Belum Stabil, Bromo Terbuka untuk Wisatawan

Senin, 29 November 2010 – 05:15 WIB

PROBOLINGGO - Gunung Bromo sampai kemarin (28/11) masih berstatus awas dengan level IVAktivitas gunung setinggi 2.329 meter dpl itu juga belum stabil

BACA JUGA: Korban Serpihan Qantas di Batam Kebingungan

Sejak pukul 00.00 sampai 06.00 WIB kemarin, terjadi delapan kali gempa vulkanis dangkal (VB) dengan amplitudo 30"40 mm  dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 7"32 mm.

Lalu, pada pukul 06.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB, terjadi tiga kali gempa vulkanis dangkal dengan amplitudo 32"38 mm dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 3"32 mm
Kemudian, pada pukul 14.30 WIB, terjadi lagi gempa vulkanis dangkal dengan amplitudo 37 mm

BACA JUGA: Bantu Pengungsi, Muhammadiyah Libatkan 20 RS

"Lamanya 17 detik," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Bromo Syafi"i saat ditemui di ruang kerjanya kemarin


Dengan situasi itu, Bupati Probolinggo sekaligus penanggung jawab penanggulangan bencana Gunung Bromo Hasan Aminuddin masih mempersilakan wisatawan berkunjung ke Gunung Bromo

BACA JUGA: 21 Gempa Vulkanik Dangkal Landa Bromo

Hal itu disampaikan Hasan saat ditemui Sabtu malam lalu (27/11)"Sampai sekarang,  saya tidak pernah melarang wisatawan datang ke BromoSilakan datang ke Bromo," tegasnya.

Hanya, Hasan memberikan catatanPengunjung tetap tidak boleh menyalahi rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) BandungMereka tidak boleh masuk radius 3 km dari puncak kawah"Kalau masih dalam batas aman, silahkan sajaKan masih banyak yang bisa dinikmati selain kawah," tambahnya.

Saat ini, Hasan fokus pada langkah antisipasi agar tidak ada korban bila terjadi bencanaSelain dengan menyiagakan petugas di kawasan Gunung Bromo, kini tim penanggulangan bencana Gunung Bromo intensif menginformasikan status dan aktivitas Bromo kepada warga dan wisatawan.

Petugas dalam koordinasi badan penggulangan bencana daerah (BPBD) tersebut akan terus disiagakan di kawasan Bromo sampai ada keputusan perubahan status dari PVMBG BandungYakni dari satatus awas ke siaga atau waspada"Selama status awas belum dicabut, pasukan akan terus disiagakan," kata Hasan.

Tentang sikap masyarakat suku Tengger yang tenang meski status Bromo awas, Hasan mengatakan mereka telah beradaptasiAkan tetapi, tambahnya, masyarakat Sukapura telah siap dievakusi bila ada pemerintah"Masyarakat sini (Tengger) adalah masyarakat yang patuh meski pekerjaan mereka di sektor wisata terganggu karena status dan erupsi ini," ujarnyaNamun,  mata pencaharian mereka rata-rata adalah petani yang tidak terpengaruh oleh aktivitas Gunung Bromo.

Ditanya tentang anggaran untuk langkah antisipasi, Hasan mengatakan sejauh ini pihaknya menggunakan pos anggaran tidak terduga pada APBD setempatJumlahnya sekitar Rp 2 milliar"Paling Rp 50 juta cukup untuk sementara," terangnya.

Karena itu, sampai saat ini dirinya belum mengajukan dana ke pihak mana punTetapi, kalau ada bantuan dari luar, pihaknya mempersilakanPada kesempatan itu, Hasan kembali menegaskan sikap tentang relawan yang mulai berdatangan"Sementara waktu, para relawan sebaiknya tidak datang dulu," ujarnyaPertimbangannya, relawan juga manusia yang mempunyai keluarga di rumah"Sementara jadi relawan bagi keluarganya duluTim penanggulangan bencana Kabupaten Probolinggo masih cukup," katanya.

Sementara itu, Sabtu malam lalu ada sekitar 200 KK (kepala keluarga) Desa Ngadisari bersembahyang di pura dekat Kantor Taman Nasional Bromo Tengger SemeruSetelah sembahyang kurang lebih 30 menit tersebut, dilakukan sosialisasi status Gunung Bromo dan teknis evakuasi bila terjadi bencana.

Berikutnya, kemarin (28/11) Panglima Divisi Infanteri II Kostrad Malang Mayjend Muhammad Munir datang ke pos pengamatan Gunung BromoMenurut dia, pasukan kostrad sudah disiapkan untuk membantu masyarakat Tengger bila ada bencana"Sejak ditetapkan menjadi awas, pasukan sudah kami siapkan," tegasnya

Di bagian lain, status awas pada Gunung Bromo dan tiga kali letusan kecil pada Jum"at (26/11) dan Sabtu (27/11) lalu,  rupanya, mengundang rasa penasaran wisatawan lokalUntuk mengobati rasa tersebut, mereka mulai berdatangan menyaksikan asap tebal kawah Gunung BromoKemarin (28/11) siang misalnya, banyak wisatawan lokal yang melihat langsung kepulan asap Bromo.  Tentu saja, jaraknya lebih dari 3 km dari puncak kawahSelain melihat langsung kepulan asap,  mereka juga memotret asap tersebut.

Dalam pantauan Radar Bromo (Grup JPNN) sekitar pukul 13.00 WIB kemarin, puluhan sepeda motor diparkir di jalan  di sekitar pintu masuk lautan pasirTidak jauh dari tempat itu, beberapa gazebo dipenuhi oleh para pengunjung lokalDari tempat tersebut, kepulan asap tebal dari kawah Gunung Bromo terlihat jelas.

Tidak sedikit di antara mereka yang mengabadikan kepulan asap tersebut dengan kamera handphoneFadil, 25, warga Desa Simorame, Kecamatan Candi, Sidoarjo, misalnyaKemarin dia datang ke Gunung Bromo bersama istri dan dua mertuanyaDari Sidoarjo,  mereka mengendarai dua sepeda motor menuju Bromo karena penasaran.

"Tetapi, setelah saya ajak ke sini (Bromo), keluarga malah bilang takutTetapi, setelah saya jelaskan bahwa tempatnya jauh dari kawah, akhirnya mereka mau," kata Fadil yang menyatakan biasa mendaki Gunung Semeru tersebutPengunjung lokal lain adalah Endang, 38, warga Dusun Triwung Kidul, Kecamatab Kademangan, ProbolinggoDia datang bersama putrinya, Lusi Dewi Pradina, 17

Dari Probolinggo, dia mengendarai sepeda motor"Penasaran ingin lihat kenyataannyaDi TV ada, tetapi tidak puas," kata Endang kemarinPara pengunjung lokal tersebut mengaku tidak takut pada status Gunung Bromo yang awas (level IV)Alasan mereka, Dusun Cemoro Lawang tempat mereka melihat kepulan asap Bromo lebih dari 3 kmMereka juga masuk tanpa harus membayar karcis Rp 6 ribu untuk wisatawan dalam negeri(qb/jpnn/c1/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Warga Disambar Petir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler