BACA JUGA: Belajar Jadi Kepala Daerah (1)
Termasuk dalam tugas-tugas khusus,” tulisnyaSang Wagub memang punya tugas khusus di bidang pemberantasan narkoba, satkorlak bencana alam, dan illegal logging
BACA JUGA: Dorong Dewasakan Parpol dan Birokrasi
”Tapi wewenang saya ini pun menjadi mengambang karena sering diintervensi gubernur,” tulisnyaSang Wagub merasa intervensi itu bukan karena dia gagal menyelesaikan tugas-tugasnya, melainkan karena tugas-tugas itu bisa membuat diri sang Wagub populerMenurut perasaan sang Wagub, kepopuleran Wagub itulah yang ditakutkan karena bisa jadi ancaman dalam pilkada berikutnya.
Wagub lantas menceritakan bentuk-bentuk intervensi yang terjadiTermasuk munculnya satu statement gubernur yang mengambil alih posisi ketua satkorlakMeski hanya statement (tidak formal tertulis), ternyata statement itulah yang kemudian dilaksanakan stafMaka, sang Wagub pun menuliskan penilaiannya yang amat keras di buku itu”Di sini tampak sebagaimana kebiasaan raja-raja zhalim di muka bumi ini, ucapannya adalah undang-undang”.
Banyak sekali kata dan kalimat menuduh yang sangat tajam seperti ituApalagi kalau sudah mengulas bagaimana gubernur lebih memilih mewakilkan tugas-tugas yang tidak bisa dia lakukan (karena sedang pergi) kepada para kepala dinas seperti di Riau tidak ada wakil gubernur saja.
Tentu, semua itu sangat sepihakJangan dipercaya begitu sajaBanyak juga orang Riau, sebagaimana saya dengar sendiri, yang menilai Wagub itu sebagai orang yang kakuDan kalaupun jadi gubernur kelak, belum tentu dia bisa lebih baik daripada gubernur yang dia dampingi sekarangBaik sang gubernur maupun sang Wagub kini memang sama-sama sedang bersiap maju pilkada dengan perahu yang berbeda.
Meski begitu, buku itu tetap buku langka yang baik sekali direnungkanTerutama karena kita sebenarnya sudah mendengar banyaknya hubungan tidak harmonis antara kepala daerah dan wakil di mana-manaSiapa tahu pimpinan nasional tergerak untuk menata kembali hubungan kepala daerah dan wakilnya agar rakyat, dan terutama birokrasi di bawahnya, tidak jadi korbannya.
Meski di mana-mana saya mendengar hubungan kepala daerah dan wakilnya sangat bernuansa ”makan hati”, rupanya, tidak banyak pengaruhnya pada pengendalian emosi untuk nyalonRupanya, banyak juga orang yang lebih senang makan hati bahkan mungkin sampai makan rempelo (ampela). Maka, jangan khawatir kalau akan kehabisan stok calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerahHati itu enak kalau bisa menikmati makannya
***
Orang Riau (Wan Abubakar) ini juga menemukan cara baru untuk menjadi calon bupati dengan biaya yang ngiritIni setelah dia menyimpulkan bahwa semakin terlambat seseorang berniat jadi bupati, semakin mahal biayanyaSemakin dini niat itu dibulatkan, semakin murah biayanyaKok bisa?
Menurut doktrin yang diyakininya, niat untuk jadi calon bupati harus dideklarasikan di dalam hatinya sendiri sejak dua tahun sebelum masa pencalonanBegitu niat dicanangkan, kegiatan yang terencana harus langsung dilakukanYakni, membuat jadwal mengunjungi seluruh desa –sekali lagi: seluruh desa-- yang ada di kabupaten itu
Dia sudah hitung jumlah desa di seluruh kabupaten Indragiri HilirBerdasarkan angka itu, maka dia menghitung berapa lama waktu diperlukan kalau dalam satu minggu mengalokasikan 2 hari untuk melaksanakan program turun ke seluruh desa ituMisalnya tiap Sabtu dan Minggu saja.
Menurut perhitungan dia, pas dalam dua tahun seluruh desa terkunjungiHari-hari lainnya dia pakai untuk bekerja sebagai anggota DPRD provinsi RiauSetelah membuat kesimpulan itu dia langsung juga membuat tim suksesUnsur LSM, unsur partai, unsur wartawan, unsur birokrasi dia libatkan.
Tim inilah yang melakukan pekerjaan persiapan kunjungan ke desa ituSejak dari memilih lokasi, menghubungi kepala desa, menyiapkan acara sampai mengatur pelaksanaannyaAcara yang dipersiapkan juga harus efektifHarus ada gemanya ke seluruh desa dan bisa dikenang untuk jangka waktu paling tidak dua tahun.
Tim itulah yang memberikan uang kepada kepala desa untuk biaya acara kunjungan tersebutSetiap desa sekitar Rp 15 jutaIni sudah termasuk untuk biaya panggung, pengeras suara, hiburan dan hadiah-hadiahAcaranya disesuaikan dengan situasi desaKalau desanya amat agamis, maka acaranya bisa pengajianKalau desanya suka sepakbola akan diadakan pertandingan sepakbola antar RT di desa itu.
Yang mutlak dilakukan adalah sifat penyambutan kunjungan ituKetika dia tiba di desa itu, suasananya harus meriahUntuk itu tempat turun dari mobil pun sudah diatur kalau bisa agak jauh dari tempat acaraMengapa? Agar ada jarak yang cukup untuk melakukan arak-arakan penyambutan
Karena itu sebelum dia turun dari mobil rombongan besar penyambut sudah harus siap di tempatLengkap dengan karangan bunga, payung kebesaran, tim pencak silat, dan rombongan hadrahMaka, seperti pejabat tinggi yang sedang berkunjung ke daerah, si tokoh diarak sampai ke tempat acara dengan iringan lagu dan musik rebana dan tarian silat sepanjang jalanKesan bahwa dia memang “tokoh penting” yang pantas menduduki jabatan bupati harus tercipta dari acara ini.
Jalannya acara pokok juga tidak boleh asal-asalanSi dia harus benar-benar ditokohkanTemu wicara antara warga desa dengan si tokoh adalah wajibDengan acara itu akan timbul kesan bahwa “pejabat tinggi” yang satu ini seperti sedang menjaring aspirasi rakyat paling bawahApa saja persoalan desa mereka bisa diungkapkan dan si tokoh memperhatikannya dengan baik.
Rakyat terasa puas karena aspirasinya kelihatan dicatatSi tokoh sendiri di samping mengetahui apa yang sedang terjadi di desa, sebenarnya juga berdwi fungsiSebagai anggota DPRD, dia juga akan memperjuangkan aspirasi itu lewat forum legislatifPokoknya rakyat merasa sangat dibela.
Seminggu sekali pula, kegiatan kunjungan ke desa itu dimuat di koran Riau Pos.
Dia memang membayar satu ruang khusus di harian terbesar di Riau itu dengan tarip iklan paketLalu membeli sejumlah koran untuk dikirim ke desa yang baru saja dikunjungiMasyarakat desa pun gempar karena merasa masuk koran.
Bagaimana kalau kelak tidak ada parpol yang melamarnya jadi calon? Si tokoh tidak mempersoalkan ituDia yakin di masa depan partai akan melihat juga tingkat kemungkinan terpilih atau tidaknya seorang calonDengan cara itu, ketika tiba saatnya pencalonan mau tidak mau parpol akan meliriknyaKalau posisinya sudah seperti itu, maka dia tidak perlu lagi menyediakan uang miliaran untuk menyogok partai seperti yang selalu terjadi selama ini.
Kalau pun semua parpol dibutakan matanya, toh masih ada jalur baru: calon independen(*)
Redaktur : Tim Redaksi