Sukses di Dunia Maya

Rabu, 07 Juli 2010 – 13:55 WIB
Keberhasilan www.kaskus.us merupakan kesuksesan Andrew Darwis, 31Bahkan saking serius membangun Kaskus, founder sekaligus Chief Technical Officer (CTO) Kaskus Networks ini sampai tak sempat berpacaran

BACA JUGA: Piawai Dalam MLM

Mengapa?


MENURUT data Alexa (The web information company) terbaru, Kaskus yang merupakan portal berita dan forum komunikasi itu menempati urutan enam dari daftar Top 100 Sites in Indonesia


Kaskus ada di bawah deretan dominasi portal asing, yaitu facebook.com, google.co.id, google.com, yahoo.com, dan blogger.com

BACA JUGA: Memaksimalkan Team Work

"Maka kaskus adalah situs Indonesia nomor satu," ujar Andrew Darwis, founder sekaligus Chief Technical Officer (CTO) Kaskus Networks kepada INDOPOS (JPNN Grup).

Maka, tidak heran juga jika keberadaannya mulai dilirik para investor
Kaskus saat ini mendapat 'serangan' pemodal yang berminat berbisnis di sektor dunia maya

BACA JUGA: Suka Tantangan Baru

Sementara ini, penawar tertinggi adalah senilai USD 50 juta.

Tentu saja Andrew belum rela melepasnya dengan keyakinan bahwa setelah mendapat polesan lebih indah lagi dalam jangka waktu satu tahun setidaknya sudah bernilai ganda"Tapi sebenarnya kemarin kalau ada yang berani USD 60 juta saja saya lepas," kata pria kelahiran 20 Juli 1979 itu.

Andrew memiliki dana investasi untuk dialirkan di nadi perusahaan Kaskus dari hasil kerja di Amerika SerikatHampir 10 tahun pria yang biasa berinternet lebih dari delapan jam dalam sehari itu tinggal di Negeri Paman Sam.

Sebelum ke AS, dia sebetulnya sudah merasakan gajian dengan kerja paruh waktu di perusahaan Web Design di JakartaAda dua perusahaan yang menggunakan jasanya, yaitu kemana.com dan indotradezone.comSaat itu pada 1998, gajinya Rp 500 ribu, sehingga bisa membantu biaya kuliahnya di Jurusan Manajemen Informasi, Universitas Bina Nusantara

Pada awal 1999, Andrew merasa butuh sekolah yang lebih fokus lagi, terutama yang bisa mendalami ilmu membuat website"Tapi nggak ketemu di IndonesiaSampai akhirnya teman yang sudah sekolah di Amerika kasih tahu bahwa ada di SeattleYa sudah saya keluar dari kampus di Jakarta, berangkat ke sana," ulasnya.

Sambil kuliah untuk mendapat gelar sarjana di Art Institute of Seattle itu Andrew dipekerjakan di bagian perpustakaan kampus dan laboratorium komputer"Tapi kerjanya nggak teknis komputerMalah lebih ke beres-beres komputer, isi tinta dan kertas printer, ya begitu begitu saja," ungkap pria yang matanya minus 1,5 itu.

Begitu kuliah selesai, Andrew mendapat pekerjaan di kota yang sama di perusahaan web design Thor Loki selama tiga tahun dengan gaji per bulan USD 1500"Gajinya sebetulnya kecilKarena standar gaji web design di sana itu minimal USD 3000Tapi berhubung cari kerja susah ya saya ambil,"  ujarnya.

Sambil bekerja, Andrew melanjutkan kuliah S2 di Seattle University Jurusan Computer ScienceSetelah lulus, dia pindah kerja dengan membangun portal musik, lyrics.comOtaknya hanya berdua, dia dan bosnya keturunan Vietnam yang sudah menjadi warga AS"Di sini gajinya jauh lebih besar," akunya.

Di tengah kesibukan bekerja dan menyelesaikan sekolah itu, Andrew tidak pernah lupa untuk tetap mengembangkan Kaskus sedikit demi sedikitSampai akhirnya pada 2008, dia merasa harus pulang dan fokus di Kaskus"Sebenarnya saat itu kalau mau tinggal di Amerika sudah enakSudah punya pekerjaanWalaupun gaji tidak besar, tapi cukup untuk kredit rumah dan mobil," ulasnya.

Keyakinan bahwa Kaskus akan besar yang membuat Andrew akhirnya pulang jugaTerlebih dia juga diyakinkan oleh Ken dan Danny bahwa membernya di Indonesia terus meningkat

Belum Pernah Pacaran, Lebih Fokus Komputer

KUNCI keberhasilan Andrew Darwis adalah fokus, giat, dan sungguh-sungguh bekerjaBetapa tidak, selama 10 tahun di Amerika Serikat (AS), dia hanya bergaul dengan bidang komputer dan internet tanpa pernah pacaran.

Menurut Andrew, ada untungnya juga kuliah di SeattleKota itu lebih sering mendung dan hujan, sehingga membuat banyak orang, terutama dirinya menghabiskan banyak waktu di dalam ruanganKarena itu, Andrew manfaatkan untuk melampiaskan hobinya bermain komputer.

Selain itu, kata Andrew, Seattle juga tidak sedinamis seperti di Los Angeles (LA)Beberapa temannya di LA sering mengabarkan, bahwa tidak jarang waktu luang dihabiskan ke tempat hiburan"Sedangkan di Seattle itu jarang ada klab atau tempat hiburan seperti di LA," ungkapnya.

Jarang bersosialisasi di luar konteks belajar dan bekerja membuat tipis peluang Andrew mendapatkan kekasihDia mengaku belum pernah sekalipun jatuh cinta kepada perempuan selama di sana"Teman ya adaTapi perempuan bule itu biasanya tidak tertarik dengan cowok AsiaKalau cowok bule ke cewek Asia masih mungkin," ujarnya.

Setiap ada waktu luang, Andrew lebih sering menghabiskan di tempat tinggalnya dengan menonton, bercerita dengan teman, atau bermain komputer lag"Kebetulan tempat saya itu strategis, dekat ke kampus jugaLetaknya di tengah- tengahJadi teman-teman Indonesia yang ada di sana pasti nongkrong di tempat saya," terangnya.

Andrew mengaku orang tuanya saat ini mulai sering bertanya dan mengingatkan agar tidak terlalu lama melajang"Iya juga sih tapi calonnya belum ada," katanya.

Sementara itu, Andrew sedang semangat berbicara kepada banyak orang terutama kalangan IT agar membuat terobosan baru di internetMenurutnya, peluang berbisnis di dunia maya masih terbuka lebar"Kalau bisa orang Indonesia itu hanya buka website lokal saja, jangan facebook terus," pungkasya(dewi maryani)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pantang Berputus Asa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler