JPNN.com

jpnn.com - Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di Kota Bogor cukup variatif. Mulai kegiatan religius, nasionalis hingga berbagai inovasi di bidang sience, lingkungan, olahraga hingga seni, dan budaya. Bagaimana penerapannya berikut ulasannya.

Mesya Muhammad - Bogor

BACA JUGA: Pak Jokowi, Siswa di Bogor Minta Dana PIP Ditambah

GEDUNG berasitektur zaman kolonial Belanda menjadi ciri khas SMPN 1 Kota Bogor. Ini menandakan sekolah tersebut sudah berusia sangat tua.

Memang sebagian besar gedungnya telah direnovasi bergaya modern. Namun, di samping kanan gedung yang bersampingan dengan SMAN 1 itu masih asli.

BACA JUGA: Harapan Sekolah soal Aturan Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Kadis Pendidikan Pemko Bogor Fahrudin, sisa bangunan berarsitek Belanda memang sengaja dipertahankan untuk mengingat sejarah.

"Ini memang heritage, makanya tidak diubah. Paling dicat saja untuk perawatan," ujarnya saat tim Press Tour Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan peninjauan belum lama ini.

BACA JUGA: Perumahan Royal Tajur Tawarkan Pemandangan Gunung Salak

Masuk ke dalam gedung sekolah, tampak pohon cinta yang daunnya adalah kertas-kertas berisi tulisan tangan siswa. Isinya beragam, sesuai isi buku yang dibaca siswa. Ada juga taman literasi yang dibuat seperti kebun.

Kepsek SMPN 1 Sri Sugiarti mengungkapkan, taman ini dibuat agar siswa tertarik membaca buku. Bahkan ada siswa yang bisa membaca ratusan buku dalam waktu enam bulan.

Sekolah yang hanya seluas 3.500 meter persegi ini memang jadi idola warga Kota Bogor. Dengan menampung 800-an siswa, SMPN ini sukses meraih prestasi tidak hanya nasional tapi juga internasional.

"Untuk kegiatan tambahan kami selalu dibantu orang tua murid. Memang kadang agak susah menangani anak-anak mami, saya harus sedikit bawel tapi alhamdulillah ortu murid sangat support sehingga program PPK berjalan lancar," tuturnya.

Lain lagi dengan SMPN 6. Sekolah ini terbilang kaya inovasi. Sekolah yang persentase siswa mampu dan kurang mampu fifty-fifty ini mampu menciptakan berbagai inovasi.

Menariknya inovasi timbul karena melihat banyaknya limbah dan kebiasaan siswanya yang suka buang air seni dekat pohon. SMPN 6 ini memang dikelilingi pohon-pohon rindang.

Menurut Kepsek SMPN 6 Kota Bogor Yuliani Triningsih, inovasi sangat berkembang di sekolah yang luasannya hampir satu hektare. Kegiatan ini diintegrasikan dalam aktualisasi pramuka.

"Sekolah kami yang pertama melakukan aktualisasi pramuka di Bogor. Pramuka adalah kegiatan PPK wajib bagi siswa," tutur Yuliani.

Aktualisasi Pramuka yang dijalankan SMPN 6 adalah menjaga kebersihan sekolah. Siswa dilarang buang sampah dan pipis sembarangan.

Karena siswa laki-laki banyak yang suka pipis di bawah pohon, muncul ide agar air seninya dikumpulkan setiap Jumat.

Kemudian air seninya difermentasi hingga menjadi pupuk yang diberi nama porin. Menurut Rini, guru IPA, urine mengandung 70 persen urea sehingga sangat baik untuk dijadikan pupuk.

Harga pupuk urin ini jauh lebih murah dibanding pupuk kimia. Selain itu tidak ada efek negatif pada tanaman.

Selain membuat pupuk, siswa juga diajarkan membuat obat nyamuk dari rumput teki, briket dari rumput dan kulit rambutan, kulit pisang jadi bolu.

Sayangnya hasil inovasi siswa-siswi ini tidak bisa dipatenkan. Untuk mempatenkan butuh dana Rp 10 juta per produk.

"Daripada dipakai buat hak paten, mendingan uang Rp 10 juta dipakai buat beli buku bacaan anak-anak," ucapnya

SMPN 14 juga kaya inovasi. Mata pelajarannya diintegrasikan dalam Pendidikan Lingkungan. Para siswa diberikan keahlian membuat kerajinan dari koran bekas.

Tidak ada yang bisa menyangka bila tempat sampah, kotak tisu, lukisan dibuat dari koran bekas. Sekolah ini juga mewajibkan siswanya menulis.

Hasil tulisan para siswa ini dibukukan dalam majalah sekolah. Kepsek SMPN 14 Ajat Sudrajat mengungkapkan, dengan program ini siswa lebih mengembangkan kreativitasnya. Siswa juga lebih membiasakan menulis setiap kejadian menarik yang dialaminya.

Bagaimana dengan SD? Dua SD yang dikunjungi yaitu SDN Polisi 1 dan SDN Lawang Gintung 1 sudah menerapkan PPK.

Walaupun belum bisa menerapkan lima hari sekolah, siswa diberikan berbagai kegiatan sience, seni, olahraga dan budaya.

"Di sini siswa diajari berbagai kegiatan. Anak-anak tinggal pilih mau sience, seni, olahraga atau budaya," ujar Kepsek SDN Polisi 1 Radith.

Kepsek SDN Lawang Gintung 1 Imas Windawati malah lebih berbangga. Siswanya sangat piawai di bidang seni dan budaya. Tak heran setiap ada kunjungan ke sekolah ini, tamu disambut dengan berbagai pergelaran seni.

Dari lima sekolah yang dikunjungi ini, rata-rata penerapan PPK hampir seragam untuk religius dan nasionalis.

Di pagi hari siswa diwajibkan tadarus bagi siswa muslim, menghafal Asmaul Husna, ada budaya salam sapa senyum, menyanyikan lagu nasional, membaca buku 15 menit. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentuk Penyuluh Hukum Profesional, BPHN Gelar Uji Kompetensi


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler