Belajar Ilmu Ikhlas

Kamis, 09 Agustus 2012 – 05:37 WIB

MAU belajar ilmu ikhlas? Anda tidak akan pernah mendapatkan di bangku kuliah, karena memang tidak ada mata kuliahnya. Tapi Anda bisa menemukan itu di kawah candradimuka Ramadan. "Dosennya" Allah langsung. Mengapa?

Puasa bukan sekadar menahan makan, minum dan berhubungan suami-istri sejak fajar hingga matahari terbenam. Tapi, puasa itu memiliki makna hakiki, yaitu menumbuhkan keikhlasan. Beramal hanya untuk mendapatkan keridaan Allah SWT. Puasa model inilah
 
Di dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman: "As-shaumu lii wa anaa ajzi bihii". (Puasa itu untuk Aku (Allah) dan Aku (Alllah) sendiri yang akan membalasnya).

Hadis ini memberikan pengertian kepada kita betapa pentingnya arti keikhlasan. Tanpa keihklasan, atau sekadar pamer, maka semua amal ibadah kita akan sia-sia. Seperti api yang melahap habis kayu bakar.

Hadis ini juga mengajarkan kepada kita bahwa pelaksanaan puasa harus sesuai dengan syariat Allah yang mewajibkan kepada setiap hamba-Nya untuk mendasari amal perbuatannya dengan ilmu.

Karena itu, salah satu refleksi dari puasa di bulan Ramadan adalah kesadaran kita orang-orang yang beriman untuk meningkatkan pendalaman ilmu pengetahuan. Bukan hanya ilmu di bidang agama seperti fikih, hadis, dan sebagainya. Tapi ilmu yang sangat dibutuhkan oleh kehidupan umat manusia.

Di antara ilmu yang sangat diperlukan adalah ilmu keterampilan. Sebab, dengan memiliki ilmu keterampilan, manusia tidak akan tergantung pada orang lain dan akan bersandar kepada kekuatan dirinya sendiri. Rasulullah bersabda:  I"timadu alaa nafsi asasunnajah."

Bersandar kepada kekuatan sendiri adalah dasar seseorang mendapatkan kesuksesan, maka pantaslah Imam Nawawi Albantani meletakkan hukum Fardu Kifayah terhadap mempelajari ilmu keterampilan itu. Fardu kifayah ini wajib dilakukan. Sebagian masyarakat harus ada yang mau belajar ilmu keterampilan.

Banyak contoh yang dapat kita temukan dari saudara-saudara  kita yang oleh karena ilmu keterampilannya dapat mengubah nasib hidupnya menjadi jauh lebih sejahtera. Sebab, dengan skill yang dimiliki, barang  yang sungguh tidak berguna menjadi barang yang sangat berharga.

Saudara-saudara kita di Nusa Tenggara Barat (NTB), misalnya, dapat mengubah kulit telur yang tidak berharga menjadi sesuatu yang sangat bernilai dan mahal harganya. Apalagi kalau kita memiliki ilmu keterampilan untuk mengolah sumberdaya alam yang dimiliki oleh negeri tercinta ini.

Bukankah Allah telah berfirman melalui ayat Alquran bahwa menghidupi satu manusia pahalanya sama dengan menghidupi manusia sealam jagad raya ini. Untuk itu harus kita buang jauh-jauh di bulan suci Ramadan ini sifat malas yang berasal dari setan.

Sebab, setan wataknya menumbuhkan kemiskinan dan permusuhan. Karena itulah, kita dianjurkan untuk senantiasa berdoa agar dijauhkan dari ngantuk dan malas. "Allahumma inni audzubika minal ajzi wal kasali."

Ramadan adalah satu bulan yang para setan diikat oleh Allah SWT untuk tidak leluasa menggoda manusia bermalas-malasan. Dengan demikian, puasa berarti bermakna  memperbaiki etos keja kita. Supaya kita tidak terjebak kepada watak miskin dan permusuhan.

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghozali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, mengatakan bahwa puasa adalah pintu segala ibadah. Melalui puasa, kita bisa memasuki ibadah-ibadah lainnya, baik mahdhoh maupun ghairu mahdhoh.

Semoga Ramadan tahun ini mampu membuang jauh-jauh kemalasan kita untuk menciptakan etos kerja yang baik dan terhindar dari pengaruh iblis dan setan dengan kita jadikan puasa Ramadan sebagai pintu terbukanya kesejahteraan kehidupan kita yang intinya adalah ibadah. (*)

        Suryadharma Ali
Menteri Agama -Ketum PPP
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramadan Bulan Kasih Sayang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler