Belajar Hampir 24 Jam sampai Lupa Tidur

Sabtu, 25 Mei 2013 – 06:19 WIB
Dari kiri, Luh Putu Lindayani, Ni Kadek Vani Apriyanti, I Wayan Rika, Putu Siska Apriliyani, dan Putu Indri Widiani. F-ADRIAN SUWANTO/ RADAR BALI (Grup JPNN)
BUKAN tahun ini saja para siswa SMAN 4 Denpasar, Bali, meraih nilai tertinggi ujian nasional (unas) tingkat nasional. Tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, sekolah itu hampir selalu menempatkan siswa-siswinya dalam 10 besar nilai tertinggi unas. Bagaimana kisah sukses sekolah itu dalam menyiapkan siswa-siswinya menempuh unas?

DEWA DEDY F., Denpasar


Tahun ini nilai tertinggi unas tingkat nasional diraih Ni Kadek Vani Apriyanti. Siswi kelas XII IPA 3 SMAN 4 Denpasar itu mengumpulkan nilai rata-rata 9,87 dari enam mata pelajaran yang diujikan. Hebatnya, dari enam mata pelajaran itu, lima di antaranya meraih nilai sempurna alias 10. Hanya nilai bahasa Indonesia yang memperoleh 9,2.

Vani "panggilan Ni Kadek Vani Apriyanti" mengaku kaget ketika tahu dirinya meraih nilai unas terbaik. Namun, jika dirunut ke belakang, Vani sangat pantas mendapatkan nilai tersebut.

Vani memang siswa yang gila belajar. Tidak hanya di sekolah, di mana pun berada, dia tak pernah lepas dari buku pelajaran. Apalagi, saat menjelang unas. Hampir seluruh waktunya habis untuk menjawab soal-soal latihan ujian.

"Sepanjang waktu saya terus belajar dan menjawab soal. Itu kuncinya," ujar Vani kepada Jawa Pos Radar Bali.

Menurut dia, begitu waktu unas semakin dekat, hanya belajar dan belajar yang dilakukannya. "Dari pagi hingga pukul 18.00 saya belajar di sekolah. Sampai di rumah, saya masih belajar dan mengerjakan tugas dari guru," tutur anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Bahkan, saking asyiknya belajar, Vani bisa lupa waktu hingga pagi. Jam tidurnya sampai dikorbankan untuk belajar. "Saya punya kelompok belajar yang terbiasa belajar hingga pagi. Kami terbiasa untuk tidur sebentar dan begitu bangun langsung belajar lagi," ungkap Vani sembari sibuk menjawab telepon dari wartawan yang bermaksud mewawancarai.

Pernah suatu hari Vani terpaksa tidak bisa ikut pelajaran karena terlambat bangun setelah semalaman belajar. Saat itu Vani dan teman-temannya belajar hingga pukul 03.00. Setelah tidur sejam dia kembali melanjutkan belajar untuk bisa menyelesaikan tugas sekolah.

Setelah dia menyelesaikan tugas sekolah, kantuk datang lagi. Vani pun tak bisa menahannya dan tertidur hingga pukul 09.00. "Saya tak berani masuk sekolah karena telat. Tapi, waktu itu saya beralasan sakit," ujarnya sembari cekikikan mengingat kejadian itu.

Ketekunan dalam belajar itu muncul dari kesadarannya sendiri. Vani ingin menjawab berita miring tentang hasil unas di Bali yang dianggap penuh kecurangan, sehingga hasilnya selalu terbaik tingkat nasional.

Karena itu, tanpa ada yang memaksa, putri pasangan Ketut Martawan, 49, dan Ni Made Mariani, 47, itu pun bertekad belajar giat. Apalagi, dia tidak tinggal bersama orang tua, tapi tinggal di tempat kos.

"Saya gerah dengan cibiran orang luar tentang hasil unas siswa Bali yang selalu terbaik tingkat nasional. Karena itu, saya ingin membuktikan bahwa cibiran itu tidak benar," jelasnya.

Vani berencana melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dia berharap bisa mendapatkan beasiswa hingga merampungkan pendidikan spesialis. "Biayanya sangat mahal. Kalau tidak ada beasiswa, bagaimana saya bisa kuliah nanti," ujarnya.

Meraih nilai terbaik unas bukan satu-satunya prestasi Vani. Dia mempunyai segudang prestasi selama bersekolah di SMAN 4 Denpasar. Di antaranya meraih perunggu Olimpiade Sains Nasional di Jakarta dan juara satu karya tulis di bidang kedokteran tingkat nasional.

Selain Vani, SMAN 4 Denpasar mencatatkan empat siswa dalam 12 besar nilai tertinggi unas tingkat nasional. Empat siswa itu adalah Made Hyang Wikananda (peringkat empat dengan nilai 9,76), Luh Putu Lindayani (peringkat lima dengan nilai 9,76), Putu Siska Apriliyani (peringkat delapan dengan nilai 9,75), dan Putu Indri Widiani (peringkat 12 dengan nilai 9,73).

Menurut Kepala SMAN 4 Denpasar I Wayan Rika, lima siswa yang mendapatkan nilai tertinggi unas itu sudah mengantongi tiket untuk memilih kampus yang diinginkan.

"Sekarang bergantung mereka sendiri mau melanjutkan kuliah di mana. Itu buah dari jerih payah mereka sendiri," tambahnya.

Berkat pencapaian luar biasa yang diperoleh Vani dan empat kawannya, Komite SMAN 4 Denpasar telah menyiapkan hadiah spesial. Vani dipastikan menerima penghargaan uang tunai Rp 10 juta, sedangkan peraih peringkat di bawahnya memperoleh hadiah dengan nominal yang lebih kecil.

"Penghargaan itu akan kami berikan ketika perpisahan nanti," ucap Rika.

Rika mengatakan, keberhasilan anak didiknya tidak terlepas dari peningkatan intensitas belajar yang dilakukan sekolah untuk menghadapi unas. Sekolah yang memiliki 70 tenaga pengajar itu menyiapkan para siswa sejak dini. Sekolah juga selalu memantau perkembangan belajar mereka. Juga diadakan evaluasi bila ada yang masih kurang dan harus dibenahi.

"Tidak ada istilah berat setelah mendapatkan prestasi seperti ini. Kami harus terus meningkatkan prestasi itu untuk masa yang akan datang," jelasnya.
Rika yang telah 15 tahun mengabdi di sekolah itu menegaskan, pihaknya tidak hanya menekankan siswanya untuk belajar. Menurut dia, keseimbangan emosional dan spiritual sangat diperlukan sehingga siswa bisa belajar dengan baik.

"Intelektualnya sudah bagus. Tapi, harus diimbangi dengan doa dan kerja keras," tandasnya.

Teknik pembelajaran yang diterapkan merupakan kombinasi sistem pembelajaran di Australia. Dengan waktu belajar mulai pagi hingga pukul 18.00, guru harus memosisikan diri sebagai orang tua yang penuh kasih sayang. "Di Australia pembelajaran tidak dilakukan dengan penekanan, tapi kasih sayang. Itu pula yang diterapkan di sini," sebutnya.

Dengan moto sekolah "Quality The First" Rika mengakui bahwa kualitas sekolah menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Dengan demikian, bangunan SMAN 4 Denpasar tidak lagi berbentuk seperti sekolah kebanyakan, tapi didesain layaknya hotel berbintang. Begitu pula pelayanannya diberikan secara prima.

Hasilnya konkret. Tiga tahun berturut-turut SMAN 4 Denpasar meraih prestasi tertinggi tingkat nasional. Pada 2011 empat siswanya merebut peringkat 1 sampai 4. Mereka adalah Anak Agung Indah Suadnyani dengan nilai 9,83. Kemudian, Ni Putu Maitri Nara Suari (9,83), Luh Gede Ayu Putri Vebriany (9,82), dan Made Cindy Widya Murthi (9,80).

Tahun lalu Devi Ari Fransiska meraih peringkat kedua nilai unas tertinggi nasional bersama dua kawannya yang menempati peringkat empat dan enam. "Kami bersyukur bisa mempertahankan prestasi terbaik ini. Semoga tahun depan bisa kami pertahankan lagi," harap Rika. (*/c2/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 5 Tahun Merantau, Pulang Kampung Naik Peti

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler