jpnn.com, SINGAPURA - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyampaikan klarifikasi terkait berita kematian pekerja migran di sektor konstruksi Qatar, sejak FIFA menetapkan negara itu sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Klarifikasi itu disampaikan oleh Kepala Kantor Proyek ILO di Qatar Max Tunon untuk merespons laporan The Guardian pada Februari 2021 yang menyebut bahwa 6.500 tenaga kerja dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka meninggal dunia di Qatar sejak dipilihnya negara itu sebagai penyelenggara Piala Dunia.
BACA JUGA: Buruh Migran Ingin Menetap di Qatar Setelah Piala Dunia Usai
Max menjelaskan, data tersebut merupakan jumlah total warga dari sejumlah negara Asia Tenggara yang meninggal dunia di Qatar selama 10 tahun terakhir, dan tidak disebutkan apakah itu kematian yang terkait dengan pekerjaan.
“Laporan itu tidak menghubungkan semua kematian ini dengan pembangunan lokasi Piala Dunia, jadi ini belum tentu kematian terkait pekerjaan,” kata dia di sela-sela Pertemuan Regional ke-17 ILO Asia Pasifik di Singapura, Kamis.
BACA JUGA: Tiket Piala Dunia Qatar Dijual di Pasar Gelap, Harganya Jadi Edan-Edanan
“Tetapi terkadang konteks itu diabaikan ketika angka ini diberitakan terus-menerus, sehingga ada semacam asumsi bahwa semua orang Asia Selatan yang bekerja di sektor konstruksi di Qatar sekarat karena pekerjaan mereka. Bukan begitu kasusnya,” tutur Max, menegaskan.
Terkait isu ini, ILO kemudian melakukan pengumpulan data yang komprehensif untuk mencatat jumlah kecelakaan kerja di Qatar.
BACA JUGA: Meriahkan Piala Dunia 2022 Qatar, SnackVideo Rilis Mini Series Eksklusif
Disusun dalam laporan berjudul “One is too many” yang dirilis pada November 2021, ILO mencatat bahwa pada tahun 2020 saja terdapat 50 kematian terkait pekerjaan di semua sektor, 506 cedera parah terkait pekerjaan, serta 37.000 cedera sedang dan ringan.
Data tersebut bahkan dirinci berdasarkan penyebab cedera, kebangsaan pekerja, usia, serta jenis kelamin.
“Kami menggunakan informasi ini untuk merancang kebijakan pencegahan yang lebih efektif dan mengintensifkan pengawasan di sektor ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pekerja dan pengusaha,” tutur Max.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sebanyak 32.000 pekerja yang bekerja di bawah Komite Tinggi Qatar untuk membangun fasilitas Piala Dunia, hanya kurang dari 2 persen dari keseluruhan tenaga kerja di negara itu.
Sehingga, kata Max, perlu digarisbawahi bahwa tidak semua pekerja migran di Qatar mengerjakan pembangunan fasilitas Piala Dunia.
Pihak berwenang Qatar sebelumnya menepis jumlah kematian pekerja migran yang bekerja di fasilitas Piala Dunia, dengan mengatakan jumlah yang sebenarnya pada 2021 adalah 37 kematian.
Qatar mengatakan sekitar 30.000 pekerja migran telah dipekerjakan untuk membangun tujuh stadion baru guna mendukung gelaran Piala Dunia 2022. Sebagian besar pekerja tersebut berasal dari Bangladesh, India, Nepal, dan Filipina. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif