Bekasi Kota Terkotor se-Indonesia

Kamis, 07 Juni 2012 – 02:03 WIB

BEKASI - Warga Kota Bekasi pantas mengelus dada. Pasalnya, kota tempat mereka tinggal mendapat penilaian buruk dari Kementerian Lingkungan Hidup (LH) dalam penilaian Adipura 2012. Lantaran, kota yang berbatasan dengan DKI Jakarta itu meraih predikat Kota Metropolitan Terkotor se-Indonesia. Raihan itu jauh berbeda dibandingkan dengan 2010 lalu. Saat itu, Kota Bekasi meraih piala Adipura sebagai salah satu kota terbersih.

Tapi dua tahun berselang, semuanya berubah. Pada penilaian pertama (P1) Kota Bekasi mendapat nilai 63,25. Nilai itu menempatkan Kota Patriot (sebutan lain Kota Bekasi) menempati peringkat 14 dari seluruh kota metropolitan di tanah air. Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menyesalkan Kota Bekasi mendapat predikat Kota Metropolitan Terkotor. Bahkan, dia pun tidak puas dengan penganugerahan itu.

Lantaran, pengganti Mochtar Mohamad ini menganggap beberapa wilayah sudah bersih seperti di jalan raya dan lingkungan perumahan warga. ”Indikatornya apa Kota Bekasi dibilang kotor?,” ucapnya kepada wartawan dengan nada tinggi.

Pria yang akrab disapa Pepen ini mengaku belum mendapatkan pemberitahuan resmi dari Kementerian LH terkait predikat tidak menyenangkan tersebut.

Rencananya, jika surat pemberitahuan dari sampai, Pemkot Bekasi akan menanyakan penilaian dan titik pantau Adipura 2012 mana saja yang menjadi kelemahan hingga kota yang dia pimpin jadi kota terkotor. ”Kami akan evaluasi,” cetus wali kota yang juga Ketua DPC Partai Golkar Kota Bekasi ini. Namun, Pepen menduga, jebloknya penilaian itu disebabkan pengelolaan sampah saat ini masih kurang maksimal.

Ditambah lagi, kapasitas lokasi pembuangan akhir sampah di TPA Sumur Batu telah mencapai batas jenuh. Hingga terjadi pemaksaan kapasitas pembuangan sampah yang menyebabkan peristiwa longsor pada Mei lalu. Dalam peristiwa itu satu orang tewas. ”Kita sebetulnya sudah bekerja keras. Tapi ternyata belum cukup. Harus dimaksimalkan. Kota Bekasi harus berbenah,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala BPLH Kota Bekasi Dadang Hidayat mengatakan, Kota Bekasi memang menghasilkan 500 ton sampah setiap harinya. Dari jumlah itu hanya 46 persen yang diangkut ke TPA Sumur Batu. Selebihnya tercecer di tempat pembuangan sampah liar. ”Perilaku masyarakat juga berpengaruh dalam penilaian ini Adipura 2012 ini. Kita semua harus sadar diri dan mulai melakukan pembenahan,” terangnya.

Dia juga mempertanyakan, kenapa hanya Kota Bekasi yang disebutkan sebagai kota terkotor. Lantaran, di Provinsi Jawa Barat ada juga kota lainnya yang tidak mendapatkan Adipura 2012 seperti Bogor, Bandung, dan Depok. ”Kenapa harus Kota Bekasi yang dipersoalkan. Ini sangat ironis dan sangat diskriminasi,” tegasnya.

Pengamatan INDOPOS (JPNN Group) penilaian Kota Metropolitan Terkotor layak disandang kota tersebut. Pasalnya, di beberapa lokasi memang terlihat kotor  dan kumuh. Mulai aliran kali yang macet, sampah juga berperan meninggikan sedimen sungai. Akibatnya tinggi permukaan sungai dan jalan nyaris sama. Dampaknya, banjir di beberapa wilayah Kota Bekasi tidak terelakan.

Di beberapa pintu air, tumpukan sampah menjadi pemandangan sehari-hari. Misalnya di pintu air yang bersebelahan dengan Islamic Center. Ketika permukaan air turun, sampah terlihat menumpuk. Belum lagi yang tersangkut di pintu air. Kondisi yang sama terlihat di pintu air di Jalan M.Hasibuan dan juga pintu air di dekat Jalan Kemakmuran.

Raihan Kota Metropolitan Terkotor membuat sejumlah LSM di Kota Bekasi geram. LSM Environment Community Union (ECU) menganggap selama kepemimpinan Wali Kota Rahmat Effendi, program Bekasi Bersih yang dulu digagas pendahulunya vakum.

”Pada 2010 lalu, Pemkot Bekasi mengajak seluruh masyarakat bersih-bersih. Mulai tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan sampai tingkat kota. Kini, semuanya berubah. Masyarakat menganggap program bersih-bersih Kota Bekasi hanya milik aparat pemda dan hampir tidak melibatkan masyarakat, ” terang Ketua ECU Kota Bekasi, Benny Tunggul.

LSM pemerhati lingkungan ini menilai, dampak dari predikat tersebut membuat investasi turun merosot. Penyebab anjloknya prestasi Kota Bekasi antara lain karena kualitas udara semakin tercemar. Hal itu dapat dilihat dari ruang terbuka hijau yang semakin sempit. Ditambah lagi, lokasi TPA Sumur Batu milik pemda tidak memenuhi standar operasional. ”Juga banyak terjadi pendangkalan sungai yang mengakibatkan sampah menumpuk,” ujarnya.

Predikat itu juga membuat Ketua DPRD Kota Bekasi Andi Zabidi galau. Dia mengatakan akan membahas anjloknya prestasi Kota Bekasi. Lantaran, pretasi Kota Metropolitan Terkotor se-Indonesia yang disandang Kota Bekasi membuat tercoreng wajah kota tersebut. ”Saya tidak mau berkomentar banyak, kami segera adakan pembahasan dengan eksekutif,” tandasnya.

Untuk diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyerahkan piala Adipura 2012 yang dilakukan di Istana Negara, Rabu (6/6) untuk berbagai kategori. Untuk kategori kota metropolitan ada 10 wilayah yang mendapatkan prestasi terbaik. Yakni, Kota Tangerang, Kota Palembang,  Kotamadya Jakarta Pusat, Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Timur, Kotamadya Jakarta Utara, Kota Semarang,  Kota Malang, Kota Balikpapan dan Kota Medan.

Perolehan Adipura 2012 bagi Kotamadya Jakarta Pusat, Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Utara cukup layak. Pasalnya, warga empat daerah yang ada di bawah Pemprov DKI Jakarta itu sangat antusias menjaga kebersihan. Itu dibuktikan selama dua bulan ini, INDOPOS yang didukung Bank Mandiri dan Pemprov DKI Jakarta menggelar kerja bakti setiap sabtu-minggu di 250 RT se-DKI Jakarta.

Dalam program Mandiri Kotaku, Bersih Jakartaku (MKBJ) 2012 itu setiap wilayah diwakili 50 RT. Program kerja bakti membersihkan lingkungan yang di-launching 9 April yang sangat mendapatkan antusias warga ini juga dilombakan dengan total hadiah Rp 737 juta. Penilaian dilakukan juri independen yang berasal dari kalangan LSM lingkungan dan akademisi yang berasal dari UI, Universitas Trisakti dan Universitas Sahid.

Bukan hanya warga yang antusias menyambut program MKBJ 2012 dengan cara membersihkan lingkungan dan menggelar penghijauan tapi aparat pemda setempat juga semangat. Mulai dari tingkat RT, RW, lurah, camat dan wali kota. Buktinya, Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah dua kali terjun langsung dalam kegiatan ini. Dia ikut kerja bakti dengan mengecat tiang listrik saat berbaur bersama warga melakukan kerja bakti. Terjun langsung ikut kerja bakti MKBJ 2012 juga dilakukan Wali Kota Jakarta Utara Bambang Soegiono, Wali Kota Jakarta Barat Burhanudin dan Wali Kota Jakarta Selatan Anas Effendi, berbaur bersama warganya  bahu membahu membersihkan wilayahnya masing-masing.  (dny)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orangtua Murid Keluhkan Pungli


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler