jpnn.com, JAKARTA - Langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Program Belajar dari Rumah di TVRI, diapresiasi oleh Anggota Komisi X DPR RI Profesor Zainuddin Maliki.
Kebijakan ini ditempuh Mendikbud Nadiem Makarim untuk menjangkau peserta didik yang berada di daerah tanpa jaringan internet. Baik program pembelajaran SD, SMP dan SMA.
BACA JUGA: Mendikbud Nadiem Makarim: Terserah Kepala Sekolah
Walaupun langkah ini belum sepenuhnya bisa dijadikan solusi karena belajar melalui televisi kemungkinan masih lebih banyak bersifat satu arah.
"Kendati demikian, kita harus mengapresiasi kerja keras mendikbud dalam upaya menjamin semua siswa didik, termasuk yang berada di daerah tanpa jaringan internet, untuk bisa belajar," kata Prof Zainuddin dalam keterangannya, Minggu (12/4).
BACA JUGA: Penjelasan Mendikbud tentang Belajar dari Rumah di TVRI
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini memandang, program belajar daring di daerah yang kaya jaringan internet saja belum bisa menjamin pembelajaran berlangsung efektif. Tentu bisa dibayangkan bagaimana efektivitas pembelajaran lewat televisi.
BACA JUGA: 7 Fakta Kelompok Terorganisasi Ingin Indonesia Rusuh, Sangat Berbahaya!
Untuk itu, legislator Dapil Jawa Timur X ini mendorong Menteri Nadiem tetap harus memperhatikan jumlah siswa yang tidak bisa mengakses televisi dan internet. Jumlah mereka menurutnya juga masih banyak.
"Oleh karena itu Mendikbud masih harus mencari cara lagi untuk melayani pembelajaran siswa yang belum bisa mengakses televisi sekalipun," tukas politikus PAN ini.
Mantan ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur ini mengingatkan bahwa mencerdaskan kehidupan seluruh anak bangsa adalah kewajiban negara. Pemerintah tetap harus berusaha melayani pendidikan mereka secara adil.
"Pemerintah tidak boleh berhenti hanya melayani siswa yang bisa mengakses internet dan televisi," tukas Prof Zainuddin.
Menurutnya, masih ada cara yang bisa dilakukan Kemendikbud untuk melayani mereka yang tidak memiliki jaringan televisi dan apalagi internet.
Salah satunya dengan membentuk semacam gugus tugas yang diminta hadir di masyarakat yang tak bisa mengakses televisi apalagi internet.
Gugus tugas ini terdiri dari para guru yang akan dikerahkan ke daerah tertentu, dengan jadwal yang telah ditentukan untuk menyampaikan bahan pembelajaran yang telah dirancang.
Dia menyarankan bentuknya bukan content based, melainkan berbasis problem atau project yang bisa dilaksanakan siswa, misalnya dalam sepekan.
Kemudian, gugus tugas itu pula yang nantinya yang akan menagih hasil pembelajaran tersebut, sekaligus memberikan bahan pembelajaran hari-hari berikutnya.
"Tentu harus tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat, antara lain guru harus dilengkap APD yang lengkap, termasuk pelindung diri," jelasnya.
Dia menambahkan, dalam kondisi sekarang ini tidak urgen untuk mengejar ketuntasan kurikulum. Sehingga, fokuskan saja pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan afektif siswa seperti pembentukan sikap disiplin, mandiri, tanggung jawab, pola hidup bersih, peduli sesama, atau sadar lingkungan.
"Tentu sangat relevan diajak belajar memecahkan masalah, khususnya melawan wabah Covid-19 yang tengah menimpa bangsa Indonesia dan umat manusia sedunia ini," tandas Prof Zainuddin. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam