jpnn.com - JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) masih terus mendalami dugaan warga Medan yang baru pulang dari Benua Afrika berinisial CN (57 tahun), terjangkit virus ebola.
Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, pihaknya belum dapat memastikan karena penelitian hingga kini masih terus dilakukan.
BACA JUGA: Bendera Bulan Bintang Berkibar di Subulussalam
“Sampel dari kasus yang di Medan akan diperiksa di Laboratorium Balitbangkes Kemenkes dan hasilnya akan ada sesudah 48 jam,” katanya di Jakarta, Selasa (9/9).
Menurut Prof Tjandra, dengan adanya dugaan terhadap CN, paling tidak memerlihatkan masih ada WNI lain yang berkunjung ke negera terjangkit.
BACA JUGA: Korban Amukan Gajah Terima Bantuan
Karena sebelumnya, seorang WNI berinisial NA juga telah dirawat di Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta setelah kembali dari Afrika.
“Sehubungan ada lagi kecurigaan pada WNI lain di Medan yang baru pulang dari negara terjangkit, maka pada kenyataannya dengan berbagai alasan, memang masih mungkin ada WNI dan mungkin juga diplomat Indonesia, yang harus bepergian ke negara terjangkit ebola,” katanya di Jakarta, Selasa (9/9).
BACA JUGA: Tergelincir, Ban Pesawat Enggang Air Lepas
Meski begitu hasil pemeriksaan terhadap WNI berinisial NA, menurut Prof Tjandra, negatif terjangkit ebola. Sejalan dengan perkiraan sebelumnya, di mana penelitian memerlihatkan gejala klinis yang bersangkutan tidak sesuai. Selain itu diagnosis untuk demam AN (30 tahun), bukan fever of unknown origin (FUO). Dan keadaan umum pasien hingga saat ini cukup baik.
“Saya sampaikan juga bahwa kesadaran masyarakat sudah cukup tinggi, sehingga ada yang ingin memeriksakan diri kalau baru pulang dari negara terjangkit. Ini adalah bentuk kehati-hatiaan yang baik, suatu bentuk kewaspadaan. Ini adalah salah satu bentuk nyata dari program PDR (prevention, detect, response) sesuai Global Health Security Agenda (GHSA),” katanya.
Prof Tjandra tetap berharap masyarakat Indonesia yang akan berangkat ke negara-negara Afrika, dapat lebih berhati-hati. Terutama bagi mereka yang hendak berangkat ke negara-negara terjangkit seperti Liberia, Guinea, Sierra Leonne, Nigeria, Congo dan Senegal.
“Lebih sering cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kita tahu bahwa Ebola menular melalui kontak dengan cairan tubuh pasien. Walaupun sudah hati-hati, tapi tetap kemungkinan tangan kita tercemar maka mungkin tetap ada. Karena itu rajin-rajinlah cuci tangan pakai sabun,” katanya.
Prof Tjandra juga menyarankan jangan melakukan kontak langsung dengan pasien ebola. Karena itu perlu dilakukan pembatasan kontak dengan keluarga pasien yang baru mengunjungi pasien.
“Sedapat mungkin hindari proses pemakaman pasien ebola, khususnya yg ada ritual mencium jenazah, kontak langsung dengan jenazah dan lain-lain. Jangan kontak dengan hewan yang mungkin menularkan ebola dan membatasi ke hutan-hutan di negara terjangkit,” katanya.
Bagi WNI yang sudah berada di negara terjangkit, Prof Tjandra menyarankan membatasi perjalanan domestik. Jangan bepergian antar kota di negara tersebut, kalau tidak benar-benar diperlukan.
“Selalu ikuti perkembangan informasi tentang ebola di website terpercaya, WHO, Kemenkes. Kalau ada keluhan ketika sedang berkunjung di negara terjangkit, segera melapor ke petugas kesehatan di negara itu," katanya.
Kalau keluhannya datang sesudah tiba kembali di tanah air, Prof Tjandra berharap WNI tersebut segera lapor petugas kesehatan terdekat dan beritahu secara rinci tentang riwayat perjalanan ke negara terjangkit.
Sebelumnya, seorang warga Medan yang baru pulang dari Benua Afrika, diduga terjangkit Ebola. Kini yang bersangkutan telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 80 Persen Listrik Aceh Dipasok dari Sumut
Redaktur : Tim Redaksi