JAKARTA - Krisis global terus menebar sensasiNegara-negara Eropa yang paling parah terkena ‘gempa’ krisis itu mengambil langkah jitu
BACA JUGA: Toshiba Tambah Kapasitas Produksi TV
Prancis dan Jerman, misalnyaBACA JUGA: PLN Bangun PLTA Berskala Besar di Wamena
Keputusan dua negara itu bukan tanpa risiko
BACA JUGA: Bisnis Online Tumbuh 280 Persen
Indeks Dow Jones anjlok 0,6 persen ke 11.405, indeks Nasdaq turun 1,2 persen ke 2.523 dan indeks S&P melorot 0,9 persen ke 1.192Tidak terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi meski pada awal sesi sempat berada di jalur positif pada perdagangan Selasa (16/8) lalu.Nah, menyikapi kondisi pasar global itu manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan bahwa Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) dan Self Regulator Organizations (SRO) mengklaim punya cara tersendiriTidak hanya pemerintah yang memiliki skema penanganan krisis, pasar modal juga melalui Crisis Management Protocol (CMP)
"Di level negara tentunya ada Pemerintah, Bank Indonesia, Kementrian keuangan dan sebagainyaDi level pasar modal ada Bapepam, dan SRO sebagai regulator," tukas Ito Warsito, Direktur Utama BEI
Ito menyebut dengan CMP, pihak Bapepam dan SRO tahu harus berbuat apa jika terjadi pergerakan pasar yang diluar kebiasaan, baik itu dalam krisis maupun anomali di luar kebiasaan sehari-hariHal itu lanjutnya sama dengan apa yang dilakukan pemerintah di level negara, dalam mempersiapkan penangan krisis apabila terkena dampak dari krisis ekonomi global"Ini bagian dari protokol tadi," tutur Ito.
Kendati demikian yang membedakan tambahnya yakni, pemerintah bisa intervensi pasar jika negara terkena dampak dari adanya krisis ekonomi global baik itu untuk jangka panjang maupun jangka pendekSedangkan di Pasar Modal, Bapepam dan SRO tidak bisa intervensi
"Dalam arti misalnya membeli sahamTapi kalau pemerintah bisa intervensi karena memiliki persiapan dana yang cukup banyak misalnya dari BUMN untuk mengendalikan krisis agar tidak terlalu drastis seperti tahun 2008," jelasnya.
Ito percaya bahwa pasar domestic masih menjadi syurga investorSejumlah pemodal asing mulai Tiongkok, India dan Eropa tetap membelokkan modalnya ke dalam negeriItu karena secara fundamental kinerja emiten saat ini masih lebih bagus ketimbang di Tiongkok maupun di India"Pertumbuhan laba emiten kedua negara itu masih kalah disbanding dengan pertumbuhan laba emiten di IndonesiaDi mana pertumbuhan laba emiten kita tumbuh mencapai 30 persen," kata Ito optimis
Ito menjelaskan, pihaknya meyakini setelah sebagian kecil investor asing menarik dananya beberapa waktu lalu, tetap akan kembali menanamkan modalnya di IndonesiaKarena tindakan menarik modal itu, investor disergap kegalauan ketika berhadapan dengan gejolak yang begitu mendadak
"Mau melarikan modalnya ke India dan China tidak mungkin karena Indonesia lebih baik dari segi pertumbuhannyaJadi, pilihannya tetap Indonesia,” tandas Ito memberi garansi(far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelumas Ritel Perkuat Brand Image ke Komunitas
Redaktur : Tim Redaksi