JAKARTA– Pemerintah Belanda berkomitmen meningkatkan kerjasama berbagai bidang dengan Indonesia, terutama dalam sistem tata kelola perairan (water management). Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Belanda, Frans Timmermans, dalam rangkaian kunjungan perdananya ke Indonesia, Kamis (21/2).
Frans mengatakan water management merupakan salah satu hal penting yang harus dikuasai Indonesia terlebih dalam posisi rawan banjir saat ini terutama di Jakarta. Di satu sisi, menurutnya, air merupakan sumber daya alam yang bisa memberikan kemakmuran. ”Tetapi di sisi lain jika salah mengelolanya akan menjadi bencana,” ujarnya di kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta.
Pemerintah Belanda, menurutnya, berniat untuk membagi ilmu dan teknologi itu dengan Indonesia. Bukan hanya terkait dengan banjir yang belakangan ini masih terjadi di negara ini tetapi secara umum agar sistem pengairan di Indonesia sesuai fungsi dan kebutuhan.
Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, mengatakan kerjasama dalam urusan water management ini sifatnya bukan bantuan maupun investasi. Lebih kepada optimalisasi fungsi dan kemampuan (capacity building) dalam kerangka kemitraan yang sejajar. ”Ingat, sekarang perekonomian Indonesia semakin mapan dan kuat jadi perspektifnya dari program seperti ini adalah kemitraan. Bukan lagi bantuan apalagi pinjaman,” tegasnya.
Pada intinya, kata Marty, Indonesia ingin belajar tentang tata kelola sistem perairan itu kepada Belanda yang dikenal sebagai ahlinya. Belum dirinci langkah konkritnya seperti apa tetapi pihak Belanda sudah melakukan peninjauan ke beberapa tempat. ”Mereka kemarin (Rabu, Red.) sudah ke Pluit (Jakarta Utara) lihat situasi di sana. Mereka sudah melihat peluang. Bahkan saya dengar program yang mereka kembangkan sudah ada pilot projectnya di Semarang,” katanya.
Pembicaraan juga sudah sampai kepada konsep city planning untuk kerjasama pengelolaan air antar kota di Indonesia. Secara umum, menurutnya, pembicaraan bilateral dengan Belanda itu juga membahas mengenai kerjasama di berbagai sektor mulai dari perdagangan, infrastruktur dan logistik, pertanian, pendidikan, sampai sosial budaya.
”Prioritas pemerintah Belanda adalah meningkatkan relasi kedua negara. Indonesia dan Belanda sepakat untuk membawa hubungan bilateral ini ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Di bidang ekonomi, politik, dan pertukaran budaya, pendidikan, di tingkat global,” ucap Marty.
Lalu apakah mendiskusikan beberapa masalah yang pernah terjadi di antara dua negara" Seperti penundaan kunjungan presiden SBY ke Belanda, penundaan pembelian tank oleh Indonesia ke Belanda, dan lainnya" ”Kedua negara memiliki dinamika yang berbeda, itu lah tugas kedua menteri untuk saling mengisi, mengakui, dan menyadari perbedaan di antara kedua negara,” jawab Marty.
Kedua pihak sepakat untuk memandang lebih luas dan ke masa depan. Di masa lalu, kata Marty, diakui bahwa kedua negara memiliki masalah. ”Ketika kami mendiskusikan maka kami sepakat harus terus maju ke depan dan tidak lagi mengingat masalah tersebut,” terusnya.(gen)
Frans mengatakan water management merupakan salah satu hal penting yang harus dikuasai Indonesia terlebih dalam posisi rawan banjir saat ini terutama di Jakarta. Di satu sisi, menurutnya, air merupakan sumber daya alam yang bisa memberikan kemakmuran. ”Tetapi di sisi lain jika salah mengelolanya akan menjadi bencana,” ujarnya di kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta.
Pemerintah Belanda, menurutnya, berniat untuk membagi ilmu dan teknologi itu dengan Indonesia. Bukan hanya terkait dengan banjir yang belakangan ini masih terjadi di negara ini tetapi secara umum agar sistem pengairan di Indonesia sesuai fungsi dan kebutuhan.
Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, mengatakan kerjasama dalam urusan water management ini sifatnya bukan bantuan maupun investasi. Lebih kepada optimalisasi fungsi dan kemampuan (capacity building) dalam kerangka kemitraan yang sejajar. ”Ingat, sekarang perekonomian Indonesia semakin mapan dan kuat jadi perspektifnya dari program seperti ini adalah kemitraan. Bukan lagi bantuan apalagi pinjaman,” tegasnya.
Pada intinya, kata Marty, Indonesia ingin belajar tentang tata kelola sistem perairan itu kepada Belanda yang dikenal sebagai ahlinya. Belum dirinci langkah konkritnya seperti apa tetapi pihak Belanda sudah melakukan peninjauan ke beberapa tempat. ”Mereka kemarin (Rabu, Red.) sudah ke Pluit (Jakarta Utara) lihat situasi di sana. Mereka sudah melihat peluang. Bahkan saya dengar program yang mereka kembangkan sudah ada pilot projectnya di Semarang,” katanya.
Pembicaraan juga sudah sampai kepada konsep city planning untuk kerjasama pengelolaan air antar kota di Indonesia. Secara umum, menurutnya, pembicaraan bilateral dengan Belanda itu juga membahas mengenai kerjasama di berbagai sektor mulai dari perdagangan, infrastruktur dan logistik, pertanian, pendidikan, sampai sosial budaya.
”Prioritas pemerintah Belanda adalah meningkatkan relasi kedua negara. Indonesia dan Belanda sepakat untuk membawa hubungan bilateral ini ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Di bidang ekonomi, politik, dan pertukaran budaya, pendidikan, di tingkat global,” ucap Marty.
Lalu apakah mendiskusikan beberapa masalah yang pernah terjadi di antara dua negara" Seperti penundaan kunjungan presiden SBY ke Belanda, penundaan pembelian tank oleh Indonesia ke Belanda, dan lainnya" ”Kedua negara memiliki dinamika yang berbeda, itu lah tugas kedua menteri untuk saling mengisi, mengakui, dan menyadari perbedaan di antara kedua negara,” jawab Marty.
Kedua pihak sepakat untuk memandang lebih luas dan ke masa depan. Di masa lalu, kata Marty, diakui bahwa kedua negara memiliki masalah. ”Ketika kami mendiskusikan maka kami sepakat harus terus maju ke depan dan tidak lagi mengingat masalah tersebut,” terusnya.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... JK Setuju Gaji Kepala Daerah Dinaikkan
Redaktur : Tim Redaksi