BACA JUGA: Pencipta Aplikasi Radar Bakmi di BB
Seperti apa?SEJAK masih duduk di bangku kuliah, Stephen Liestyo sudah menunjukkan kemandiriannya
BACA JUGA: Sukses di Dunia Maya
Waktu kuliah semester enam, saya juga bantuin paman di pabrik plastik,’’ ujar pria jebolan Teknik Elektro, Universitas Trisakti Jakarta.Pada 1986, dia mulai bekerja di perusahaan medical elektronikSelama bekerja di pengeboran minyak, pehobi traveling ini menggunakan alat-alat canggih
BACA JUGA: Piawai Dalam MLM
’’Empat tahun bekerja di sana banyak pengalaman, ketemu banyak orang asing, bangsa-bangsa lain di dunia, ya kesannya enjoy dan challenging,’’ imbuhnyaPada 1990, Stephen memutuskan melepas masa lajangJika sebelum menikah, dia mendapat jatah dua bulan kerja, dua minggu libur, tapi setelah menikah, sebulan kerja seminggu libur’’Berat sekali, istri diajak juga nggak mau, akhirnya saya putuskan untuk pindah,’’ tandasnyaPada 1991, bapak dua anak ini pindah ke bank BCA dengan kewenangan terkait mesin ATM’’Waktu itu, ATM BCA masih 49 unitMasih kecil ya tapi problemnya segudangLima tahun itu struggling, setiap Sabtu dan Minggu banyak masukLebaran dan Natal juga masuk kerja karena ATM banyak dipakai di hari-hari liburUntungnya, istri saya banyak supportTapi waktu itu, saya punya mimpi bagaimana ATM BCA bisa nomor satu,’’ jelasnya
Pada 1997, BCA menempatkan hampir 1.000 ATMStephen total memegang tanggung jawab ATM baik operation, marketing, dan supportSelama itu pula karirnya cukup melesat sampai akhirnya pada 1999 dia ditunjuk sebagai general manager (GM)Kemudian menjadi senior general manager consumer bankingNamun sejak menduduki jabatan tertinggi, dia merasa tantangannya mulai berkurang
Dua-tiga tahun lalu, dia sempat berpikir apa akan begini terus? ’’Walau lima tahun lalu sempat dioper ke Lippo sebagai direktur consumer banking, tapi kurang berminatIni karena saat itu, saya rasa BCA masih banyak challengeTapi setelah offering yang terakhir ini, saya merasa challenge sudah selesaiTantangan saya sudah tidak banyak dan butuh tantangan baruSaya pikir saya sudah 10 tahun di level GM dan mau coba hal baru,’’ tuturnya.
Sampai akhirnya tahun lalu, dia memutuskan pindah ke BII.’’Kepindahan ke BII juga tidak ada planningMungkin ini jalan TuhanAda yang ngajak, kemudian dalam tiga minggu selesaiJadi semua berjalan cepat, seperti saya dibukakan jalan,’’ ucapnya. Di sini dia banyak belajar’’Setahun ini saya lihat sudah separuh yang berjalanSaya juga banyak melakukan reportasi, alignment, dan empowermentItu penting ya, karena saya nggak bisa bekerja sendiriDi situ saya seperti dirigen (seseorang yang memimpin pertunjukan musik, Red) nggak semua alat musik saya bisaBanyak pemainnyaSekarang gimana caranya pemain itu bisa harmoniSekarang sudah mulai kompak, masih dilatih-latih lagi,’’ katanya.
Enam bulan pertama, dia harus membawa file dengan ketebalan lebih dari 30 cm dan kerja sampai malam, tapi sekarang sudah normal’’Saya mau lihat dalam dua- tiga tahun ini BII bisa maju pesatArtinya dibandingkan saya masuk pertama kali,’’ tuturnya(dewi maryani)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Memaksimalkan Team Work
Redaktur : Tim Redaksi