Belajar Daring Kurangi Kebiasaan Main Game Siswa

Kamis, 09 April 2020 – 09:56 WIB
Alfi Hasan, guru PAI pada SD Negeri 87 Ambon. Foto: istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pembelajaran dalam jaringan harusnya bukan barang baru lagi bagi kehidupan di era industri 4.0. Banyak sekolah di Indonesia yang sudah menerapkan pola-pola daring.

Menurut Alfi Hasan, guru pendidikan agama Islam (PAI) di SD Negeri 87 Ambon, banyak sisi positif dan negatif dari pembelajaran daring.

BACA JUGA: Imbauan Kemendikbud kepada Perguruan Tinggi terkait Kuliah Daring

Positifnya adalah menyenangkan di mana instrumen pembelajaran yang dipakai siswa sering menemani mereka sehari hari, salah satunya Smartphone.

"Smartphone jadi media pembelajaran jarak jauh bagi siswa dalam situasi darurat Covid-19," kata Alfi kepada JPNN.com, Kamis (9/4).

BACA JUGA: RRI Dukung Program Belajar di Rumah, di Akhir Acara Ada Kuis Berhadiah

Selain itu mempersiapkan generasi bangsa yang produktif, mandiri dalam menghadapi era industri semakin modern. Karena ke depan teknologi akan cepat berputar.

Sisi positif lainnya dari belajar daring menurut Alfi, sekarang sudah difasilitasi dengan berbagai software gratis di smartphone. Siapa saja bisa men-download.

BACA JUGA: Sri Mulyani Anggap Glenn Fredly Teman, Simak juga Kalimat Dukacita Ahok dan Anies

Siswa akan disibukkan menggunakan smartphone ke hal-hal yang baik. Guru pun bisa mengalihkan perhatian siswa dari kebiasaan main game ke hal-hal yang berguna. Waktu mereka main game dipangkas dengan pembelajaran daring.

"Ini yang kami sering sebut dengan adeksi gadget," ujarnya.

Sementara sisi negatifnya, Alfi menyebutkan, masih terkendala jaringan. Tidak semua siswa berada d lokasi yang ada jaringan internet apa lagi di daerah 3T.

Selain itu tdak semua siswa memiliki Smartpone atau komputer. Masih ada guru yang belum mampu menerapkan pembelajaran daring atau minimal menguasai perkembangan tehnologi pendidikan.

"Kalau kami di IGI (ikatan guru Indonesia) tidak kaget lagi dengan pembelajaran daring. Kami sudah terlatih jauh sebelum wabah Covid-19 datang ke Indonesia. Saya sendiri sebagai sekretaris IGI Kota Ambon dan juga guru SD Negeri 87 Ambon sudah menerapkan pembelajaran daring ini sejak 2018. Dan ternyata mayoritas orang tua mendukung," bebernya.

Diakuinya, memang ada sebagian orang tua yang tidak mendukung karena keterbatasan sarana di rumah mereka.

Namun, Alfi tetap menjalankannya dan lama kelamaan dukungan orang tua makin bertambah. Orang tua melihat apa yang dilakukan Guru Alfi membawa manfaat yang sangat baik buat anak-anak.

Bahkan ada orang tua yang menelepon Alfi dan berterima kasih karena kebiasaan anaknya main game makin hari kian berkurang.

Sebab, ada petunjuk khusus yang dibagikan Alfi melalui grup WA kelas tentang jadwal dan pemantauan belajar dari rumah masing-masing.

"Saya berterima kasih kepada IGI yang begitu semangatnya dalam pengembangan kompetensi guru. IGI bergerak mandiri dan banyak guru yang merasakan manfaat setelah mengikuti pelatihan IGI, terlebih ketika wabah corona datang," terangnya.

Dia menceritakan, dengan adanya covid 19, setiap malam ada seminar daring di 11 kabupaten/kota berbasis lokal yang diselenggarakan IGI untuk membantu para guru agar tetap semangat melaksanakan pembelajaran daring selama siswa belajar dari rumah.

Seminar daring ini diberi nama "selingan" yaitu seminar dalam jaringan. Kegiatan ini dilaksanakan secara online bekerja sama dengan dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama.

Dalam seminar ini diberikan trik-trik kepada para guru yang sementara melaksanakan tugas dari rumah. Bagaimana menciptakan kelas bebas korona, memanfaatkan teknologi yang tersedia di daerah mereka masing-masing untuk membuat kelas daring.

"Sebab selama ini untuk kami di daerah Timur masih jauh dari perkembangan teknologi yang perlu ada sentuhan sentuhan dari organisasi-organisasi profesi atau pegiat pegiat teknologi lainnya," tandasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler